Para pahlawan mukmin sejati selalu mempunyai penglihatan mata hati yang tajam, yang senantiasa membantunya memantau dan mendeteksi setiap jebakan yang dapat menghancurkan kepahlawanannya, atau mengalihkan arah hidupnya dari jalan kepahlawanan.
Karya-karya besar, atau sukses-sukses besar yang menyejarahkan seorang pahlawan adalah gabungan karya-karya kecil, atau sukses-sukses kecil yang terakumulasi di sepanjang jalan hidup seorang pahlawan. Proses menyejarah, dengan demikian, menemukan kerumitan yang kompleks pada dimensi waktu, terutama ketika ia berhubungan dengan persoalan konsistensi, atau pada penilaian yang kita lakukan terhadap karya-karya kita sendiri.
Dalam kerangka itulah, seorang pahlawan mukmin sejati harus mempertajam penglihatan mata hatinya, agar setiap saat ia dapat mendeteksi setiap jebakan secara dini. Salah satu jebakan itu adalah tipuan massa. Jebakan massa tidak saja terlatak pada sikap kagum yang berlebihan yang membuat seorang pahlawan berhenti berkarya karena terlalu cepat merasa puas. Jebakan itu juga tidak saja terletak pada sikap kritis mereka yang berlebihan yang membuat seorang pahlawan berhenti berkarya karena merasa tertolak atau tidak diterima. Namun, jebakan massa juga menyimpan godaan dalam cara kita menilai mereka, dan pada godaan-godaan mereka pada kita untuk bertindak lebih jauh, namun tidak rasional.
Suatu saat Khalid bin Walid digoda oleh pengagumnya di Negeri Syam untuk memberontak melawan Pemerintahan Umar di Madinah. Itu untuk membalas dendam Khalid bin Walid setelah dipecat Umar dari jabatan sebagai panglima perang. Tentu saja, ajakan itu sangat menggoda, bukan saja karena secara psikologis Khalid memang terluka, tetapi juga karena secara de facto kemampuan untuk memberontak memang ada.
Akan tetapi, Khalid bin Walid masih punya mata hati. Ini bukan jalan yang benar. Ini jebakan yang dapat menghancurkan nama baiknya dan merubah arah hidupnya seluruhnya. Kekuatan dan keberaniannya selama ini telah ia gunakan dengan sempurna untuk melawan musuh-musuh Allah. Mengapa sekarang ia harus membalik moncong senjatanya untuk melawan saudaranya sendiri? ”Tidak,” kata Khalid pada akhirnya. ”Tidak akan ada pemberontakan, selama Umar masih hidup,” tambahnya.
Suatu saat seorang ulama ditangkap dengan tuduhan menyiapkan sebuah kudeta. Ulama itu membela diri dengan menafikan semua tuduhan itu. Akan tetapi, sang khalifah membenarkan tuduhannya dengan jumlah massa pengikut sang ulama yang banyak. Namun, ulama itu malah membantah. ”Pengikut saya,” katanya, ”Hanya ada seorang laki-laki dan sepotong laki-laki.”
Jawaban itu sangat mengejutkan sang khalifah. Bagaimana mungkin? Namun, sang ulama membuktikannya kepada khalifah melalui sebuah drama. Ulama itu meminta agar khalifah mengumumkan penangkapannya, dan rencana penangkapan susulan atas para pengikutnya. Segera saja massa sang ulama membubarkan diri. Akan tetapi, pada sore harinya tiba-tiba saja seorang laki-laki berpedang datang menerobos pengawal istana ingin bertemu dengan sang ulama. ”Itulah yang seorang laki-laki.” Setelah itu, tampak pula seorang laki-laki yang maju mundur di depan istana. ”Dan itulah yang sepotong laki-laki,” kata sang ulama, ”Ia sangat ingin menolongku, tetapi keberaniannya tidak sempurna.”
Jebakan massa selalu menggoda sang pahlawan pada sisi kejujurannya, objektivitasnya, rasionalitasnya, dan arah hidupnya. Berhati-hatilah terhadap mereka.
[Sebelumnya]
[Sebelumnya]
0 komentar