Surat dari Negeri Cahaya [3]


Hari-hari ini ribuan jam kehidupan lenyap sia-sia di depan layar kaca, di klab-klab, di atas cat walk, di papan reklame, di buku-buku novel murahan atau dalam kubangan narkoba dan seks bebas.

Betapa berhajatnya ummat pada keteraturan dan kedisiplinan. Ahli Negeri Cahaya telah terbiasa munazzhamun fi syu-unihim (tertib dalam segala urusan mereka). Terkadang bersama dengan kemandirian ekonomi, mereka dianggap sangat kaya dan menjadi tempat meminta. Sulit dibayangkan, hanya dalam waktu beberapa menit mereka dapat melakukan munasharah (aksi solidaritas) dan menyelesaikan masalah-masalah berat secepat kilat.

Dengan segala muwashafat (karakteristik) itu mereka member manfaat kepada sesame, tanpa pamrih kecuali harapan akan ridla Allah. Persaudaraan yang terjalin antar masyarakat Negeri Cahaya benar-benar menggenapkan janji Rasulullah SAW: “Dari arah Kanan Allah dan kedua Tangan Allah adalah Kanan ada orang-orang, bukan anbiya dan bukan syuhada, sinar wajah mereka memenuhi seluruh mata yang melihat. Mereka diiringi para anbiyadan syuhada karena kedudukan dan kedekatan mereka dengan Allah.” Seseorang bertanya: “Ya Rasulullah, siapa mereka?” Rasul menjawab: “Mereka adalah himpunan dari orang-orang pilihan berbagai kabilah, berhimpun dalam dzikrullah. Mereka memilih kalimat-kalimat terbaik sebagaimana orang memilih kurma terbaik.” (HR. Thabrani)

Sahih riwayat, suatu malam sepulang dari pertemuan dengan baginda Rasulullah SAW., kelompok-kelompok para sahabat berjalan di gelap malam dengan berpadukan sinar di depan mereka. Setiap kali mereka berpisah, masing-masing kelompok berjalan dengan panduan sinar itu, sampai tinggal seorang-seorang dengan sinarnya masing-masing.

“Belumkah tiba saatnya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun. Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang diberikan Alkitab sebelumnya, berlalu masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. 57 : 16)

Masyarakat Negeri Cahaya memang bukan malaikat atau nabi dan tak punya jaminan ma’shum. Tetapi setiap klaim yang tidak memenuhi muwashafat tersebut adalah langsung kepalsuan, apakah namanya tazkiah, sufiah, salafiyah, ashalah, tarbiyah, atau apa pun yang lainnya.


Rachmat Naimulloh

Ingin artikel seperti diatas langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.




2 komentar

  1. Muchlisin mengatakan.... [Jawab]
    pada tanggal 14 Januari 2010 pukul 04.20

    Subhaanallah... merindukan negeri cahaya

  2. Nasution Clan mengatakan.... [Jawab]
    pada tanggal 9 April 2011 pukul 18.17

    Ya Allah, Jadikan kami penduduk Negeri Cahaya

Silahkan tinggalkan komentar Anda disini