Surat dari Negeri Cahaya [2]


Ketika sebagian mereka tertidur, saudara mereka menjadikna pangkuannya sebagai bantal. Ketika orang meributkan selimut yang tak cukup, mereka sudah menyusun daftar program kuliah dan penghafalan Al-Qur’an. Ketika orang sibuk meributkan kursi-kursi menteri dan parlemen, mereka sudah selesai membangun klinik darurat, dapur umum dan pusat-pusat mental recovery di situs-situs bencana alam; gempa bumi, tanah longsor atau banjir dan kebakaran.

Kegiatan intelektual, penjelajahan cakrawala ilmu atau penajaman pandangan adalah hal yan tak bisa ditawar-tawar. Apapun strata pendidikan mereka, ada kesamaan irisan dalam memahami berbagai persoalan; moral, intelektual, operasional.

Dalam hal kemandirian dalam berma’isyah (mencari sumber penghasilan), telah membuktikan bahwa Islam anti kekastaan dalam bab ini. Seorang pengrajin kayu atau pekerja bangunan dapat membuat seorang menteri terkecoh dan mengira ia lulusan perguruan tinggi. Tetapi bukanlah ilmuan tukang atau sarjana NATO (No Action Talk Only). Orientasi amal pada mereka mengingatkan kita pada salah satu qaedah yang dirumuskan seorang Imam Mujtahid : “Setiap ucapan yang tak menghasilkan amal, maka menyibukkan diri di dalamnya adalah sama dengan menggeluti kerja terlarang dalam syara.” (Kullu kalamin la yanbani alaihi amal, falkhaudhu fihi khaudhun fima nuhina anhu syar’an)

Usaha keras bermujahadah membebaskan diri dari tarikan hawa nafsu dan kelemahan diri, adalah bagian paling bermakna bagi penuntut ilmu. Seorang kader yang tertidur sepenuh kelopak, makan sepenuh mulut, tertawa sepenuh kerongkongan, menghabiskan waktunya dalam kesia-siaan, jauh dari tertulis sebagai mujahid dan jauh dari keberhasilan dalam berjuang. Karenanya masyarakat negeri cahaya punya sinyal-sinyal identitas. Kau lihat dari kilas mata mereka, gumam suara mereka, keprihatian yang menggurat di raut wajah, bahkan dalam gurauan dan keseriusan mereka, sesuatu yang mewakili keprihatinan ummat mereka.

Dalam penghargaan atas nilai waktu, sungguh mereka seperti ungkapan Imam Syafiie R.A: “Seandainya Allah tak menurunkan ayat selain surat Al-‘Ashr, niscaya itu saja sudah cukup buat manusia.”


Rachmat Naimulloh

Ingin artikel seperti diatas langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.




1 komentar

  1. Tarbawia mengatakan.... [Jawab]
    pada tanggal 2 Januari 2010 pukul 04.06

    Subhanallah, bahan introspeksi yang sangat berharga.

Silahkan tinggalkan komentar Anda disini