”Di masa pembangunan ini,” kata Chairil Anwar mengenang Diponegoro, ”Tuan hidup kembali. Dan bara kagum menjadi api.”
Kita selalu berkata jujur kepada nurani kita ketika kita melewati persimpangan jalan sejarah yang curam. Saat itu kita merindukan pahlawan. Seperti Chairil Anwar tahun itu, 1943, yang merindukan Diponegoro. Seperti juga saat ini. Saat ini benar kita merindukan pahlawan itu. Karena krisis demi krisis telah merobohkan satu per satu sendi bangunan megeri kita. Negeri ini hampir seperti kapal pecah yang tak jemu-jemu dihantam gunungan ombak.
Di tengah badai ini kita merindukan pahlawan itu. Pahlawan yang, kata Sapardi, “Telah berjanji kepada sejarah untuk pantang menyerah.” Pahlawan yang, kata Chairil Anwar, “Berselempang semangat yang tak bisa mati.” Pahlawan yang akan membaca “Pernyataan” Mansur Samin :
Demi amanat dan beban rakyat
Kami nyatakan ke seluruh dunia
Telah bangkit di tanah air
Sebuah aksi perlawanan
Terhadap kepalsuan dan kebohongan
Yang bersarang dalam kekuasaan
Orang-orang pemimpin gadungan
Kami nyatakan ke seluruh dunia
Telah bangkit di tanah air
Sebuah aksi perlawanan
Terhadap kepalsuan dan kebohongan
Yang bersarang dalam kekuasaan
Orang-orang pemimpin gadungan
Maka datang jugalah aku kesana, akhirnya. Untuk kali pertama. Ke Taman Makam Pahlawan, di Kalibata. Seperti dulu aku pernah datang ke makam para sahabat Rasulullah di Baqi’ dan Uhud, di Madinah. Karena kerinduan itu. Dan kudengar Chairil Anwar seperti mewakili mereka :
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Tulang-tulang berserakan itu. Apakah makna yang kita berikan kepada mereka? Ataukah tak lagi ada wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pahlawan? Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid? Ataukah tak lagi ada ibu yang mau, seperti kata Taufiq Ismail di tahun 1966, “Merelakan kalian pergi berdemonstrasi karena kalian pergi menyempurnakan KEMERDEKAAN negeri ini.”
Tulang belulang berserakan itu. Apakah makna yang kita berikan kepada mereka? Ataukah seperti kata Sayyid Quthb, “Kau mulai jemu berjuang, lalu kau tanggalkan senjata dari bahumu?”
Tidak! Kaulah pahlawan yang kurindu itu. Dan beratus jiwa di negeri sarat nestapa ini. Atau jika tidak, biarlah kepada diriku saja aku berkata: Jadilah pahlawan itu.
Iman terhadap hari akhir (kiamat) secara khusus diulang-ulang, baik dalam Al-Qur'an maupun Hadits. Kerap penyebutan itu terkait dengan penguatan komitmen untuk melaksanakan sesuatu atau untuk meninggalkan sesuatu. "... jika berselisih tentang sesuatu, hendaklah kalian kembalikan itu kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir... "(QS An-Nisaa,4 : 59)
Kaki-kaki mereka atas segala yang mereka kerjakan." (QS Yaasin,36 : 65). Karenanya, rangkaian amal terkait jenazah bukan hanya berdampak sosial, tetapi juga moral-spiritual.
Al-Qur'an berulang-ulang mengantar harapan Rasulullah saw dan para sahabat jauh ke depan, bahwa kemenangan sejati akan mereka capai di akhirat nanti.
Dengan iman terhadap hari akhir, seorang pejuang tidak kenal putus asa. Apa dan berapa saja pengorbanan di jalan Allah, ia sangat yakin akan catatan dan ganjarannya. Bahkan, Al-Qur'an melarang mengatakan mujahid yang syahid di jalan Allah sebagai mati karena mereka memang hidup. (QS Al-Baqarah,2 : 154/ Ali Imran,3 : 169)
Demikianlah para rasul dan para pengikut tidak merasakan kepedihan dalam perjuangan. Kalau wajah seorang Yusuf AS, remaja yang tampan, telah membuat perempuan-perempuan di Mesir mengiris-iris jari-jari mereka tanpa sadar, betapa keindahan surga dan kepastian janji Allah telah membuat para pejuang di jalan-Nya sama sekali tidak merasa rugi, kalah atau sia-sia. Sebaliknya, mereka yang menzalimi diri sendiri atau sesama harus segera ingat bahwa ada batas usia bagi kehidupan dan ada persidangan yang adil. Sesudah itu kebahagiaan atau kesengsaraan abadi.
Iman terhadap hari akhir menyuburkan sikap tanggung jawab. Mereka yang dipuji-Nya sebagai orang-orang yang "... pagi dan petang bertasbih di rumah-rumah Allah" adalah orang-orang yang tidak terlalaikan oleh aktivitas perdagangan dan jual beli, dari mengingat Allah, menegakkan shalat dan menunaikan shalat, "Karena mereka takut akan hari saat berguncang-guncangnya hati dan penglihatan..." (QS An-Nuur,24 : 37)
Iman ini juga menghasilkan, memelihara, dan meningkatkan keikhlasan, keteguhan, dan semangat juang. Keberanian, kesungguhan dan optimisme adalah ciri khas mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir.
"Sesungguhnya yang akan memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat serta tidak takut kepada siapa pun selain Allah ...." (QS At-Taubah,9 : 18). Penyiksaan terhadap keluarga Yasir RA sangat brutal, khususnya pembunuhan Sumayah, istri Yasir. Tak ada lagi yang dapat dilakukan selain berdoa dan berharap. Keluarlah kata bersayap Rasulullah, "Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, tempat kalian berjumpa (esok) di surga."
Sangat menyentuh dan membuat gairah takwa saat membaca atau mendengar ayat-ayat Hari Akhir, ''Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). Pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.'' (Ad-Dzariyaat,51 : 14-19).
Umar bin Khattab termenung lama. Lama sekali. Apakah ini kebaikan atau musibah? Begitu ia bertanya pada dirinya sendiri tentang fenomena kemenangan-kemenangan besar yang ia peroleh. Tiba-tiba ia tersadar bahwa eranya terlalu jauh berbeda dengan era kedua pendahulunya: Rasulullah saw. dan Abu Bakar As-Syiddiq.
Di era Umar wilayah tetitori khilafah menjadi lebih dari 18 negara kalau dikonversi dengan era kita sekarang. Populasi umat Islam juga bertambah begitu pesat. Lahirlah sebuah masyarakat multikultur yang sangat besar. Lalu ada kemakmuaran dan kesejahteraan serta kekayaan yang melimpah ruah. Itu semua belum ada di era Nabi dan Khalifah pertama. Itu meresahkan Umar. Apakah ini kebaikan? Atau malah musibah? Kalau ini kebaikan, mengapa ini tidak terjadi pada masa sebelumnya? Kalau ini musibah, apakah Allah hendak memisahkan aku dari kedua pendahuluku?
Itu resah seorang pemimpin yang tak pernah selesai belajar. Ia bertanya dan terus bertanya. Ia berpikir dan terus berpikir. Dan hasilnya nyata. Hasil pembelajarannya sekarang menjadi sumber pembelajaran kita semua. Beliau telah mendampingi Rasulullah saw. selama sekitar 18 tahun dan mendampingi Abu Bakar selama 2,5 tahun. Beliau telah belajar banyak. Jadi walaupun zaman yang beliau lalui terlalu jauh berbeda, tapi beliau memiliki sumber pembelajaran lapangan selama 20 tahunan dan itu memadai untuk membantu beliau meletakkan dasar-dasar Negara baru di Madinah.
Beliau meletakkan dasar-dasar dari kostitusi dan sistem pemerintahan, menata sistem keuangan negara, memulai pembentukan dan pengorganisasian tentara profesional setelah sebelumnya setiap warga negara diharuskan menjadi mujahid dan prajurit negara, mengatur strategi ekspansi militer yang kemudian melahirkan futuhat atau pembebasan-pembebasan besar yang berpuncak pada pembebasan Al-Aqsha, mendistribusi para ulama ke berbagai wilayah, membentuk pemerintahan-pemerintahan daerah di wilayah yang telah dibebaskan.
Itu sebabnya, Rasulullah saw. dan Abu Bakar bersama Umar bin Khattab selalu diletakkan sebagai the founding fathers dari Negara Madinah. Suatu saat sang pendiri Negara itu berpesan kepada siapapun yang akan menjadi pemimpin: ”Ta’allamuu Qobla An Tasuuduu: Belajarlah sebelum kalian memimpin.”
[Sebelumnya]
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.
Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok.
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.
di ruang kepala sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.
Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok.
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok.
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok.
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok.
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stop-an bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok.
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok.
Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemisngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemisngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok.
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok.
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya.
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan.
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk.
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas.
Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba.
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya.
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya.
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini.
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.
Nasehat yang tulus akan berbekas dan berpengaruh sehingga dapat masuk kedalam relung hati yang terbuka untuk menerimanya. Dan sesungguhnya agama ini adalah nasehat sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Agama itu nasehat” Kami bertanya kepada beliau, “Nasehat kepada siapa?” Beliau menjawab: “Terhadap Allah, Quran, RasulNya, pemimpin-pemimpin dan seluruh kaum Muslimin”.
DR. Daud Rasyid MA, Pakar hadits, dosen UIN Syarif Hidayatullah dalam kajiannya membedah orientalis mengatakan: Aktivitas orientalisme dalam memurtadkan ummat dari aqidahnya adalah dengan memisahkan ummat dari al Quran dsn sunnah. Tahap pertama yang mereka lakukan adalah berusaha mementahkan sunnah dan hadits-hadits rasulullah SAW. Yang kemudian mengarahkan pada interpretasi Quran bukan berdasarkna sunnah, tapi logika saja. Proyek ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam tantangan ummat Islam. Sejarah mencatat kemunculan mu’tazilah, khawarij, syiah dll merupakan proses yang tidak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para orientalis sekarang ini. Hanya beda kemasan saja.
Mereka mengarahkan keraguan ummat terhadap hadits dengan alasan bahwa bisa saja para perowi hadits melakukan keboongan dalam melakukan periwayatan hadits-hadits. Dan bahkan mengarah pada bisa saja para shahabat dalam meneruskan apa yang diucapkan, dilakukan rasulullah juga merupakan kebohongan saja. Karena para orientalis menganggap kehidupan para shahabat sama dengan kondisi kehidupan saat ini yang penuh dengan kebohongan. Padahal dalam sejarah Islam, para rasul dan shohabat tidak pernah dikenal adanya kebohongan diantara mereka, karena mereka adalah generasi yang sangat berbeda dengan sekarang. Bahkan karakteristik para sahabat Rasul diabadikan dalam surat al Fath ayat 29.
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min).Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. 48:29)
Walladzii na ma’ah yang ditujukan pada para shahabat, menggambarkan Allah pun memberikan penghargaan pada mereka bahkan memberikan garansi radhiyalahu ‘anhum / diridhoi Allah. Hal inilah yang tidak pernah dipikirkan oleh para orientalis. Bahkan dikalangan sahabat memiliki prinsip yang sangat kuat yaitu: bisa saja seorang muslim mencuri, membunuh namun tidak mungkin seorang muslim itu melakukan kebohongan.
Mereka menyadari betul bahwa berbohong dalam hal ini adalah dosa yang paling buruk dan cacat yang paling busuk. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya berbohong akan menyeret orang untuk curang. Dan kecurangan akan menyeret orang ke neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang berbohong akan terus berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pembohong” Muttafaq alaih.
“Ada tiga golongan yang Allah tidak akan menegur dan memandangnya di hari kiamat, yaitu : orang yang membangkit-bangkit pemberian, orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu, dan orang yang memanjangkan kain sarungnya” (H.R Muslim)
“Celaka orang berbicara dusta untuk ditertawakan orang, celaka dia, celaka dia” (H.R Abu Daud dan At Tirmidzi)
Alam hal janji Allah menyebutkan: Menjadi musuh Allah di hari kiamat. Sabda Nabi : Allah berfirman ”Ada tiga orang yang menjadi musuhku di hari kiamat:1). Orang yang menjanjikan pemberian lalu mengingkari, 2). Orang yang menjual orang merdeka lalu ia makan hasilnya, 3). Orang yang mempekerjakan seseorang dan telah memenuhi permintaannya lalu tidak dibayrakan upahnya.” (H.R Bukhari)
Salah satu bentuk kezaliman. Sabda Nabi : “Orang kaya yang menunda-nunda pembayaran hutang adalah perbuatan zalim….”Muttafaq alaih.
Apalagi pernyataan Rasulullah yang menyatakan “Ada empat hal jika ada pada seseorang maka jadilah ia munafik tulen, dan jika ada sebagainnya maka ia memiliki ciri-ciri kemunafikan, hingga ia bisa meninggalkannya. 1). Jika dipercaya ia berkhianat, 2). Jika berbicara ia berdusta, 3). Jika berjanji mengingkari, 4). Jika berdebat ia curang.” Muttafaq alaih
Kisah Tepat Janji
Rasulullah berkisah: Ada seorang Bani Israil (A) yang meminjam 1000 dinar kepada salah seorang dari Bani Israil (B).
Si B meminta A untuk mendatangkan saksi. Si A berkata : Cukuplah Allah sebagai saksi. Si B meminta ditunjukkan kafil (penjamin). Si A menjawab cukuplah Allah sebagai penjamin.
Si B percaya dan ia berikan 1000 dinar itu, sesuai dengan batas waktu yang disepakati bersama.
Lalu si A pulang ke kampungnya di seberang sana. Ia kumpulkan uang hingga cukup jumlahnya sampai batas waktu pembayarannya.
Ketika jatuh tempo itulah si A mencari kapal penyebrangan untuk membayar hutangnya. Tetapi tidak ada kapal penyebrangan hari itu.
Akhirnya si A mengambil sebatang kayu, ia lubangai kayu itu dania masukkan 1000 dinar pinjamannya itu disertai pesan kepada saudaranya di seberang. Ia ceburkan kayu itu ke laut, disertai doa:
”Ya Allah Engkau Yang Maha Mengetahui, bahwa saya pernah berhutang 1000 dinar kepada seseorang, ketika ia meminta jaminan, saya katakan : “Cukuplah Allah sebagai penjamin” dan ia menerima. Ketika ia meminta saksi, saya katakan : “Cukuplah Allah sebagai saksi” dan iapun menerima. Dan sekarang saya sudah berusaha mencari penyebrangan untuk membayarkannya, tetapi saya tidak menemukannya, maka sekarang saya titipkan ini kepadamu Ya Allah.”
Setelah itu ia pergi sambil mencari kapal yang bisa menyeberangkannya.
Si B yang dijanjikan dibayar pada hari itupun keluar ke pantai menunggu kapal yang datang, menjemnput Si A yang meminjam uang kepadanya.
Kapal tidak ada yang merapat. Akhirnya ia memutuskan pulang.
Ketika hendak pulang itulah ia melihat kayu mengapung. Daripada pulang dengan tangan kosong ia ambil kayu itu, siapa tahu berguna untuk kayu bakar.
Sesampai di rumah kayu itu ia belah untuk dijadikan kayu bakar. Ketika dibelah, ditemukanlah 1000 dinar dan catatan dari si A diseberang.
Si A yang terus berusaha mencari kapal penyebrangan akhirnya menemukannya. Dan berhasil menyebrang ke rumah si B.
Sesampainya di rumah B, si A menyodorkan 1000 dinar, dengan mengatakan : “Demi Allah, saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan kapal penyebrangan guna membayar hutang, dan saya tidak menemukannya kecuali hari ini.
Kata si B. “Tidakkah kamu telah mengirimkannya kepadaku?"
Kata A: “ Bukankan telah saya katakan bahwa saya tidak mendapatkan kapal penyebrangan."
Kata si B:”Sesungguhnya Allah telah menyampaikan kepadaku apa yang engkau letakkan di dalam kayu bakar." (Ibn Katsir, 1: 447)
Prinsip yang sangat kuat ini dipegang betul oleh para shahabat, sehingga yang namanya Bohong merupakan hal yang sangat aneh dalam pandangan para shahabat. Sehingga sekali lagi prinsip para sahabat bahwa: bisa saja seorang muslim mencuri, membunuh namun tidak mungkin seorang muslim itu melakukan kebohongan, merupakan pagianyang sangat kuat menjadi bagian hidup aqidah dan akhlak Islam mereka.
Disini sangat terlihat betapa bodohnya para orientalis memandang kehidupan para sahabat yang memunculkan tuduhan kemungkinan berbohongnya para sahabat dalam menggambarkan kehidupan rasul. Sedangkan dalam talaah haditspun ilmu islam memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dalam memilih dan memilah-milah hadits.
Yang sangat ironis, tragis dan amat sangat janggal pada saat ini adalah, apa yang menjadi tuduhan para orientasil tentang kehidupan muslim yang bisa saja mereka melakukan kebohongan menjadi sebuah KENYATAAN yang sangat menyakitkan. Banyak contoh sederhana betapa budaya bohong ditanamkan oleh orang islam itu sendiri. Lihatlah disekeliling kita, sering kita mendapati seorang ibu ketik anaknya menangis dia mengatakan, jangan nangis nanti digigit anjing lho... atau ketika sang anak jatuh dan kemudian menangis, sang ibu mengatakan siapa yang nakal, batu ini ya? Sambil sang ibu memukul batu itu seolah batu itu yang menyebabkan sang anak jatuh dan harus dihukumi. Atau contoh lain ketika anak menangis meminta sesuatu pada ortu mereka. Para ortu sering mengatakan jangan suka nangis, tuh diketawain ayam, cicak tokek dsb. Penanaman budaya bohong telah dilakukan sejak dini. Dibangku sekolah banyak pengajar yang juga melakukan hal yang sama, bohong, pada muridnya. Dengan membiarkan mereka berbuat curang pada ujian misalnya.
Bohong sudah merajalela di tubuh ummat. Pejabat melakukan kebohongan, KKN-lah ujung-ujungnya. Kebohongan telah merusak sendi-sendi peradaban ummat ini. Berbagai kehancuran ummat pada ummumnya disebabkan karena budaya BOHONG. Sekarang para musuh Islam tidak perlu mengeluarkan kekuatannya untuk menghancurkan islam. Namun cukuplah membiarkan ummat ini hancur oleh dirinya sendiri, dengan terus mendukung budaya BOHONG dan BERBOHONG sekali lagi BERBOHONG. A’udzubillah min dzaalik.
Marilah kita berusaha untuk mentarbiyyah diri kita untuk menjadi hamba yang sholeh dan selalu taat padaNYA jauh dari maksiat dan dosa, dan Semoga Allah menjaga kita semua yang istiqomah menegakkan manhajNYA dari budaya BOHONG, dan menjauhkan ummat yang bersih ini dari anasir-anasir munafikin yang memang ditakdirkan suka melakukan kebohongan. Dan memberikan hidayah bagi mereka yang terjebak pada budaya BOHONG.
"Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu, agar anak yang pengecut jadi pemberani" (Nasihat Umar Bin Khathab)
Kerisauan pengarang artikel ini, ialah bahwa ketika akhir-akhir ini krisis besar melanda negeri, "kita justru mengalami kelangkaan pahlawan". Memang itu sama kita rasakan. Lebih risau lagi Anis Matta selanjutnya memperkirakan bahwa dengan demikian telah tampak "isyarat kematian sebuah bangsa". Tapi jangan, janganlah kiranya malapetaka sakaratulmaut itu terjadi.
Pahlawan yang didambakan Anis bukan saja pahlawan yang membebaskan bangsa dari krisis besar atau pahlawan di medan peperangan gawat, tapi jauh lebih luas lagi bentangannya - pahlawan dunia pemikiran, pendidikan, keilmuan, pebisnis, kesenian dan kebudayaan. Demikianlah esensi renungan yang dapat kita tangkap dari himpunan 76 kolom Serial Kepahlawanan majalah tarbawi ini.
Bacaanya yang luas dalam sejarah kepahlawanan dunia islam memungkinkan pengarang membentangkan panorama tarikh sejak zaman Rasulullah sampai masa kini secara informatif dalam kemasan kolom ringkas dan padat, sependek 400-500 kata. Tidak mudah menulis ringkas bernas, seperti juga tidak gampang bicara pendek padat makna. Menulis panjang bertele-tele dan berbual berlama-lama, mudah. Kolom-kolom alit Anis ini sedap dibaca, bahasanya terpelihara, puitis disana-sini, pilihan judul mengena, metaforanya cerdas, pesannya jelas, dan disampaikan dengan rendah hati.
- Menurut Anis, sejarah sesungguhnya "merupakan industri para pahlawan." Dalam "skala peradaban" setiap bangsa bergiliran "merebut piala kepahlawanan." Mereka selalu muncul disaat-saat sulit, atau sengaja (Allah) lahir (kan mereka) ditengah situasi yang sulit. Pahlawan sejati senantiasa pemberani sejati. Keberanian itu fitrah tertanam pada diri seseorang, atau diperoleh melalui latihan. Keduanya ini berpijak kuat pada keyakinan dan cinta yang kuat terhadap prinsip dan jalan hidup, kepercayaan pada hari kiamat, dan kerinduan yang menderu-deru untuk bertemu Allah. Dengarlah nasihat Umar bin Khathab: "Ajarkanlah sastra kepada anak-anakmu, karena itu dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani."
- Pahlawan dari generasi sahabat punya daya cipta sarana materi di tiga wilayah: di medan perang, dalam percaturan politik dan di dunia bisnis. Abu Bakar dan Utsman bin Affan biasa menginfakkan total hartanya, bukan sekedar marginnya, untuk memulai usaha dari nol kembali, karena mereka yakin pada kemampuan daya cipta sarana materi mereka. Umar bin Khathab dan Abdurrahman bin Auf selalu menyedekahkan 50% hartanya untuk ummat. Umar bin Khathab dan Khalid bin Walid : keduanya adalah petarung sejati, pemimpin sejati dan juga pebisnis sejati. Berkata Umar: "Tak ada pekerjaan yang paling aku senangi setelah perang dijalan Allah, selain dari bisnis." Ini menjelaskan mengapa generasi sahabat bukan hanya mampu memenangkan seluruh pertempuran, tapi juga mampu menciptakan kemakmuran setelah mereka berkuasa.
- Pahlawan mukmin sejati tidak membuang energi mereka untuk memikirkan apakah ia akan ditempatkan dalam sejarah manusia, apakah ia akan ditempatkan dalam liang lahat Taman Pahlawan. Yang mereka pikirkan ialah bagaimana meraih posisi paling terhormat di sisi Allah swt. Kata kunci mencapai ini adalah keikhlasan. Inilah yang membedakan mereka dengan pahlawan sekuler. Sama memderita masuk penjara, sama terbuai di tiang gantungan, tapi yang satu karena dunia fana, dan yang satu lagi karena Allah semata.
Tiga butir pikiran Anis Matta di tiga paragraf di atas, saya kutipkan untuk cicipan awal para pembaca sebelum menikmati sendiri hidangan kumpulan kolom yang ladzidz jiddan ini. Tapi Anis tidak selalu serius, dia sesekali bisa juga melucu.
Di kolom "Sahabat Sang Pahlawan" dikisahkannya pahlawan ilmu dan sastra kita, Buya Hamka, yang datang bersama istri beliau ke sebuah majelis, memenuhi undangan ceramah. Tiba-tiba, tanpa diduga, protokol juga mempersilahkan istri beliau untuk berceramah. Ini dilakukan dengan sangkaan baiksaja: istri sang ulama mungkin juga memiliki ilmu yang sama. Dan, istri beliau benar-benar naik kepodium. Buya Hamka terhenyak. Tapi itu cuma satu menit. Setelah memberi salam, istri beliau berkata: "Saya bukan penceramah. Saya hanya tukang masak untuk sang penceramah."
Semoga menikmati tulisan Serial Kepahlawanan ini. Semoga, seperti yang disebutkannya dalam kolom paling akhir, yang dicari itu "bahkan sudah ada disini. Mereka hanya belum memulai. Mereka hanya perlu berjanji merebut takdir kepahlawanan mereka."
Mudah-mudahanlah begitu.
Apa penjelasannya, bahwa 3000 mujahid dari badui-badui gurun jazirah Arab, berani melawan 200.000 pasukan Romawi dalam perang Mut’ah? Mereka tidak menang, memang, dalam pertempuran yang berlangsung tahun kedelapan hijriah itu. Tiga panglima mereka bahkan gugur sebagai syuhada; Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, Abdullah bin Rawahah. Ketika Khalid bin Walid mengambil alih kepemimpinan, yang ia lakukan adalah mundur teratur untuk menyelamatkan nyawa mujahidin yang tersisa.
Sementara anak-anak melempari mereka dengan batu saat kembali ke Madinah, karena dianggap melarikan diri, Rasulullah saw. justru menggelari Kalid sebagai Saefullah Al Maslul, pedang Allah yang terhunus.menyelamatkan nyawa pasukan adalah keputusan bijak seorang pemberani. Berhasil mundur teratur dari kejaran pasukan sebesar itu adalah keahlian tempur seorang jenius perang. Tapi berani melawan pasukan sebesar itu adalah pesan penting bagi Romawi : pertempuran sudah kita mulai, dan kami akan kembali!
Perang Yarmuk adalah saksi kejeniusan perang Khalid. Pertempuran yang terjadi sekitar enam tahun setelah perang Mut’ah itu, memang terlalu legendaris. Bayangkan 36.000 mujahid Muslim melawan 240.000 pasukan Romawi. Gelar Rasulullah saw. kepada Khalid bin Walid menjadi kenyataan. Sejak itu Romawi diusir dari wilayah jazirah Arab, Syam, dan kemudian Mesir.
Apa penjelasannya, bahwa mujahid badui itu bisa menaklukkan imperium besar seperti Romawi dan Persi? Dalam pendekatan aqidah dan iman, kemenangan itu dapat dengan mudah ditafsirkan. Tapi dalam pendekatan strategi perang, kita mungkin perlu mempelajari The Art of War dari Sun Tzu, strategi perang tertua yang ditulis 500 tahun sebelum Masehi dan telah mengilhami China dan Jepang selama 2400 tahun. Atau The Military Institution of The Romans yang ditulis Vegetius kepada Valentinian II sekitar tahun 390 M, dan kelak mengawali pengembangan tentara regular dari Eropa. Atau My Reveries Upon The Art of War ide Vegetius dan kelak banyak mengilhami Napoleon seperti diurai Stonewall Jackson dalam The Military maxims of Napoleon. Atau The Secrets Instructions of Frederick The Great to His Generals yang secara kebetulan ditemukan dalam kopor kecil Jenderal Czetteritz tahun 1760. atau On War dari Carl von Clausewitz’s tahun 1832. kedua pemikiran strategi militer inilah yang melatari semua pengembangan strategi perang Jerman.
Kebesaran mujahid badui yang telah menaklukkan imperium Persi dan Romawi itu hanya mungkin kita pahami dalam kerangka pemikiran-pemikiran strategi perang itu. Khalid tumbuh dalam tradisi perang gerilya yang menjadi ciri perang masyarakat Jazirah. Tapi ia menguasai cara berepikir tentara regular Romawi yang menguasai pola perang konvensional dengan alutsista besar sejak 20 tahun sebelunnya. Keteraturan adalah ciri pasukan Persi dan Romawi, atan tentara modern. Ketidakteraturan adalah ciri pasukan gerilya. Diperlukan waktu untuk menemukan pola dalam ketidakteraturan itu. Khalid mempelajari keteraturan itu sebagai sebuah kekuatan, tapi tetap menggunakan perang gerilya sebagai kombinasi dari pusat kekuatannya. Tapi mereka gerilyawan agresif. Jadi secara strategi, ia unggul 2 : 1. Ia tahu cara berpikir musuhnya. Tapi musuhnya tidak tahu keseluruhan cara berpikirnya. Ketahuilah cara berpikir musuhnya, tapi jangan berpikir dengan cara berpikirnya.
[Sebelumnya]
Izzuddin Al Qassam nampak begitu simpatik dalam senyumnya yang lepas. Darahnya yang segar beraroma harum kesturi, menambah suasana damai dan sejahtera. Tak kalah simpatik Muhammad Toha dari Bandung dengan pembawaannya yang periang seperti alam Jawa Barat. 'Tak ada masalah' benar-benar menghapus wujud tubuhnya yang hancur bersama ledakan gudang mesiu Belanda yang diledakannya, yang sampai hari ini tetap membentuk situ yang lumayan. Di seberang sana seorang mantan Presiden Thomas Jefferson, presiden ke-2 sebuah negara benua dengan wajah prihatin yang sukar dilukiskan.
TJ : "Nampaknya kalian begitu bebas, tak ada masa lalu yang cukup menyedihkan atau masa depan yang menakutkan?"
IQ&MT : "Apa yang membebani fikiran Anda sehingga wajah Anda begitu mengenaskan?"
TJ : "Bangsaku yang dungu itu. Dari awal sudah kuwasiatkan mereka untuk tidak memasukkan ke dalam sistem Amerika sepotong YAHUDI pun. Di zamanku imigran mulai berdatangan ke benua harapan itu. Yang paling banyak ya mereka, si spora itu."
IQ : "Anda kok rasis benar sih?"
TJ : "Bukan karena rasis, tetapi seperti juga Anda tak suka negeri Anda diduduki dan dikhianati. Saya bilang kepada mereka, sekarang belum jadi masalah serius. Nanti kalau mereka sudah menduduki dan merampasi tanah bangsa Palesina, maka Amerika akan terseret-seret ke dalam pusaran yang tak jelas dan tak menguntungkan."
IQ : "Seperti peramal masa depan?"
TJ : "Ini bukan soal meramal. Sangat mudah diproyeksi, bagaimana masa depan suatu bangsa yang bagaikan kayu dengan larva-larva yang mulai menetas dan berkembang biak, mulai menggerogotinya. Politik hari ini adalah sejarah hari esok dan politik kemarin adalah sejarah hari ini."
IQ : "Tetapi kenyataannya kok runyam begitu. Bangsa Anda begitu mabuk kepayang dengan kaum YAHUDI, melawan arus semangat dunia baru hari ini. Dalam konferensi di Afrika Selatan, seluruh negara menilai Israel sebagai negara rasis dan pelanggar HAM. Eh, ternyata mau-maunya Amerika Serikat walk out menyertai bangsa Zionis-kolonialis itu."
TJ : "Nasib kita sama, Kang Toha hancur bersama bom yang diledakannya ke gudang amunisi Belanda, tetapi kini bangsanya sendiri hancur oleh naza, zina, KKN, kolaborasi para pemimpin dengan musuh bangsa. Tuh gadis-gadis casting bugil. Maaf, aku fikir apa aku nggak menghina mereka dengan mereka itu gadis, ya? Apa mungkin kalau orang masih benar-benar gadis mau telanjang di depan laki-laki (juga perempuan) asing? Bahkan di depan ibunya sendiri juga muallluuu sangat. Lihatlah bangsaku di zamanku, entah karena warisan sentuhan Islam di Spanyol, gadis-gadisnya begitu rapat menutup tubuh mereka, seperti Laura dan teman-temannya dalam film The Little House in The Praire."
MT : "Alhamdulillah, saya sudah lepas dari tanggung jawab. Tubuhku utuh kembali. Luka dan darah yang harum ini bagaikan mozaik warna yang kaya pada batu-batuan mulia, zamrud, aqiq, zabar jad, firouz, dan lain-lain. Kalau boleh iri, aku sangat iri dengan bangsamu Al Qassam. Tahun 40-an Syaikh Faraghli menjadi panglima JIHAD PALESTINA. Tak masalah gudang senjata di kebunnya terbongkar. Dr. Musthafa As-Siba'i tidak berpangku tangan atau sekadar mengerutkan dahi seperti lazimnya tampilan klasik intelektual. Sampai hari ii bunga-bunga bangsamu luar biasa bermekaran. Para ibu bangga dengan putra-putri mereka yang syahid."
TJ : "Ah, kalau ibu-ibu bangsaku hari-hari ini, sedang aktif memandangi gadis-gadis mereka yang sedang mempersiapkan carrier untuk perkemahan musim panas, sambil tak lupa menegur, 'Eh, jangan lupa pilnya, ya?' Rasa-rasanya bangsa Kang Toha juga seperti itu."
MT : "Heroisme dan patriotisme bangsaku sekarang tinggal di desa-desa, di atas panggung kayu 17 Agustus, dengan gadis dan bujang yang memoles wajah mereka hitam-hitam dan mengikat kepala dengan pita merah putih, meningkahi pakaian gerilya di zaman perjuangan disik. Bangsa Akh Qassam, punya pemuda-pemudi cerdas, peduli bangsa, saleh lagi. Bayangkan ketika mereka dibuang di padang pasir, masih bisa kuliah di alam terbuka, ikut ujian dan lulus cemerlang. Kalian berpotensi membuat bom nuklir. Seperti para belia negeri-negeri 'ekstremis Islam' yang sedang belajar di Barat. Banyak mereka jadi ahli biogenetika, nuklir, antariksa, bahkan kalau perlu antrax, maksudnya ahli penangkal antrax, lho."
TJ : "Kalian punya masa depan. Negeriku beserta negeri-negeri yang mengikutinya diperkirakan tahun 2040 Cuma punya manula, karena mereka enggan beranak. Seks bebas Seks bebas ya oke. Iklan layanan sosial di negeri Kang Toha juga kampanye seks aman, artinya pakailah pencegah kehamilan. Soal aman dari murka Allah mah, sabodo teuing!! Bancinya ingin menambah jumlah 40 juta pasangan sejenis di negeriku."
IQ : "Negeri Anda mempelopori terorisme stigma. Kang Toha secara tak langsung digolongkan ekstremis atau teroris. Media negeri Kang Toha sendiri langsung sja melahap produk bengkel isu Zionis. 'Telah ditangkap dua orang teroris Islam', 'Telah meledak bom atas nama teroris Islam'. Seandainya orang-orang Moro di Mindanao, (Ia tak sudi menyebutnya Philipina Selatan. Tak ada dengan Raja Philip atau Magelhans), dengan kekuatan fisik mengusir 'transmigran' paksa dari utara yang tandus merambah negeri mereka yang subur makmur, apa salahnya? Kami berhak perangi siapa saja di Palestina yang disusuki Zionis. Menyerang penduduk sipil? Ini kondisi perang jangka panjang sampai Palestina merdeka. Sejak awal terutama ketika si jagal Sharon mempersenjatai penduduk perumahan di atas tanah rampasan dengan berbagai senjata modern, selesai sudah sipil-militer. Ultra sipil beralasan untuk dibunuh karena menduduki hak milik bangsa yang dirampas Zionis dengan dukungan penuh Kerajaan Britania (UK) dan negera Mr. T J cs. Dimana terorismenya?"
MT : "Apa nggak ada yang mengingatkan pemerintah negeri Mr. T J?"
TJ : "Sebelum Bush menuangkan bom curahnya di Afganistan, James Kelley di The United States Pos telah mengingatkan agar dia jangan lagi menambah beban bangsa kami dengan melayani terus keinginan nista Zionis-Israel. Jangan jadikan dunia Arab dan Islam sebagai musuh. Tetapi hanya dalam 2-3 hari masuklah lebih dari 300-an e-mail pendukung Zionis menyerang pandangan tersebut. Hanya ada 5 surat dukungan. Kan di negeri Kang Toha sudah banyak pengguna internet, baik dinas, warnet maupun rumahan. Kok cicing wae?"
MT : "Sehari-hari para karyawan, asyik membuka situs porno, dari mana bisa berkobar semangat jihad. Sudah lagi bahasa Inggris mereka amburadul, tak mampu berkomunikasi. Kalau ada pengajian di berbagai Islamic Center negeri Mr. T J, mereka tak mau hadir, kecuali ditulis 'Khusus Indonesia'. Baik yang kuliah di Barat atau nyantri di Arab, sama-sama kuper kecuali sedikit dan itulah yang pulang membangun bangsa."
IQ : "Dinasehati Kelley, Mr. Bush tersinggungkah?"
TJ : "Ah, biar dia nyusul kemari."
Keterangan :
TJ = Thomas Jefferson
IQ = Izzuddin Al Qassam
MT = Muhammad Toha
Akal-akal besar itu selalu mampu mengunyah semua masalah zamannya. Tak jarang bahkan akal mereka menebus dinding waktu zaman mereka, dan merengkuh semua masalah yang terjadi berpuluh bahkan beratus tahun sesudah mereka pergi. Bukan karena ilmu yang datang bagai embun pagi yang diteteskan di atas daun otak mereka maka mereka tahu semuanya. Bukan. Mereka mengunyah semua masalah zaman mereka melalui upaya memahami yang tak pernah berhenti. Maka mereka selalu sanggup merespon semua masalah yang muncul di zaman mereka.
Mereka bukan orang yang serba tahu segala hal. Tapi mereka adalah pembelajar yang konstan yang selamanya dipicu oleh rasa ingin tahu yang tak habis-habis. Maka realitas menyediakan tantangan. Dan mereka memberikan solusi. Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama Islam dijaga Allah sepanjang zaman melalui akal-akal besar itu. Al-Qur’an dikumpulkan di zaman Abu Bakar lalu ditulis secara formal di zaman Utsman dan dijadikan sebagai standar bacaan serta digandakan dalam lima mushaf. Ini yang kemudian dikenal sebagai mushaf Utsmani. Dengan begitu kemurnian Al-Qur’an terjaga dari semua bentuk penyimpangan sepanjang masa. Selamanya.
Penjagaan kemurnian Hadits Rasulullah saw. mungkin jauh lebih kompleks. Disamping perlu waktu untuk memisahkan teks-teks Hadits dan teks-teks Qur’an karena secara lisan keduanya diucapkan oleh lisan yang sama tetapi dengan rasa bahasa yang sedikut berbeda, juga rentang waktu pengucapannya serta jalur periwayatannya yang sangat rumit. Tapi ada akal besar di zaman Umar bin Abdul Aziz, yaitu Imam Al Zuhri, yang kemudian ditugasi sang khalifah untuk memulai kodifikasi hadits-hadits Rasulullah saw. ratusan tahun kemudian dunia ilmu pengetahuan mengabarkan bahwa metode ilmu hadits ini adalah salah satu warisan pengetahuan Islam yang takkan pernah tertandingi oleh sebuah peradaban lain. Seandainya metode itu dipakai untuk meriwayatkan sabda-sabda Nabi Isa as., atau meriwayatkan pendapat para filosof Yunani, mungkin takkan ada riwayat yang sahih yang sampai pada kita.
Akal-akal besar itu yang kemudian menjadikan ilmu fiqh sebagai ilmu yang terus menerus mengayomi pertumbuhan peradaban Islam, khususnya di era para imam pendiri mazhab dari Imam Abu Hanifah, Imam Malik, imam Syyafii dan imam Ahmad, dari ujung abad pertama hingga awal abad ketiga hijrah. Ilmu Fiqh telah berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang menjawabsemua masalah dalam semua aspek kehidupan. Imam Syafii bahkan mendirikan ilmu Ushul Fiqh yang jauh lebih solid dibanding ilmu logika dan filsafat Yunani. Mereka bahkan masih sempat menjawab banyak masalah yang belum terjadi. Lalu ketika Imam Abu Hanifah ditanya mengapa mereka melakukan itu, beliau hanya tersenyum sembari menjawab: ”Orang berakal menyediakan jawaban sebelum pertanyaannya datang.”
Begitulah peradaban tumbuh dan berkembang di tangan akal-akal besar, yang sebenarnya tidak juga serba tahu, tapi lebih karena mereka adalah pembelajar sejati. Mereka selalu ingin memahami segalanya secara lebih baik, maka mereka menjawab tantangan zaman mereka secara lebih baik.
[Sebelumnya]
[Sebelumnya]
Maksud hati ingin ukhuwah dengan lawan jenis, tapi malah terjebak dalam pacaran. Tadinya pengen menjalin ukhuwah islamiyah, tapi apa daya kecemplung jadi demenan. He..he.. jangan heran atuh, sebab hubungan dengan lawan jenis itu rentan banget disusupi oleh perasaan-perasaan lain yang getarannya lebih dahsyat. Apalagi kalo ditambah naik bajaj, dijamin tambah menggigil karena vibrasinya kuat banget (apa hubungannya?) :-)
Sobat muda muslim, sesama aktivis masjid atau organisasi kerohanian di sekolah dan kampus, selalu saja muncul hal-hal tak terduga. Cinta lokasi kerap mewarnai perjalanan hidup mereka. Iya dong, aktivis juga kan manusia. Wajar banget dong untuk merasakan hal-hal seperti itu. Apalagi mereka sama-sama sering bertemu. Bukankah pepatah Jawa mengatakan, witing tresno jalaran soko kulino sering jadi rujukan untuk menggambarkan perasaan itu? Ati-ati!
Hmm… rasa cinta itu muncul karena seringnya bersama atau bertemu, begitu maksudnya? Yup, kamu cukup cerdas dalam masalah ini. Iya, jadi jangan kaget or heran kalo sesama aktivis pengajian muncul perasaan itu. Apalagi di antara mereka udah saling mengetahui kebiasaan masing-masing. Dijamin perasaan ‘ser-seran’ keduanya dijembatani oleh seringnya komunikasi dan frekuensi pertemuan. Udah deh, panah-panah asmara mulai dilepaskan dari busur masing-masing dalam nuraninya. Duh gusti, itu artinya sang panah asmara siap menembus hati masing-masing. Siap memekarkan bunga-bunga di taman hati mereka. Seterusnya, jatuh hati dan saling memendam rindu. Uhuy!
Jadi, kalo nggak kuat-kuat amat imannya, kamu bakalan melakoni aktivitas pacaran sebagaimana layaknya dilakukan oleh mereka yang masih awam sama ajaran agama. Nggak terasa, di antara kamu mulai berani janjian untuk ketemu di masjid. Walau mungkin masih malu-malu. Tapi jangan salah lho, jika nafsu udah jadi panglima, akal sehat kamu pasti keroconya. Kamu lalu deklarasi, “akal sehat saatnya minggir!”. Waduh, gimana jadinya kalo sesama aktivis malah terjebak dalam perasaan-perasaan seperti ini?
Sobat muda muslim, memang ukhuwah itu tidak dibatasi cuma kepada satu jenis manusia aja, tapi kepada dua jenis sekaligus, yakni laki dan wanita. Bahkan ukhuwah islamiyah berdimensi sangat luas, yakni nggak dibatasi oleh waktu dan tempat. Kapan pun dan di mana mereka berada, asal mereka adalah muslim, itu saudara kita. Hanya saja, untuk ukhuwah dengan lawan jenis, memang ada aturan mainnya sendiri, sobat. Nggak sembarangan, atau nggak sebebas dalam bergaulnya seperti kepada teman satu jenis. Itu sebabnya, kita bahas masalah ini di buletin kesayangan kamu ini. Betul? Loading…
Ketika cinta mulai menggoda
Rasa cinta itu unik. Nggak mengenal status seseorang, dan juga suka tiba-tiba aja datang. Hadir dalam jiwa, menggerogoti hati, mengaduk-mengaduk perasaan, yang akhirnya muncul rasa suka dan rindu. Duh, banyak pujangga yang berhasil menorehkan kata-kata puitisnya tentang cinta. Sebab cinta itu naluriah. Pasti dimiliki oleh seluruh manusia, termasuk hewan. Allah udah memberikan rasa itu kepada manusia. Firman-Nya:“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,” (QS Ali Imraan [3]:14)
Nah, gimana jadinya kalo sesama aktivis pengajian muncul rasa cinta? Nggak masalah. Sah-sah saja kok. Bahkan sangat mungkin terjadi. Itu naluriah. Cuma, tetap harus aman dan terkendali. Nggak boleh mengganggu stabilitas nasional (ciiee.. bahasanya pejabat banget tuh!). Iya, saat cinta menggoda, jarang yang bisa bertahan dari godaannya yang kadang menggelapkan mata dan hati seseorang. Jangan heran dong kalo sampe ada yang nekat pacaran. Wah, aktivis pengajian kok pacaran?
Sobat muda muslim, itu sebabnya kamu kudu bisa jaga diri. Ukhuwah islamiyah di antara sesama aktivis pengajian tentunya nggak dinodai dengan perbuatan yang mencemarkan nama baik organisasi, nama baik kamu, nama baik sesama aktivis pengajian, dan yang jelas kesucian Islam. Jangan sampe ada omongan, “aktivis pengajian aja pacarannya kuat, tuh! Muna deh!”. Coba, gimana kalo sampe ada yang bilang begitu? Nyesek banget kan? Jelas lebih dahsyat dari wabah SARS tuh! Upss...
Kalo udah gitu, bisa ngerusak predikat tuh. Bener. Sebab, serangan kepada orang yang punya predikat ‘paham agama’ lebih kenceng. Jadi kalo ada aktivis pengajian yang pacaran, orang di sekililing mereka dengan sengit mengolok-olok, mencemooh, bahkan mencibir sinis. Kejam juga ya? Bandingkan dengan orang yang belum paham agama, atau nggak aktif di organisasi kerohanian Islam, biasa-biasa aja tuh. Sobat, inilah semacam ‘hukuman sosial’ yang kudu ditanggung seseorang yang udah dipandang ngerti. Padahal, sama aja dosanya. Tapi, seolah lebih besar kalo itu dilakukan oleh aktivis pengajian. Gawat!
Wajar juga sih pandangan seperti itu. Sebab, umat kan lagi nyari siapa yang dapat ia percayai dan teladani dalam kehidupannya. Jadi, jangan khianati kepercayaan mereka kepadamu hanya gara-gara soal cinta yang kebablasan. Sebab, mereka menganggap bahwa kamu mampu menjaga diri dan mungkin orang lain. Nah, kalo kemudian kamu melakukan perbuatan yang merendahkan martabatmu, rasanya pantes banget kalo kemudian mereka nggak percaya lagi sama kamu yang aktif di pegajian. Betul apa betul?
Sobat muda muslim, cinta seketika bisa datang menggoda, hadir dalam jiwa, memenuhi rongga dada, dan membawa asa yang menghempaskan segala duka yang pernah ada. Hmm.. kalo itu yang kamu rasakan, harap hati-hati. Ukhuwah di antara kamu jangan dinodai dengan aktivitas bejat, meskipun atas nama cinta. Berbahaya. Jangan heran kalo Kahlil Gibran pernah bikin puisi seperti ini: “Cinta berlalu di hadapan kita, terbalut dalam kerendahan hati, tetapi kita lari darinya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejarnya, untuk berbuat jahat atas namanya”
Jaga jarak aman!
Idih, emangnya mengendarai mobil sampe dibilang jaga jarak aman? He..he..he... jangan salah euy, justru yang berbahaya adalah karena seringnya deketen, apalagi sampe gesekan segala (emangnya kartu kredit main gesek?)
Jaga jarak aman adalah cara ampuh menjaga hati kita untuk tidak melakukan aktivitas berbahaya. Bukankah seringkali kamu tak berdaya jika deketan sama orang yang kamu incer? Sebab, kalo nggak diatur dengan batasan ajaran agama, kamu bisa kebablasan berbuat tuh. Bener. Jangan sampe kamu lakuin. BTW, apa aja sih batasan bergaul dengan lawan jenis, khususnya sesama aktivis? Iya, biar kita jadi ngeh, apa yang boleh dilakukan dan mana yang terlarang untuk dilakoni. Supaya ukhuwah kita nggak bias dengan pacaran.
Pertama, kurangi frekuensi pertemuan yang nggak perlu. Memang, kalau sudah cinta, berpisah sejam serasa 60 menit, eh maksudnya setahun. Bawaannya pengen ketemu melulu. It’s not good for your health, guys! Ini nggak sehat. Perbuatan seperti itu bukannya meredam gejolak, tapi akan memperparah suasana hati kita. Pikiran dan konsentrasi kita malah makin nggak karuan. Selain itu bukan mustahil kalau kebaikan yang kita kerjakan jadi tidak ikhlas karena Allah. Misal, karena si doi jadi moderator di acara pengajian, eh kita bela-belain datang karena pengen ngeliat si doi, bukan untuk nyimak pengajiannya itu sendiri.
Yup, kurangi frekuensi pertemuan, apalagi kalau memang tidak perlu. Kalau sekadar untuk minjem buku catatan, ngapain minjem pada si doi, cari aja teman lain yang bisa kita pinjam bukunya. Lagipula, kalau kamu nggak sabaran, khawatir ada pandangan negatif dari si doi. Bisa-bisa kamu dicap sebagai ikhwan atau akhwat yang agre (maksudnya agresif). Zwing...zwing.. gubrak!
Kedua, jangan ‘menggoda’ dengan gaya bicara dan penampilan yang gimanaa.. gitu. Jadi, ketika kamu berbicara dengan lawan jenis harus diperhatikan intonasi dan gaya bicaranya. Bagi wanita, jangan sekali-kali ketika berinteraksi dengan anak cowok menggunakan gaya bicara yang mendayu-dayu kayak penyanyi dangdut. Suaranya dibuat merdu merayu hingga menyisakan rasa penasaran yang amat sangat bagi kaum lelaki. Wow! Firman Allah: “Jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lemah lembut (mengucapkan perkataan, nanti orang-orang yang dalam hatinya ragu ingin kepadamu. Dan berkatalah dengan perkataan yang baik. “ (QS. Al-Ahzab [33]: 32)
Ketiga, menutup aurat. Nggak salah neh? Kalo aktivis kan udah ngeh soal itu Bang? Bener. Harusnya memang begitu. Tapi, banyak juga yang belum tahu bagaimana cara mengenakan busana sesuai syariat. Akhwatnya masih pake kerudung gaul yang ‘cepak’ abis! (kalo yang bener kan ‘gondrong’. He..he..). Iya, kerudungnya aja modis banget. Pake lipstik lagi bibirnya. Bedakannya tebel banget pula. Minyak wanginya? Bikin ikan sekom ngapung!
Jadi buat para akhwat, jangan tabarujj deh. Duh, kebayang banget lucunya kalo aktivis pengajian tabarujj alias tampil pol-polan dengan memamerkan kecantikannya. Jangan ya, Allah Swt. berfirman: “...dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS Al-Ahzab [33]: 33)
Banyak lho yang mengaku aktivis masjid tapi kelakuannya masih begitu. Jadi, mari kita sama-sama membenahi diri kita dan juga teman-teman yang lain sesama aktivis masjid. perubahan memang butuh proses. Tapi, kudu dimulai dari sekarang. Siap kan? Heu-euh!
Keempat, kurangi berhubungan. Mungkin ketemu langsung sih nggak, tapi komunikasi jalan terus tuh. Mulai dari sarana ‘tradisional’ macam surat via pos, sampe yang udah canggih macam via telepon, HP, dan juga internet. Wuih, ketemu langsung emang jarang, tapi kirim SMS dan nelponnya kuat. Apalagi kalo urusan chatting, pake ada jadwalnya segala. Udah gitu, kirim- kirim e-mail pula. Hmm... jadi tetep berhubungan kan? Emang sih bukan masuk kategori khalwat. Tapi kan bisa menumbuhkan rasa cinta, suka, dan sayang? Nggak percaya? Jangan dicoba! He..he..
Kelima, jaga hati. Ya, meski sesama aktivis pengajian, bisikan setan tetap berlaku. Bahkan sangat boleh jadi makin kuat komporannya. Itu sebabnya, kalo hatimu panas terus karena panah asmara itu, dinginkan hati dengan banyak mengingat Allah. Mengingat dosa-dosa yang udah kita lakukan ketika sholat dan membaca al-Quran. Firman Allah Swt.: “Ingatlah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (ar-Ra’du [13]: 28)
Oke deh, kamu udah punya modal sekarang. Hati-hatilah dalam bergaul dengan teman satu pengajian. Jaga diri, kesucian, dan kehormatan kamu dan temanmu. Jangan nekat berbuat maksiat. Kalo udah TKD alias Teu Kuat Deui, segera menikah saja (kalo emang udah mampu). Kalo belum mampu? Banyakin aktivitas bermanfaat dan seringlah berpuasa.
Emang sih kalo pengen ideal, kudu ada kerjasama semua pihak; individu, masyarakat dan juga negara. Hmm.. soal cinta juga urusan negara ya? Negara wajib meredam dan memberantas faktor-faktor yang selalu ngomporin masyarakat untuk berbuat yang nggak-nggak. Betul? Jadi, jangan sampe ukhuwah kita berubah jadi demenan! Catet ya.
Sumber : Penasihat JM
Sumber : Penasihat JM
Para pahlawan mukmin sejati menyimpan kelembutan di dalam hatinya: yang membuat nuraninya senantiasa bergetar setiap kali ia menyaksikan berbagai peristiwa kehidupan yang mengharu biru; yang membuat semangatnya menggelora setiap kali ia menghadapi tantangan dan panggilan kepahlawanan; yang membuat kesedihannya menyayat jiwa setiap kali ia menyaksikan kezaliman, kepapaan dan kenestapaan; yang membuat kerinduannya mendayu-dayu setiap kali ia diingatkan pada cita-citanya.
Kelembutan jiwa membuat para pahlawan mukmin sejati senantiasa terpaut dalam pusaran kehidupan, terlibat di kedalaman batinnya, merasakan sentuhan alam, mendengar jeritan nurani kemanusiaan, dan memahami harapan-harapannya. Itulah sebabnya mereka selalu terjalin secara emosional dengan kehidupan yang mereka lalui. Mereka merasakan setiap detik dari perjalanan hidup mereka.
Intinya, kelembutan jiwa memberikan mereka kemampuan mengapresiasi kehidupan secara baik dan intens. Inilah, agaknya, rahasia yang menjelaskan sebuah fenomena yang unik, yaitu hubungan yang intens antara para pahlawan mukmin sejati dengan puisi dan sastra secara umum.
Puisi, atau sastra secara umum, adalah instrumen yang membahasakan kelembutan jiwa mereka. Puisi juga memberi mereka inspirasi dalam memaknai gerakan-gerakan jiwa mereka, membuat mereka lebih dekat dengan perasaan-perasaan mereka sendiri, membantu mereka memahami sabda alam, dan menangkap makna-makna kemanusiaan yang paling dalam yang senantiasa terlahir dari nurani manusia. Bagi mereka, puisi juga merupakan hiburan jiwa.
Itulah sebabnya Umar bin Khattab menganjurkan pengajaran sastra untuk anak-anak. Karena sastra, kata Umar, dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani. Rasulullah saw sendiri menyukai puisi dan menghapal beberapa bait Puisi Arab kuno serta mengenal para penyairnya. Di kalangan sahabat terdapat juga banyak penyair. Para pahlawan perang, di zaman Rasulullah saw dan sesudahnya, selalu menggunakan puisi sebagai cara untuk membangkitkan semangat perang Kaum Muslimin. Karena itu, dalam tradisi Sastra Arab ada beberapa penyair yang mempunyai spesialisasi dalam bidang “Syi’rul Hamasah” (Puisi Semangat). Di kalangan ulama juga kita temukan hal yang sama. Beberapa di antara mereka bahkan mewariskan kumpulan puisi. Misalnya, Imam Syafi’i dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah.
Para pahlawan dakwah di zaman ini juga melakukan hal yang sama. Bacalah buku Dr. Yusuf AI-Qardhawi, atau Syekh Muhammad Ai-Ghazali, atau Muhammad Ahmad Al-Rasyid, atau Abul Hasan Ali AI-Hasani Al-Nadwi, niscaya Anda akan menemukan bait-bait puisi bertebaran dalam lembaran-lembarannya. Hasan Al-Banna bahkan menghapal sekitar 1800 bait puisi ketika ia akan menyelesaikan pendidikan tingginya. Dan bukankah salah satu sumber kekuatan tafsir Fii Dzilalil Qur’an, karya Sayyid Quthb, adalah kekuatan sastranya?
Ketika Abdullah bin Rawahah merasakan keraguan menghadapi maut dalam Perang Mu’tah, beliau mengusir keraguannya dengan puisi.
Wahai Jiwa,
Kau harus turun berlaga,
atau Kupaksa kau turun
Mengapa kau tampak enggan
Menggapai surga
Kau harus turun berlaga,
atau Kupaksa kau turun
Mengapa kau tampak enggan
Menggapai surga
Setelah itu, keberaniannya kembali terkumpul. la pun maju, bertempur, dan menggapai syahid.
Pada hari bersejarah itu, sebuah pergerakan besar tengah berlangsung di bumi Indonesia. Ketegangan memuncak seiring mendekatnya sebuah kekuatan besar dengan persenjataan jauh melebihi dari persenjataan para pejuang Indonesia. Suasana mencekam terus berlangsung hingga momentum besar itu tiba. Saat itu tidak ada satupun mahluk yang bisa menolak datangnya sebuah takdir besar bagi bangsa ini. Sebuah hari akhirnya menjadi saksi tentang keberanian anak bangsa menjalankan takdir besarnya. Tidak ada keraguan bagi mereka yang mengambil bagian dari epos tersebut, seolah mereka meresapi betul apa yang digelorakan oleh Soekarno :
“Diberi hak-hak atau tidak diberi hak-hak; diberi pegangan atau tidak diberi pegangan; diberi penguat atau tidak diberi penguat, tiap-tiap makhluk, tiap-tiap ummat, tiap-tiap bangsa tidak boleh tidak, pasti akhirnya akan berbangkit, pasti akhirnya bangun, pasti akhirnya menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah terlalu sekali merasakan celakanya diri teraniaya oleh suatu daya angkara murka ! Jangan lagi manusia, jangan lagi bangsa, walaupun cacingpun tentu menggeliat-geliat kalau merasakan sakit !“
Perasaan sangat mendalam yang dirasakan oleh para pejuang kita akan penderitaan rakyat telah memenuhi sanubari mereka. Tidak ada lagi kekhawatiran terhadap nasib dan nyawa mereka sendiri. Hanya satu tekad yang memenuhi batin mereka yaitu mengibarkan merah putih dan membebaskan rakyat dari penderitaan yang selama ini menaunginya. Itulah para pahlawan, agenda pribadi telah mereka simpan rapat-rapat digantikan dengan agenda perjuangan bangsa.
Di tengah krisis yang melanda negeri, tidak ada yang kita butuhkan melebihi munculnya jiwa-jiwa kepahlawanan dalam diri anak negeri. Kita merindukan mereka yang mau menyimpan dulu agenda pribadinya guna memperjuangkan agenda bangsa. Kita juga mendambakan munculnya semangat rela berkorban demi mewujudkan cita-cita bersama. Kita berharap akan hadirnya sebuah generasi yang di dalam pengorbanannya tiada niatan selain mengharapkan hadirnya kesejahteraan bagi masyarakat luas.
Sikap mendahulukan kepentingan bangsa dari kepentingan pribadi dapat kita teladani dari sosok pemimpin seperti Mohammad Natsir. Tentu masih segar dalam benak kita tentang Natsir yang memiliki ketegasan dalam pemikirannya. Dia tak ragu untuk berdebat dengan Bung Karno yang usianya 20 tahun lebih tua jika menyangkut pandangannya terhadap apa yang ia yakini. Akan tetapi, tak banyak yang mengetahui bahwa Natsir juga melakukan pembelaan terhadap Soekarno ketika beliau diasingkan ke Digul. Artikel yang beliau tulis ketika itu menjadi saksi betapa Natsir dapat mengesampingkan pertarungan pemikirannya dengan Soekarno demi keberpihakan terhadap cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Kerelaan untuk berkorban dapat terlihat pada sikap panglima besar Jenderal Soedirman yang rela meneruskan perjuangan dari atas tandunya. Tidak ada perasaan berat, tidak ada keluhan yang meluncur dari mulut beliau. Meskipun dalam keadaan sakit beliau tetap berpegang teguh pada komitmen perjuangan. Hal tersebut tentu saja memiliki dampak luar biasa pada mentalitas pasukannya yang tetap teguh meskipun harus melakukan perjalanan jauh dari hutan ke hutan.
Keikhlasan dalam berjuang dapat kita pelajari dari sikap pemimpin perlawanan arek Surabaya pada 10 November, Bung Tomo. Seolah-olah saat ini kita masih bisa merasakan pekik takbir yang beliau gelorakan. Pekik takbir yang mampu membakar api semangat perlawanan rakyat. Namun selepas pertempuran, kita mendapati beliau sebagai sosok sederhana. Beliau tak pernah berlebihan dalam menuntut jatah dari hasil perjuangannya, meskipun apa yang beliau pernah sumbangsihkan tak ternilai harganya.
Persoalan-persoalan yang terus berulang di negeri kita ini merupakan cermin betapa nilai-nilai kepahlawanan telah tergerus dari kehidupan kita. Seandainya kita mau meneladani sikap kepahlawanan para tokoh bangsa masa lampau, maka tak akan ada lagi pemimpin yang mengorbankan nasib rakyatnya demi kekuasaan. Sangat sulit bagi kita untuk menerima adanya pemimpin yang melakukan korupsi, mengambil sesuatu yang bukan haknya. Bagaimana mungkin kita mendapatan kebijakan-kebijakan yang mampu mewujudkan kesejahteraan jika para pemimpin hanya memikirkan kepentingan pribadi dan kelompoknya saja.
Jika kita ingin melihat bangsa ini terus tumbuh menjadi bangsa yang besar, nilai-nilai kepahlawanan harus diterapkan dalam kehidupan kita. Penanaman nilai-nilai tersebut di usia dini sangat penting untuk dilakukan. Pendidikan dalam keluarga dan masyarakat memegang peranan penting selain pendidikan yang bersifat formal. Pendidikan formal mengenalkan siswa tentang kehidupan para pahlawan dan bagaimana sikap dalam meneladani mereka. Sedangkan keluarga dan masyarakat memegang peranan dalam menerapkan nilai kepahlawanan melalui keteladanan.
Saat ini penanaman nilai kepahlawanan mulai tergantikan dengan nilai-nilai materialistik yang mengagungkan kemewahan serta gaya hidup konsumtif. Hal ini dapat dilihat dari siaran-siaran televisi yang setiap hari dinikmati anak-anak kita. Sayangnya, tontonan tersebut juga diperkuat dengan sikap kita sendiri yang mendahulukan materi dibandingkan dengan nilai-nilai luhur. Para pemimpin bangsa saat ini juga perlu menyadari bahwa sikap yang diperlihatkan seringkali berlawanan dengan nilai-nilai kepahlawanan.
Sudah saatnya bagi kita untuk menyadari kesalahan dan mulai berbenah diri dengan menerapkan kembali nilai kepahlawanan dalam diri dan masyarakat kita. Apa yang terjadi di masa lampau harus menjadi pelajaran bahwa nilai materialistik hanya akan membawa kehancuran. Korupsi, kegiatan yang hanya menguntungkan diri sendiri dan kelompok dengan mengorbankan rakyat banyak hanya akan membawa kerusakan dalam kehidupan berbangsa. Kita memerlukan munculnya pahlawan-pahlawan masa kini yang mampu menangkap penderitaan rakyat serta membangkitkan kembali harga diri bangsa.
Sudah saatnya bagi generasi muda Indonesia untuk menyambut panggilan zaman. Ibu pertiwi tengah menantikan anak-anak muda bangsa ini untuk memenuhi takdirnya menghadirkan harapan baru bagi rakyat Indonesia akan munculnya kehidupan yang lebih bermartabat. Harga diri rakyat Indonesia telah digantungkan pada pundak anak-anak muda yang memiliki sikap kepahlawanan. Rakyat banyak sudah muak dengan penderitaan. Pena sejarah pun sudah tak sabar untuk mengabadikan kembali ucapan selamat datang pahlawan muda.
Para pahlawan yang telah berjasa banyak bagi bangsa Indonesia, kepada mereka lah tulisan ini dipersembahkan. Baik mereka yang tercatat dalam sejarah maupun mereka yang tidak tercatat. Ketahuilah bahwa Allah SWT pasti melihat apa yang kita perbuat. Para pahlawan boleh luput dari penglihatan mata manusia namun catatan amal mereka akan terus dituliskan. Kepada para pahlawan ini saya mengucapkan rasa terima kasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya. Merekalah yang telah membawa cahaya bagi masa depan bangsa ini.
Sumber : Ahmad Heryawan