Menjaga Kebersihan dan Kesucian


Ada dua istilah yang kadang menjadi satu dan kadang terpisah kondisinya, bersih dan suci. Kadang kita menemukan tempat yang tampak sangat bersih, namun tidak suci. Sebagaimana kita temukan pula tempat yang suci, namun tampak tidak bersih. Semestinyalah kebersihan dan kesucian menjadi satu kesatuan yang tidak dipisahkan, karena akan menjadi masalah apabila keduanya berada dalam kondisi yang terpisah.

Bersih itu terkait dengan kotoran yang sifatnya umum. Sedangkan suci terkait dengan najis. Semestinya keduanya menjadi satu kesatuan, agar seluruh bagian dari kehidupan kita menjadi bersih dan suci, sehingga menjadi modal untuk menjalani kehidupan dalam berbagai bidang. Hidup yang bersih dan suci, hidup yang terjauhkan dari berbagai macam kekotoran dan najis.

Jika kita bepergian ke berbagai negara yang mayoritas warganya bukan beragama Islam, salah satu yang sering menjadi pertanyaan adalah aspek kesucian tempat. Bukan aspek kebersihannya. Sangat mudah kita jumpai sarana publik yang sangat bersih, karena sudah menjadi standar kehidupan masyarakat di negara maju. Namun masalah kesucian menjadi sangat penting bagi umat muslim karena menjadi bagian dari ritual ibadah.



Kesucian dan kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggal atau tempat kegiatan merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan bagi umat Islam agar bisa melaksanakan ibadah yang dikatakan sebagai “tiang agama”, yakni shalat. Tidak hanya itu, bahkan kesucian dan kebersihan itu sendiri menjadi landasan untuk melaku­kan setiap bentuk ibadah. Umat Islam dididik untuk tidak suka kepada hal yang kotor, agama menuntut mereka untuk senantiasa menjaga kebersihan, di setiap tempat, di setiap saat. Kesucian dan kebersihan mencakup bersihnya lahir maupun batin.

Kalau kita renungkan, sebenarnya kebersihan itu sendiri merupakan hal yang fitrah, artinya ia merupakan kebutuhan setiap manusia yang sehat akalnya. Tanpa ajaran agama pun, manusia juga punya kecenderungan untuk senantiasa bersih. Namun dalam agama Islam ternyata kebersihan dan kesucian ini menjadi satu titik perhatian yang sangat penting. Begitu tinggi nilai kebersihan dan kesucian, sehingga dihadirkan dalam beberapa ayat untuk senantiasa menjaga kebersihan :
“Dan pakaianmu bersihkanlah” (Al Mudatsir : 4)
“Dan jika kamu junub maka mandilah” (Al Maidah : 6)



Kebersihan dan kesucian memang modal utama. Dalam ilmu kesehatan juga kita jumpai, segala hal yang kotor itu cenderung mendatangkan penyakit. Rumah yang kotor, pakaian yang kotor, dan tubuh yang kotor lebih cepat mendatangkan penyakit, termasuk pula jiwa yang kotor. Allah Ta’ala mencintai hambanya yang senantiasa menjaga kebersihan, baik lahir maupun bathin.

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri”
(Al Baqarah : 222)

“Dan Allah mencintai orang-orang yang bersih” (At Taubah : 108)

Bahkan untuk hal yang kelihatannya sangat sepele, seperti membersihkan diri setelah kencing, tetapi ternyata pengaruhnya sangat besar. Suatu ketika Nabi saw lewat pada dua buah kubur, lalu sabdanya :
“Kedua mereka sedang disiksa, dan disiksa itu bukanlah disebabkan pekerjaan berat. Salah seorang diantaranya adalah karena tak hendak bersuci dari kencingnya sedang yang lain ialah karena pergi mengadu domba” (HR Jama’ah)

Ternyata amat besar akibat yang diderita oleh orang-orang yang menyepelekan kebersihan dan kesucian. Maka Nabi saw menegaskan :
“Kebersihan itu sebagian dari iman” (HR. Muslim dan Ahmad)

Hal ini tentu semakin menyadarkan kita akan arti penting kebersihan. Seluruh aktivitas semestinya bermula dari kebersihan dan kesucian. Kebersihan niat, yakni ikhlas dalam pengerjaan. Kebersihan tujuan, yakni melakukan kebaikan. Kebersihan badan, pakaian dan tempat, sangat menunjang kekhusyukan ibadah yang kita lakukan. Oleh karena itu, bisa kita pahami mengapa sampai dikatakan sebagian atau bahkan separuh dari iman.

“Kemudian Nabi menyebut seorang laki-laki yang pergi jauh dalam keadaan kotor rambutnya, kotor mukanya, memanjangkan tangannya ke langit seraya berkata : “Ya Rabbi, ya Rabbi”, sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagai­manakah mungkin akan dikabulkan doanya ?” (HR. Muslim)


Mari kita selalu menjaga kebersihan dan kesucian. Bersih hati, bersih pikiran, bersih badan, bersih amal kegiatan. Dari kebersihan dan kesucian diri ini, kita membersihkan dan mensucikan segala yang kotor : politik yang kotor, ekonomi yang kotor, budaya yang kotor, pemerintahan yang kotor, birokrasi yang kotor, legislatif yang kotor, peradilan yang kotor, aparat yang kotor. Semua yang kotor bisa dibersihkan dan disucikan dengan sarana yang bersih dan suci pula.

Sumber : Cahyadi Takariawan

Rachmat Naimulloh

Ingin artikel seperti diatas langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.




1 komentar

  1. arul mengatakan.... [Jawab]
    pada tanggal 16 Maret 2014 pukul 18.35

    artikel anda sangat menarik.......
    kalau bisa buat yang lebih banyak lagi,agar saya mendapat banyak materi yang dapat saya pelajari....

Silahkan tinggalkan komentar Anda disini