Perenungan yang mendalam terhadap sejarah akan mempertemukan kita dengan satu kenyataan besar; bahwa sejarah sesungguhnya merupakan industri para pahlawan. Pada skala peradaban, kita menemukan bahwa setiap bangsa mempunyai gilirannya untuk merebut piala kepahlawanan. Di dalam komunitas besar sebuah bangsa, kita juga menemukan bahwa suku-suku tertentu saling bcrgiliran merebut piala kepahlawanan. Dan dalam komunitas suku-suku itu, kita menemukan bahwa keluarga-keluarga atau klan-klan tertentu saling bergiliran merebut piala kepahlawanan itu.
Bangsa Arab, misalnya, pernah merebut piala peradaban. Akan tetapi, dari sekian banyak suku-suku Bangsa Arab, suku Quraisy adalah salah satu suku yang pernah merebut piala itu. Dan dari perut suku Quraisy, yaitu dari keluarga Bani Hasyim, darimana Rasulullah saw berasal, adalah salah satu klan yang pernah merebut piala itu.
Bangsa Arab, misalnya, pernah merebut piala peradaban. Akan tetapi, dari sekian banyak suku-suku Bangsa Arab, suku Quraisy adalah salah satu suku yang pernah merebut piala itu. Dan dari perut suku Quraisy, yaitu dari keluarga Bani Hasyim, darimana Rasulullah saw berasal, adalah salah satu klan yang pernah merebut piala itu.
Pada saat sebuah keluarga atau klan melahirkan pahlawan-pahlawan bagi suku atau bangsanya, maka biasanya dalam keluarga itu berkembang nilai-nilai kepahlawanan yang luhur, yang diserap secara natural oleh setiap anggota keluarga begitu ia mulai menghirup udara kehidupan. Kepahlawanan dalam klan para pahlawan biasanya terwariskan melalui faktor genetik, dan juga pewarisan atau sosialisasi nilai-nilai kepahlawanan itu. Apabila seorang pahlawan besar muncul dari sebuah keluarga, biasanya pahlawan itu secara genetis mengumpulkan semua kebaikan yang berserakan pada individu-individu yang ada dalam keluarganya.
Khalid Bin Walid, misalnya, muncul dari sebuah klan besar yang bernama Bani Makhzum. Beberapa saudaranya bahkan lebih dulu masuk Islam dan cukup berjasa bagi Islam. Namun, kebaikan-kebaikan yang berserakan pada saudara-saudaranya justru berkumpul dalam dirinya. Maka, jadilah ia yang terbesar. Umar Bin Khattab juga berasal dari klan yang sama dengan Khalid Bin Walid. Umar juga mengumpulkan kebaikan-kebaikan yang berserakan di tengah individu-individu keluarganya. Maka, jadilah ia yang terbesar.
Akan tetapi, di antara Khalid dan Umar terdapat kesamaan-kesamaan yang menonjol. Keduanya memiliki kesamaan pada bangunan fisik yang tinggi dan besar serta wajah yang sangat mirip. Lebih dari itu, kedua pahlawan mukmin sejati itu juga memiliki bangunan karakter yang sama, yaitu keprajuritan. Mereka berdua sama-sama berkarakter sebagai prajurit militer.
Pahlawan-pahlawan musyrikin Quraisy yang berasal dari klan Bani Makhzum juga memiliki kemiripan dengan Umar dan Khalid. Misalnya, Abu Jahal. Bahkan, putera Abu Jahal yang bernama Ikrimah bin Abi Jahal, sempat memimpin pasukan musyrikin Quraisy dalam beberapa peperangan melawan Kaum Muslimin, sebelum akhirnya memeluk Islam. Kenyataan yang sama seperti ini juga terjadi pada keluarga-keluarga ilmuwan atau ulama, pemimpin politik atau sosial, keluarga pengusaha, dan seterusnya. Keluarga adalah muara tempat calon-calon pahlawan menemukan ruang pertumbuhannya.
Walaupun tetap menyisakan perbedaan pada kecenderungannya, Abbas Mahmud Al Aqqad, yang menulis biografi kedua pahlawan jenius itu, mengatakan bahwa keprajuritan pada Umar bersifat pembelaan, tetapi pada Khalid bersifat agresif. Agaknya ini pula yang menjelaskann, mengapa Khalid lebih tepat memimpin pasukan ekspansi dan Umar lebih cocok memimpin negara. Pada kedua fungsi itu kecenderungan pada garis karakter keduanya terserap secara penuh, maka mereka masing-masing mencapai puncaknya.
[Sebelumnya]
0 komentar