Anas bin Malik RA bercerita, ada dua orang bersin di dekat Nabi Muhammad SAW. Beliau mendoakan (tasymit) salah seorang dari keduanya, namun tidak mendoakan seorang yang lain. Ditanyakan alasannya, Rasul menjawab, "Sebab, orang yang satu mengucapkan 'alhamdulillah', sedangkan yang satu lagi tidak membacanya." (HR Bukhari).
Jadi, orang yang bersin dan tidak membaca alhamdulillah, tidak layak didoakan karena tidak syukur nikmat. Padahal, bersin termasuk salah satu nikmat dari Allah SWT yang manfaatnya sangat besar. Menurut Ibnul Qayyim, bersin dapat mengeluarkan uap dari dalam otak yang jika dibiarkan akan berbahaya. (Zadul Ma'ad 2: 438).
Bersin merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah masuknya zat asing ke dalam tubuh. Ketika bersin, udara kotor keluar dengan keras melalui hidung dan mulut berkecepatan sekitar 161 km/jam.
Bahkan, Dr Michael Roizen, wellness officer Cleveland clinics menegaskan, bersin merupakan kegiatan yang positif karena berfungsi membersihkan faring (rongga antara hidung, mulut, dan tenggorakan). Dalam Syarh Riyadhus Shalihin, Syekh Utsaimin mengutarakan, bersin dapat menggiatkan otak dan meringankan tubuh.
Untuk itulah, setelah bersin, sejatinya membaca hamdalah sebagai bukti syukur kepada Allah SWT. Rasul bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian bersin, ucapkan 'alhamdulillah' (segala pujian bagi Allah). Dan hendaklah orang yang mendengarnya mendoakan dengan ucapan yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu). Dan orang yang bersih tadi membaca doa yahdikumullahu wa yushlihu balakum (semoga Allah memberikan hidayah dan memperbaiki keadaanmu)." (HR Bukhari).
Hamdalah merupakan doa paling utama. (Lihat hadis riwayat Tirmidzi). Imam Al-Sindi menyatakan, hamdalah mengandung pengertian dua jenis (fungsi) doa, yaitu menyanjung (tsana`) dan mengingat Allah SWT (zikir); serta mengajukan permohonan (thalab) agar nikmat ditambah.
Padahal, dengan berzikir saja, Allah menjamin akan memberikan lebih dari yang diminta. "Siapa orang yang lebih sibuk mengingat-Ku (berzikir) daripada meminta sesuatu kepada-Ku, ia akan Aku berikan sesuatu melebihi yang orang-orang mohon." (Hadis Qudsi).
Lain bersin, lain pula menguap (tatsâ`ub berarti layu dan malas). Menguap terjadi karena minimnya oksigen dalam tubuh. Biasanya, orang menguap saat kondisi tubuh lelah, malas, bosan, atau mengantuk. Karenanya, Nabi SAW bersabda, "Menguap itu dari setan. Oleh karenanya, jika menguap, tahanlah sebisa mungkin. Sebab, jika orang menguap hingga terucap 'ha', setan tertawa menyaksikannya." (HR Bukhari).
Setan tertawa gembira karena menyukai kemalasan. Sedangkan Islam sangat anti dengan kemalasan dan menganjurkan umatnya untuk giat beramal. Nabi SAW pun selalu berlindung dari sifat malas (kasal). Wallahu a'lam.
Hubungan cinta yang mendalam dan mampu menembus lorong waktu yang panjang hanya mungkin terjadi jika orang-orang yang saling mencintai mengalami perbaikan berkesinambungan. Mereka terus bertumbuh. Itu dinamika kehidupan yang niscaya diperlukan untuk memberikan sentuhan gairah pada cinta.
Tapi pertumbuhan tidak akan terjadi permanen tanpa perawatan yang permanen pula. Kalau pertumbuhan dilakukan dengan memfasilitasi proses pembelajaran orang yang kita cintai, maka perawatan dilakukan dengan memberikan sentuhan lembut kebijakan pada sang kekasih. Sang kekasih yang sedang bertumbuh itu harus dipuaskan dengan kebajikan harian yang membuatnya nyaman. Kalau perawatan memberinya kekuatan psikologis dalam menjalani dinamika pertumbuhan itu.
Senyum yang lembut, kata-kata yang baik, belaian kasih, saat-saat melayani, hadiah-hadiah kecil, hubungan fisik yang intim dan intensif, perjalanan bersama yang harus dilakukan para pencinta kepada kekasihnya untuk satu tujuan: merawat jiwanya. Itulah air. Itulah matahari.
Di taman kebajikan itu cinta bersemi. Hanya di taman itu. Kamu tidak bisa mencintai hanya dengan kata-kata. Sentuhan romantika dari kata-kata hanya sebagian dari kebajikan hati para pencinta sejati. Sebab kata-kata, sama seperti senyuman atau sorotan mata, jika ia terbit dari hati yang bajik, maka ia kehilangan elegannya. Ia tidak akan pernah menggetarkan. Adakah yang lebih mempesona dari seorang kekasih selain semua yang menggetarkan itu?
Kalau pelaku sehari-harimu tidak lagi menggetarkan jiwa kekasihmu, kemungkinan besar karena ia terpisah dari jiwamu. Atau di sana cinta tidak lagi sanggup menerbitkan kebajikan baru dalam dirimu.
Ini juga menjelaskan mengapa keshalihan selalu bersaudara dengan cinta. Keshalihan adalah kekuatan yang memotivasi dan menginspirasi kita untuk melakukan kebajikan secara terus-menerus. Orang shalih selalu berada di garis kebajikan maksimum dan minimum: jika ia mencintai seseorang ia menghormati dan melayani orang itu. Tapi jika ia tidak mencintainya ia tidak akan sampai menzalimi orang itu.
Tantangan cinta yang paling rumit adalah waktu. Dalam perjalanan waktu, kesejatian cinta teruji. Dan, ujiannya adalah menjawab pertanyaan sesederhana ini: seberapa besar kadar kebajikan yang terkandung dalam cinta itu? Alam tamsil ini cinta adalah kereta: ia hanya berjalan di atas rel kebajikan. Begitu kebajikanmu habis, kereta cinta juga berhenti berjalan. Hanya ketika kamu menjadi orang baik, kamu dapat mencintai dengan kuat. Kalau ujian cinta adalah waktu, maka jawabannya adalah kepribadian.
[Sebelumnya]
Bahan :
- 1 lelaki sehat,
- 1 perempuan sehat,
- 100% komitmen,
- 2 pasang restu orang tua,
- 1 botol kasih sayang murni.
Bumbu :
- 1 potong besar humor,
- 25 gr rekreasi,
- 1 bungkus doa,
- 2 sdt saling menelepon,
- 5 kali ibadah/hari
- (Semuanya diaduk hingga merata dan mengembang).
Cara Memasak :
- Laki-laki dan perempuan dicuci bersih, buang semua masa lalunya sehingga tersisa niat yang murni.
- Siapkan loyang yang telah diolesi dengan komitmen dan restu orang tua secara merata.
- Masukkan niat yang murni kedalam loyang dan panggang dengan api merata sekitar 30 menit di depan penghulu.
- Biarkan di dalam loyang tadi dan sirami dengan bumbunya.
- Kue siap dinikmati.
Tips memasak :
- Pilih lelaki dan perempuan yang benar-benar matang dan seimbang.
- Jangan yang satu terlalu tua dan yang lainnya terlalu muda karena dapat mempengaruhi kelezatan (sebaiknya dibeli di toserba bernama TEMPAT IBADAH, walaupun agak jual mahal tapi mutunya terjamin.)
- Jangan beli di pasar yang bernama DISKOTIK atau PARTY karena walaupun modelnya bagus dan harum baunya tapi kadang menipu konsumen atau kadang menggunakan zat pewarna yang bisa merusak kesehatan.
- Gunakan Kasih sayang cap "DAKWAH" yang telah mendapatkan penghargaan ISO dari Departemen Kesehatan dan Kerohanian.
Catatan :
Kue ini dapat dinikmati oleh pembuatnya seumur hidup dan paling enak dinikmati dalam keadaan hangat. Tapi kalau sudah agak dingin, tambahkan lagi humor segar secukupnya, rekreasi sesuai selera, serta beberapa potong doa kemudian dihangatkan lagi di oven bermerek "Tempat Ibadah". Setelah mulai hangat, jangan lupa telepon-teleponan bila berjauhan.
Selamat mencoba, dijamin semuanya halal kok!
Selamat mencoba, dijamin semuanya halal kok!
Sejarah kepahlawanan tidaklah ditulis dengan mulus. Para pahlawan mukmin sejati tidak selalu menghadapi situasi dan peristiwa yang mereka inginkan. Kita mungkin akan lebih kuat apabila situasi dan peristiwa yang tidak kita inginkan itu sudah kita duga sebelumnya, sehingga ada waktu yang memadai untuk melakukan antisipasi.
Akan tetapi, apa yang akan dilakukan para pahlawan mukmin sejati apabila mereka menghadapi situasi dan peristiwa yang tidak mereka inginkan dan tanpa mereka duga sebelumnya? Ini jelas berbeda dengan situasi sebelumnya. Di sana kita mempunyai waktu yang memadai untuk melakukan antisipasi, tetapi di sini kita tidak mempunyai waktu itu. Di sana secara psikologis kita akan lebih siap, tetapi di sini kita tidak terlalu siap. Namun, saat-saat seperti ini akan selalu terulang dalam kehidupan para pahlawan mukmin sejati. Saat-saat seperti ini merupakan saat yang paling rumit dalam hidup mereka. Dan inilah salah satu momentum kepahlawan dalam hidup mereka.
Yang pertama kali mereka lakukan adalah menerima kenyataan itu apa adanya. Mereka tidak menolaknya, tidak juga mencela atau mengumpatnya. Dalam situasi seperti itu mereka menjadi sangat realistis; situasi atau peristiwa itu sudah terjadi, ia sudah menjadi kenyataan yang tidak dapat ditolak. Maka, jalan terbaik adalah menerimanya apa adanya. Tentu saja, tidaklah cukup hanya dengan menerima situasi dan peristiwa itu apa adanya. Maka, yang selanjutnya mereka lakukan adalah menentukan kemungkinan paling buruk yang dapat mengalihkan arah perjalanan mereka menuju kepahlawanan. Jalan menuju kepahlawanan itu haruslah jelas, sejelas matahari dalam benak dan kesadarannya.
Dengan begitu, ia mengetahui semua kemungkinan yang dapat mengalihkan arah perjalanannya. Misalnya, hadirnya situasi atau peristiwa tertentu di luar kehendaknya dan di luar dirinya serta tanpa ia duga sebelumnya, namun ia menyentuh dan mempengaruhi kehidupannya secara keseluruhan.
Itulah poin paling penting yang harus ia tentukan ketika selanjutnya ia berinteraksi dengan peristiwa atau situasi tersebut. Apabila poin yang dapat mengalihkan arah perjalanannya telah ia temukan, maka langkah selanjutnya adalah mengadaptasikan dirinya dengan situasi-situasi baru yang terjadi setelah perubahan keadaan tersebut. Pikiran, jiwa, dan ruhnya harus belajar hidup normal dalam situasi-situasi baru tersebut.
Akan tetapi, dalam proses itu pula ia mencoba menemukan celah yang dapat mengambalikan kekuatan dirinya secara penuh, menemukan saat-saat keseimbangan optimalnya dari seluruh instrumen kepribadiannya dan memuntahkan karya-karya terbaiknya dalam situasi-situasi tersebut. Ia melampaui dengan tenang seluruh hambatan-hambatan yang merintanginya dalam situasi-situasi baru itu.
Kalau politik didefinisikan sebagai seni kemungkinan, maka kepahlawanan adalah kebalikannya; seni ketidakmungkinan.
[Sebelumnya]
Keberkahan hidup merupakan dambaan setiap orang, keluarga, maupun masyarakat dan bangsa. Sebab, dengan keberkahan itu setiap orang dipastikan mampu mengatasi berbagai persoalan hidup dan kehidupannya, baik yang berat dan kompleks, apalagi yang ringan dan sederhana. Sebaliknya, tanpa keberkahan hidup, setiap orang pasti tidak akan mampu menyelesaikan masalah. "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali ..." (QS An-Nahl [16]: 92).
Keberkahan hanyalah akan diraih dengan keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT sebagai bingkai dan landasan kehidupannya. Keimanan yang bersih, tulus, dan jauh dari perbuatan syirik dalam segala kehidupannya.
Ketundukan dan kepatuhannya kepada aturan Allah SWT, benar-benar telah terinternalisasi ke dalam struktur ruhani dan kepribadiannya, sehingga perilakunya benar-benar mencerminkan ketakwaan. Yakni, melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjauhi semua larangan Allah, seperti ghibah, pergaulan bebas, mempertontonkan auratnya di hadapan khalayak yang ujungnya bebas melakukan perzinaan.
Keimanan dan ketakwaan inilah yang akan melahirkan keberkahan. "Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS Al-A'raf [7]: 96).
Sebaliknya, apabila keimanan dan ketakwaan melemah dan diganti dengan kecintaan kepada dunia, maka keberkahan akan diangkat dan dicabut oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, "Apabila umatku telah mengagungkan dan menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka akan dicabut kehebatan Islam. Dan, apabila mereka tidak mau melaksanakan amar makruf nahi munkar, maka akan terhalang dari keberkahan wahyu (keberkahan dari langit yang bersumber dari ridha dan ampunan Allah)." (HR Tirmidzi).
Karena itu, menghadapi berbagai persoalan yang menimpa umat dan bangsa kita sekarang ini, terutama persoalan akhlak dan moral, hendaknya setiap orang Islam aktif berbuat sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Umat Islam harus menjadi pemain, jangan menjadi penonton. Amar makruf nahi munkar dapat dilakukan dengan lisan, tulisan, harta, bahkan juga dengan kekuasaan.
Apabila hal ini menjadi bagian dari kehidupan seorang Muslim, keberkahan hidup dari Allah SWT akan diturunkan. Sebaliknya, jika tidak berbuat, apalagi cenderung setuju pada kemunkaran, maka akan tercabut dan terangkat keberkahan hidup dari Allah SWT. Wallahu a'lam.
Pada tahun 1987, di Palestina, muncul ”Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS)” dan aksi intifadhah. Intifadhah adalah bukti bahwa api perjuangan dan jihad tak pernah padam dari dada rakyat Palestina. HAMAS kemudian membentuk sayap militer yang bernama Batalyon Izzuddin Al Qassam. Nama Al Qassam diambil dari tokoh pahlawan Palestina Izzuddin Al Qassam yang mendirikan Komando Mujahidin Palestina pada 1935 sebagai gerakan perlawanan paling fenomenal. Merekalah dahulu yang menyebarkan pemahaman anti kolonial Inggris dan anti gerakan Zionis Yahudi yang berencana merampas Palestina. Izzuddin Al Qassam juga berhasil membangun gerakan jihad yang mempunyai dasar pemahaman Islam yang benar.
Pada tahun 1936 Syaikh Izzuddin Al Qassam gugur syahid. Seluruh lapisan rakyat Palestina berkabung. Penguburan jenazahnya diselenggarakan dalam bentuk upacara resmi kenegaraan. Tetapi, syahidnya Syaikh Al Qassam tidak membuat surut perjuangan rakyat Palestina, malah sebaliknya, memberi inspirasi kepada mereka untuk terus melanjutkan gerakan jihadnya.
Maka, pada tahun itu pula terjadi gerakan perlawanan terbesar rakyat Palestina, yang dikategorikan sebagai perlawanan terlama dan terlengkap dalam sejarah perjuangan rakyat Palestina. Pada tahun itu terjadi demonstrasi dan bentrokan dengan Zionis di seluruh pelosok kota-kota besar dan perkampungan Palestina tanpa terkecuali. Perlawanan itu kemudian memadukan antara kekuatan gerakan sosial dan kekuatan persenjataan gerakan jihad yang ada. Dari sanalah, inspirasi sayap militer HAMAS dibentuk dengan nama Izzuddin Al Qassam.
Seperti umum diketahui melalui berbagai media, aksi perjuangan intifadhah yang dimotori oleh HAMAS, melewati berbagai tahap perjuangan yang spektakuler dalam sejarah kemerdekaan Palestina seperti berikut:
1. Fase Perjuangan dengan Batu
Desember 1987, seiring meletusnya Intifadhah, dideklarasikan Organisasi Perlawanan Palestina HAMAS. Ketika itu, dunia dikejutkan oleh munculnya athfalul hijarah, anak-anak kecil yang dengan gagah berani terlibat dalam bentrokan terhadap tentara Israel dengan bersenjata batu. Korban berjatuhan, tapi aksi perlawanan terus berlanjut. Coretan grafiti berisi pesan perjuangan mulai menghiasi tembok ini, antara lain diambil dari kisah kepahlawanan pahlawan Daud yang menaklukan Raja Thalut dengan batu.
2. Fase Perjuangan dengan PisauFase ini sebenarnya hampir beriringan dengan fase perjuangan dengan batu. Karena di awal-awal intifadhah semua sarana yang dapat dilakukan untuk membalas kekejaman Israel dan mengusir penjajahan digunakan. termasuk pisau maupun bom-bom Molotov. Saat itu sejumlah unit pejuang HAMAS telah melakukan aksi-aksi sporadis dengan senjata pisau terhadap para pemukim Zionis maupun tentara. Sejak itu pula ruh perjuangan mulai membahana di kalangan rakyat Palestina. Bahkan, pernah salah seorang dari mereka, berhasil membunuh empat orang Israel dengan pisau.
3. Fase Perjuangan dengan Senjata
Fase ini terjadi sekitar tahun 1992. Berbagai unit-unit kecil mujahidin HAMAS melakukan serangan-serangan sporadis terhadap iring-iringan polisi dan tentara Israel yang melewati jalan-jalan tertentu di Gaza. Salah satu tokoh pejuang Palestina yang terkenal dalam fase ini adalah Imam Aqil. Imam memimpin unit pejuang bernama Syuhada Al Quds dengan persenjataan seadanya. Para pejuang Palestina memfokuskan aksinya untuk merebut gudang penyimpanan senjata Israel maupun senjata yang dibawa oleh keamanan Israel saat mereka melakukan patroli.
Berbekal senjata rampasan itulah mereka melakukan serangan demi serangan terhadap sasaran Israel. Sepanjang tahun 1992, 11 orang Israel, tentara maupun penduduk sipil, tewas dalam aksi-aksi senjata pejuang Palestina yang kala itu bisa dikatakan masih didominasi pejuang HAMAS. Gelombang penangkapan massal terhadap aktivis HAMAS berlangsung. Puluhan pejuang ditangkap dan diinterogasi. Sebagian informasi tentang jaringan pejuang HAMAS akhirnya sampai ke telinga Zionis.
4. Fase Perjuangan dengan Bom Mobil
Fase ini juga terjadi berdekatan dengan perkembangan aksi pejuang Palestina dengan senjata, tahun 1992. Pelopornya adalahj sang brilian pakar bom Al Muhandis Yahya Ayash. Ayash yang lulusan studi elektronika Universitas Beirzeit itu meracik bom melalui bahan-bahan kimia yang ia peroleh di toko obat dan apotik-apotik di Palestina. Peristiwa serangan bom pertama terjadi melaluui bom mobil di Romat Efal, wilayah yang dikuasai oleh Israel. Sejumlah aksi-aksi menggunakan bom mobil setelah itu mulai bergulir dan membuat Israel tercengang. Ketatnya penjagaan dan pemeriksaan Israel ternyata tak mampu melacak adanya bom mobil yang masuk ke wilayah mereka.
Januari 1994, sebuah bom mobil di Ra’sul Ein meledak kembali dan menewaskan dua orang tentara Israel. Hantu ancaman bom mobil mulai menjadi buah bibir di kalangan Zionis Israel. Mereka pun akhirnya mengetahui kiprah pejuang bernama Muhandis Yahya Ayash yang kemudian dijadikan sebagai buronan Israel nomor wahid.
5. Fase Perjuangan dengan Bom Syahid
Fase bom mobil kemudian berlanjut dengan aksi-aksi bom syahid. Para pejuang Palestina membawa bom dalam tas atau tubuhnya, dan meledak di tengah komunitas ramai orang-orang Zionis. Tokoh pertama sebagai pioneer manusia bom syahid bernama Zekarana. Julukan yang diberikan untuknya adalah ’ukasyah isytisyhadiyyin’. Ukasyah adalah nama sahabat Rasulullah yang pertama kali diberi jaminan masuk surge oleh Rasulullah saw. Aksi Zekarana terjadi pada bulan Mei 1994 yang meledakkan sebuah bis berisi penduduk dan tentara Israel yang tengah menuju ke arah Avola. Delapan orang Israel tewas dalam serangan ini. Hanya selang beberapa hari setelah aksi itu, meledak lagi sebuah bom syahid di sebuah bis di Al Khadera. Pelakunya bernama Ammar Amarena, pejuang yang juga merupakan hasil kaderisasi Muhandis Yahya Ayash. Akibatnya, lima orang Israel tewas. Semenjak itu, bahkan aksi-aksi bom syahid diikuti pula oleh elemen pergerakan lain di Palestina.
6. Fase Perjuangan dengan Mortir dan RPG
Saat tentara Israel menyerang Jenin, pejuang Palestina berhasil menghancurkan tank baja Merkava 3, sebuah tank yang selama ini diakui memiliki ketahanan serangan dan tak mudah ditaklukkan. Serangan yang dilakukan pejuang Palestina terhadap tank Merkava 3 turut menewaskan tiga orang serdadu yang ada di dalamnya. Para pengamat militer Israel mengatakan bahwa scenario penyerangan itu adalah dengan meletakkan bom seberat 100 kg besar di jalan yang dilewati oelh tank ersebut, lalu ditembak dari jarak jauh lalu meledak. Meski scenario penyerangannya sederhana tapi mitos tank yang banyak dibanggakan dan dibuat pada 1990 itu akhirnya hancur. Israel sendiri mempunyai sekitar seribu tank jenis M-3.
Adapun bom mortir yang dilontarkan ke kamp imigran Zionis, juga menciptakan ancaman besar bagi Israel. Di Israel terhitung telah dijatuhkan 160-an bom mortir sejak dimulainya intifadhah kedua (intifadhah Al-Aqsha) dua tahun lalu. Hasil dari serangan itu telah menewaskan 13 orang Israel. Tentara Israel tentu berusaha mencari lokasi penyimpanan bom itu dan berulangkali mengaku telah berhasil menemukan lokasi pembuatan mortir baik di Gaza maupun di Tepi Barat.
Sedangkan RPG (Rocket Propellet Grenade – pelontar granat) juga digunakan terakhir oleh pejuang palestina saat tentara Israel melakukan operasi militer di Jenin. Ketika itu, pasukan Israel melarikan diri meninggalkan tank mereka. Persenjataan pejuang Palestina memang berkembang pesat. Menurut sejumlah media massa Israel, tentara Israel telah memiliki sejumlah senjata di Ramallah, antara lain 40 senjata otomatis M 16, 5 senjata jenis Carbines M 16, 21 senapan, 93 Kalasinkov, 57 pistol tangan, dan lain-lain.
7. Fase Perjuangan dengan Rudal
Dalam timbangan militer mungkin perkembangan ini tidak terlalu besar. Tapi ketika itu dilakukan di tengah kondisi yang sangat sulit dan tidak terjadi dalam puluhan tahun sebelumnya maka ini menjadi besar. Pada tahun 2002 telah terjadi perkembangan besar dalam aksi-aksi perlawanan Palestina terhadap Zionis. Al Qassam berhasil meluncurkan rudal Al Qassam pada 7 April 2002 pertama kalinya di Jenin. Selain itu, batalyon Saraya Al Quds yang berada di bawah gerakan Jihad Islami, berhasil menciptakan rudal yang dinamakan Al Quds 1 pada 2 April 2002. Setelah itu lahir sarana peperangan lainnya dalam bentuk bom mortar dan RPG.
Meski dibuat secara manual di rumah-rumah pejuang, tapi rudal Al Qassam, pengaruhnya terhadap Israel sangat besar. Rudal Al Qassam digambarkan oleh majalah TIMES sebagai rudal pertama yang telah mengubah peta keamana Timur Tengah. Rudal itujuga disebutkan oleh Cnn sebagai peringatan keras dari Palestina di Timur Tengah. Seorang responden CNN mengemukakan keanehannya bagaimana pejuang Palestina mampu membuat rudal pertama dan dapat berpengaruh pada perimbangan militer Israel-Palestina. Sementara BBC mengatakan bahwa rudal ini merupakan titik perpindahan strategis yang akan mampu mengimbangi kekuatan besar tentara Israel. Menhan Israel Ben Elyzer mengatakan bahwa ini adalah fase ancaman yang baru dari pejuang Palestina. Menurut CNN rudal itu bisa menjangkau sasaran radius 8 km. Tapi pihak HAMAS dalam situsnya mengklaim bahwa jangkauannya bisa mencapai radius 12 km.
Rudal itu sendiri panjangnya sekitar 180 cm saja. Diameternya 120 milimeter. Ia menggunakan antara 4 sampai 6 kg bahan peledak. Dan dilontarkan dari jarak jauh sehingga tidakmudah diketahuilangsung oleh tentara Israel dan sulit dilacak. Ketika rudal Al Qassam dilontarkan, dan mengenai rumah imigran Zionis di Tsuan, sebagian menganggap ledakan itu lebih berbahaya dari ancaman rudal SCUD Irak karena tidak dapat terdeteksi oleh satelit keamanan Israel.
Pernahkah Anda membayangkan sebuah penjara yang berisikan 1,5 juta orang? Luasnya 360 km2. Beratap langit memang, namun dinding-dinding yang mengkotaknya dari dunia luar demikian kuat hingga bahan makanan dan obat-obatan tak bisa masuk. Akibatnya, dalam penjara raksasa itu banyak anak-anak yang sakit tidak tertolong. Ada para manula yang juga tak terobati.
Pernahkah Anda membayangkan sebuah penjara diserbu dengan ratusan ton bom dan ratusan ribu peluru? Itulah yang terjadi pada Desember 2008 hingga Januari 2009. Dengan kekuatan penuh –pesawat tempur, tank, panser- Israel hendak menjadikan penjara raksasa itu musnah dan tidak berbekas di peta.
Namun Allah berkehendak lain. Kecongkakan bangsa Yahudi berakhir dengan rasa malu dan putus asa. Tentara-tentara Allah telah mempecundangi mereka. Kekalahan yang kemudian menjadi bagian dari sejarah Israel dan masih hangat dalam ingatan dunia, hingga saat ini. Yang dizalimi yang kemudian menang. Tetapi kemenangan itu bukannya tanpa pengorbanan. 1.412 muslim mencapai syahidnya. Di bawah guyuran bom dan hujan peluru mereka menemui Rabb-Nya. Sebagiannya menghadap Ilahi dalam naungan langit terbuka, namun tidak sedikit yang terjepit dalam reruntuhan gedung-gedung yang luluh lantak oleh bom-bom zionis agresor.
Ada lagi pengorbanan yang hingga kini masih terlihat nyata. Barangkali pengorbanan ini lebih berat –di mata kemanusiaan- dibandingkan mereka yang kehilangan nyawa. Ini karena Israel menggunakan bom fosfor dan senjata yang dilarang PBB lainnya. Maka ada diantara saudara kita di sana yang kehilangan tangannya. Ada yang harus memakai kursi roda. Ada yang harus selamanya hidup dalam ranjangnya. Ada yang terpaksa harus diamputasi kakinya. Lalu tanah-tanah yang dijatuhkan bom-bom padanya sampai kini masih tercemar, hingga mengundang penyakit saat tanaman dari tanah itu dimakan, atau air yang diminum dari sumur-sumur di sana.
Kini penjara raksasa itu berumur empat tahun. Rentang masa yang teramat panjang untuk hidup dalam keterbatasan dan kurungan. Tanpa iman, barangkali mereka telah putus asa atau menggadaikan agamanya. Tapi tidak! Mereka bukan seperti itu. Toh, dalam penjara raksasa mereka tetap menunjukkan izzah kemuliaan dan prestasi yang membanggakan. Sebab penjara raksasa itu bernama Gaza. Dan penghuninya adalah muslim Palestina.
Pernahkah Anda membayangkan dalam sebuah penjara lahir ribuan penghafal Al-Qur'an? Di sinilah jawabannya. Di Gaza. Hafal Al-Qur'an dalam sebulan tidaklah aneh di sana. Ada 272 pusat hifdzul Qur'an yang mewisuda 12.000 penghafal Qur'an dalam dua bulan. Padahal penduduknya hanya 1,5 juta.
Di penjara raksasa bernama Gaza mereka juga terlatih mandiri untuk melindungi negeri. Kemenangan perang Furqan adalah salah satu buktinya. Semakin jauhnya jangkauan roket produksi Gaza adalah bukti lainnya.
Penjara tidak membuat mereka terhina. Tetapi semestinya 1,2 milyar kaum muslimin di dunia terhina karena tidak bisa membuka blokade yang memenjara mereka sejak 2007 lalu. Ke mana suara talbiyah yang setiap tahun menggema di sekitar kakbah? Apakah "labbaik Allaahumma labbaik" hanya berlaku saat mereka thawaf dan tidak berlaku untuk memerdekakan negeri muslim? Apakah gema takbir semua gerakan Islam hanya berlaku saat mereka menggelar seminar dan muktamar di gedung-gedung ber-AC serta hotel-hotel mewah dan tidak berlaku untuk membuka blokade yang menghinakan Islam?
Ya Allah...
Ampuni kami karena telah menelantarkan saudara-saudara kami dalam penjara terbesar di bumi. Ampuni kami yang masih berdiam diri. Bahkan ampuni kami ya Rabb jika kami belum juga menyebut Gaza dalam doa-doa kami... Kadang kami sendiri heran mengapa tiba-tiba kami menjadi begitu acuh dan tidak peduli. Sekedar untuk mendoakan mereka setiap malam dalam shalat-shalat kami. Atau mungkin karena kami telah lama kehilangan malam-malam bersama-Mu dan hanya tenggelam dalam mimpi...
Ya Allah...
Jika demikian bangkitkanlah kami. Nyalakanlah semangat kami. Jadikanlah kami kaum mukminin yang sesungguhnya. Kaum mukminin yang menjadi saudara bagi mukminin Gaza... Kaum mukminin yang terpanggil untuk membela mereka sebagaimana Umar bin Khattab yang telah membebaskannya dan Shalahuddin Al-Ayyubi yang memerdekakannya...
Ya Allah...
Ampunilah kami... ampunilah kami...
Sumber : Muchlisin
Pekerjaan kedua seorang pencinta sejati, setelah memperhatikan, adalah penumbuhan. Inilah cintanya cinta. Inilah rahasia besar yang menjelaskan bagaimana cinta bekerja mengubah kehidupan kita dan membuatnya menjadi lebih baik, lebih bermakna.
Cinta adalah gagasan dan komitmen jiwa tentang bagaimana membuat kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Jika perhatian memberikan pemahaman mendalam tentang sang kekasih, maka penumbuhan berarti melakukan tindakan-tindakan nyata untuk membantu sang kekasih bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.
Kita tidak boleh berhenti diujung perhatian sembari mengatakan kepada sang kekasih: "Aku mencintaimu sebagaimana kamu adanya." Atau: "Aku menerima dirimu apa adanya." Memahami dan mengerti sang kekasih tidaklah cukup. Seorang pencinta sejati harus mampu mengimajinasikan sebuah plot akhir dari kehidupan yang dijalani sang kekasih. Itu tidak berarti bahwa kita mengintervensi kehidupannya secara rigid atas nama cinta. Tidak! yang dilakukan seorang pencinta sejati adalah menginspirasi sang kekasih untuk meraih kehidupan paling bermutu yang mungkin ia raih berdasarkan keseluruhan potensi yang ia miliki.
Kalau bukan karena kerja-kerja penumbuhan, seorang pencinta sejati tidak akan sanggup bertahan hidup disamping seorang kekasih yang ilmu, pengalaman, keterampilan, dan kepribadiannya, tidak bertumbuh dalam 10 tahun perkawinannya, misalnya. Kamu pasti bosan mengobrol dengan seorang yang hidupnya stagnan, dingin dan tidak dinamis. Para pencinta sejati menemukan gairah kehidupan dari perubahan-perubahan dinamis dalam kehidupan kekasih mereka. Seperti gairah kehidupan yang dirasakan seorang ibu ketika ia menyaksikan bayinya tumbuh dan berkembang menjadi anak remaja lalu dewasa. Atau gairah yang dirasakan seorang guru saat menyaksikan muridnya tumbuh menjadi ilmuwan dan intelektual.
Penumbuhanlah yang membedakan cinta yang matang dengan cinta seorang melankolik. Penumbuhan memberikan sentuhan edukasi pada hubungan cinta. Sebab di sini cinta bukan sekedar gumpalan emosi di langit jiwa: yang mungkin meledak bagai halilintar, atau membanjiri bumi dengan hujan air mata, pikiran dan fisik sekaligus. Itu yang membuatnya nyata. Dan efektif.
Di tangan Rasulullah saw Aisyah bukan hanya seorang istri. Rasulullah saw telah menumbuhkannya menjadi bintang di langit sejarah. Suatu saat Ali Tanthowi mengatakan: "Istriku yang tamatan SD ternyata lebih intelek daripada mahasiswi-mahasiswiku yang hampir sarjana." Beliau mengatakan itu setelah melewati 10 tahun masa perkawinan. Ketika Iqbal menemukan dirinya telah menjadi filosof dunia, ia menyadari itu kerja sang guru. Maka ia berkata tentang gurunya itu: "Dan nafas cintanya meniup keuncupku jadi bunga."
[Sebelumnya]
[Sebelumnya]
Sumber energi penciptaan dalam diri kita terletak di kedalaman jiwa kita, yaitu sebuah wilayah kecil yang harus senantiasa terjaga ketat, itulah yang ingin saya sebut sebagai wilayah kegembiraan. Di sana tersimpan energi jiwa yang dahsyat, itulah optimisme.
Optimisme adalah buah dari harapan. Dan harapan, kata Rasulullah saw. adalah rahmat Allah swt. pada umatku. Jika bukan karena harapan, kata beliau lagi, niscaya takkan ada orang yang mau menanam pohon dan takkan ada ibu yang mau menyusui anaknya.
Optimisme adalah harapan yang matang, keyakinan dan kepercayaan pada waktu, atau tepatnya pada masa depan, yang menjelma jadi energi jiwa yang dahsyat. Dari sana para pahlawan mukmin sejati menemukan dorongan jiwa yang tak pernah habis, untuk teruk bekerja dan bekerja, berkarya dan berkarya lagi. Optimisme adalah gelora jiwa, tetapi riak dan gelombangnya adalah kegembiraan.
Akan tetapi, tantangan yang paling berat bagi para pahlawan adalah saat mereka kehabisan energi tersebut, kehabisan optimisme, dan kehilangan kegembiraan jiwa. Disitulah waktu menjadi sangat mencekam, karena mereka harus melaluinya tanpa gairah.
Situasi seperti itu basanya terjadi pada kasus dimana kita mengalami kegagalan berulang-ulang, atau ketidak berdayaan yang terlalu kelihatan di depan tantangan yang terlalu berat. Seperti ketika kita hendak memanjat sebuah tebing tinggi, lalu kita gagal dan gagal lagi, berusaha dan berusaha lagi, tetapi tetap gagal dan gagal lagi.
Ancaman paling berbahaya dari kegagalan yang berulang-ulang adalah hilangnya harapan, lenyapnya optimisme, dan habisnya kegembiraan jiwa kita. Kita akan kehilangan kepercayaan pada waktu dan pada diri kita sendiri.
Akan tetapi, para pahlawan mukmin sejati selalu mengetahui apa yang harus mereka lakukan dalam situasi seperti itu. Mereka biasanya memilih untuk bersikap lebih santai. Mereka biasa mengatakan, ”Tinggalkan urusan itu. Lakukan sesuatu yang lain.” Namun, mereka sebenarnya tidak meninggalkan urusan itu. Mereka mungkin kelihatan sedang melakukan sesuatu yang lain, tetapi sebenarnya mereka hanya mau memikirkan urusan itu dari kejauhan. Mereka menjaga jarak jiwa mereka dari urusan itu untuk tetap mempertahankan wilayah kegembiraan jiwanya dari serbuan keputusasaan. Mereka memilih untuk santai, tetapi dari sana mereka menemukan cara pandang baru, atau inspirasi baru terhadap urusak dimana mereka telah gagal secara berulang-ulang.
Itulah siasat pengalihan. Dengan siasat itu, para pahlawan mukmin sejati selalu mampu melindungi wilayah kegembiraan jiwanya dari serbuan keputusasaan. Dengan siasat itu, mereka member jeda kepada jiwa mereka untuk bernafas, mengumpulkan tenaga kembali, untuk kemudian memulai dan memulai lagi.
Para pahlawan mukmin sejati hanya percaya sukses, sebab kegagalan hanyalah usaha yang belum berjodoh dengan takdir.
[Sebelumnya]
[Sebelumnya]
Ketika da’wah harus mampu menjangkau dan menggerakkan seluruh unsur masyarakat, maka pembesaran jumlah aktifis/kader sebagai anashir da’wah menjadi mutlak diperlukan. Dan ketika misi da’wah juga harus mampu menghasilkan perubahan-perubahan besar di berbagai aspek kehidupan, maka peningkatan kualitas kader menjadi suatu keniscayaan.
Perpaduan antara aspek kuantitas dan kualitas inilah yang digambarkan Allah SWT dalam ayat :”Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa (rabbaniyyin), mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada musuh. Allah menyukai orang-orang yang sabar (3/146).
Kualitas kader dalam kehidupan da’wah harus senantiasa mengikuti kebutuhan marhaliyah (tahapan) dan mihwar (era) da’wah. Semakin meningkat marhalah dan semakin meluas mihwar da’wah, maka kualitas kader pun dituntut untuk semakin berkembang. Bila yang terjadi sebaliknya, maka akan muncul bencana bagi da’wah. Apa saja bentuk bencana itu ?
Pertama, akan muncul kader-kader yang tidak mampu istiqomah didalam mengikuti irama perjalanan da’wah yang dinamis. Ia akan tersibukkan oleh problem-problem personal dan terjauhkan dari aktifitas da’wah. Hendaknya kita selalu mengingat satu ayat yang membuat rambut Rasul SAW beruban :”Maka istiqomahlah kamu (pada jalan yang benar), sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (11/112).
Kesabaran untuk menggapai janji-janji Allah adalah kunci rahasianya. ”Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoanNya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas (18/128)
Kedua, munculnya sebagian kader yang menginginkan kehidupan da’wah sebagai sesuatu yang ringan dan menyenangkan secara duniawi. Mereka menjadi enggan ketika perjalanan da’wah ini begitu panjang dan membutuhkan pengorbanan yang banyak. Mereka cenderung menjadi orang yang ingin ”hidup dari da’wah” dan bukan ”menghidupkan da’wah”. Perhatikan firman Allah :”Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diraih dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu. Tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka bersumpah dengan (nama) Allah ’Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu’. Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa mereka sesungguhnya benar-benar orang-orang yang berdusta (9/42)
Ketiga, munculnya ketidakmampuan didalam menjalankan misi da’wah di tengah-tengah masyarakat. Ini karena ISITI'AB (daya dukung dan daya topang) yang dimiliki kader semacam ini tidak seimbang dengan kebutuhan dan tuntutan da’wah yang semakin terbuka. Allah SWT mengarahkan Rasulullah SAW untuk menyiapkan diri sedemikian rupa agar mampu mengemban misi da’wah yang besar & berat. (74/1-7). Dalam hal ini ada tuntutan bagi para kader da’wah untuk senantiasa membekali dirinya dengan bekal-bekal utama da’i khususnya bekal ruhiyah ma’nawiyah dan amaliyah ta’abudiyah.
Keempat, akibat dari ketiga hal diatas, da’wah menjadi disibukkan oleh problematika internal yang menguras energi da’wah, sehingga tidak mampu menjalankan misi-misi perubahan secara efektif. Padahal misi utama da’wah adalah melakukan perubahan dan perbaikan secara nyata. ”...Dan aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nyalah aku kembali (11/88)
Kelima, akibat ketidakmampuan ini, timbul kesenjangan antara harapan besar masyarakat dengan apa yg bisa diberikan oleh da’wah. Lalu terjadi krisis kredibilitas dan krisis legitimasi. Krisis ini bisa jadi juga akan diramaikan oleh sejumlah kasus-kasus negatif yang dilakukan kader yang muncul ke permukaan.
Akhirnya, pada kondisi inilah, akan muncul pikiran di sebagian kader yang lemah untuk menarik kembali da’wah ke belakang. Mereka merasa lebih nyaman ketika da’wah ini belum berhadapan langsung dengan masyarakat secara terbuka. Cukuplah pelajaran dari kisah perang Uhud berikut ini : ”Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Dan mereka berkata :”janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas yang terik ini”. Katakanlah :”api neraka jahannam itu lebih sangat panas”, jikalau mereka mengetahui (9/81).
Inilah bencana yang bisa terjadi pada da’wah manakala aspek kualitas diabaikan.
Wallaahu a’lam…
Sumber : FBnya Fathur IzzIs
Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya. Tamu : "Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', pak tua?"
Pak Tua : "Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."
Tamu : "Kenapa kita merasa bosan?"
Pak Tua : "Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."
Tamu : "Bagaimana menghilangkan kebosanan?"
Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."
Tamu : "Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"
Pak Tua: "Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"
Tamu : "Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."
Pak Tua : "Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."
Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"
Pak Tua : "Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."
Lalu Tamu itu pun pergi.
Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.
Tamu : "Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"
Pak Tua : "Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."
Tamu : "Contohnya?"
Pak Tua : "Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."
Lalu Tamu itu pun pergi.
Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.
Tamu : "Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaibanpun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"
Sambil tersenyum Pak Tua berkata: "Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."
Sumber : FBnya Fathur IzzIs
Setiap insan selalu mendambakan indahnya bercakap berdua bersama orang yang sangat ia cintai di malam pertama pernikahannya. Tidak dapat dipungkiri, karena memang seperti itulah kenyataannya. Bahkan kita selalu membayangkan betapa indahnya keadaan itu walau diri kita masih dalam masa penantian yang cukup lama. Malam yang penuh rahasia. Malam penuh kejutan dengan terbukanya tabir-tabir yang selama ini tertutup. Hanya kita.... pasangan kita..... serta Allah yang menjadi saksi malam itu. Tidak akan ada kisah suram yang terlintas dalam benak kita ketika kita bersama orang yang kita cintai di malam itu. Semuanya indah nan menyenangkan…!!!
Namun, pernahkah kita membayangkan kita selaku ikhwan menjadi sosok seorang Hanzhalah atau yang akhwat menjadi istri dari seorang Hanzhalah ? Mereka yang menjadi sosok sahabat yang pantas di contoh oleh para pasangan pengantin baru. Sosok yang menjual jiwa dan raganya kepada Allah demi ditukarkan dengan surga-Nya. Karena kecintaannya kepada Rasulullah ia rela untuk meninggalkan kenikmatan bersama sang istri di malam pengantinnya. Bisakah kita menjadi sosok seperti itu abad ini ? atau kita menjadi pecudang, yaitu orang yang terlena dengan dunia dengan mengorbankan akhirat ?
Bagi seorang ikhwan, siapkah kita bergegas menuju medan pertempuran saat panggilan jihad bergema di seluruh pelosok disaat indahnya malam pertama itu datang? Dan bagi seorang akhwat, mampukah melepas dan memotivasi suami untuk segera pergi berjihad saat panggilan itu hadirnya di malam pertama ?
Masih adakah sosok Hanzhalah di abad modern ini? Malah fenomena yang terjadi saat ini, tidak sedikit yang terlena dengan manisnya sebuah pernikahan bagi ikhwan dan akhwat yang baru menikah. Yang biasanya ketika ia lajang rajin menghadiri ta’lim, karena sesudah menikah ia cuti dahulu untuk menghadirinya, yang biasanya ngisi kajian, kajiannya akan di liburkan terlebih dahulu beberapa saat. Dengan alasan baru menikah.
Banyak orang sibuk mengejar dunia, mereka berjuang mengumpulkan dunia dalam genggamannya serta menyimpannya dalam hati. Mereka telah rela menjadikan dunia sebagai tuhannya. Banyak orang cerdas dunia, tapi ia mengabaikan akhiratnya. Cintanya pada dunia melebihi cintanya pada akhirat. Dunia bukanlah tujuan akhir bagi kita. Karena dunia akan segera ditinggalkan.
Dunia ibarat sebuah tempat persinggahan kita sementara. Kita selaku musafir di dunia ini, hanya sedang beristirahat. Hanya sedang beristirahat, bukan untuk tinggal selamanya. Karena dunia bukan rumah kita sejatinya. Maka dari itu, cepat atau lambat kita akan segera bergegas berjalan menuju tempat tujuan kita yang kekal abadi di akhirat sana.
Kita memang diperintahkan menyempurnakan ikhtiar, tetapi bukan semata-mata untuk mencari dunia. Ikhtiar kita secara sempurna pada hakikatnya untuk bekal kepulangan kita ke akhirat kelak. Jadi, jaminan dari Allah untuk kehidupan dunia ini sebenarnya ditujukan kepada orang yang bersungguh-sungguh menyempurnakan ikhtiarnya. Yang meletakkan dunia hanya ditangannya dan bukan di hatinya yang terdalam.
Jikalau dunia disimpan di hati, saat dunia itu terbakar, maka hatinya akan ikut terbakar bersama dunia itu. Tapi beda halnya ketika dunia hanya di simpan di tangannya saja. Ketika dunia itu terbakar, maka dengan cepat ia bisa melemparkan dunia itu dari tangannya agar tangannya tidak ikut terbakar bersama dunia.
Siapa saja yang mencintai dunia lebih dari akhirat, maka ia tidak akan pernah menemukan ketenangan sejati di dalam hatinya. Dan apabila hal itu terjadi, bersiaplah karena cepat atau lambat hatinya akan segera terbakar bersamaan dengan dunia yang amat ia cintai.
Oh dunia…. Betapa cantik dan mempesonanya dirimu sehingga banyak orang yang lemah imannya terpesona dengan kecantikan semu yang engkau pancarkan. Hingga mereka melepas akhirat yang pasti demi mengejar janji tak pasti yang kau agungkan.
Ya Allah…. Jagalah diri kami dari godaan dunia yang menggoda, jadikanlah kecintaan kami kepada akhirat lebih dari kecintaan kami terhadap gemerlapnya dunia. Tetapkanlah hati dan gerak langkah kami tetap berada dalam rel da’wah yang telah Engkau tentukan arah dan tujuannya. Sehingga kami mampu melakukan transaksi jual beli jiwa dan raga kami demi mendapatkan surga-Mu yang kekal abadi. Amiin…
Sumber : FB-nya Akh Dani
Sumber : FB-nya Akh Dani
Saat ini ada beberapa keluarga sederhana, dibimbing oleh “intuisi” kebapakan dan keibuan, mendapat berkah dalam mendidik anak-anak mereka. Anak SMU-nya lulus dengan baik, plus hafal 1000 Alfiah Ibnu Malik, rujukan utama gramatika Arab (Nahwu). Lumayan mengagumkan, jebolan SMU menjadi rujukan sesame mahasiswa di sebuah Universitas terkemuka di Negara Arab. Tahun-tahun berikutnya sang adik menyusul dengan hak beasiswa ke sebuah universitas unggulan di Eropa. Lainnya bisa melakoni dua kuliah yang “pelik”: bahasa Arab di sebuah kolese paling representatif sementara siangnya mengambil jurusan Ekonomi. Kemenakannya hafal Al-Qur’an 30 Juz menjelang akhir semester delapan di institute teknologi paling bergengsi di negeri ini. Kemenakan lainnya lulus akademi militer angkatan darat tanpa kehilangan kesantriannya yang pekat.
Sang bapak jauh dari penguasaan teori ilmu-ilmu pendidikan. Ketika digali hal yang spesial dari kelakuannya, muncul jawaban yang signifikan: kecintaan keluarga tersebut kepada ulama (dalam arti yang sesungguhnya) dan keberaniannya amar ma’ruf nahi mungkar tanpa harus selalu mengandalkan mimbar tabligh. Mengesankan sekali ucapan Ali Zaenal Abidin, cucu Ali bin Abi Thalib, “Barangsiapa meninggalkan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar; maka anak, istri, dan pembantunya pun akan membangkang kepadanya.”
Ternyata memang, keikhlasan seorang atau keluarga kerap menembus sampai beberapa generasi sesudahnya. Boleh jadi seseorang merasa telah menjadi bagian dari da’wah yang besar dan berkah, tetapi bukan sikap da’i yang dirawatnya. Alih-alih dari membimbing masyarakat dengan fiqh dan akhlak da’iyah, justru sebaliknya, hanya ghibah dan pelecehan yang digencarkannya terhadap masyarakat. Padahal, besar kemungkinan mereka tidak tersentuh da’wah atau tidak mendapatkan komunikasi yang memadai.
Pekerjaan-pekerjaan besar yang mempertemukan seorang pahlawan mukmin sejati dengan takdir kepahlawanannya, selalu melibatkan seluruh instrument kepribadian sang pahlawan ketika ia sedang melakoni pekerjaan tersebut. Pekerjaan-pekerjaan itu pastilah menyedot energi fisik, jwa spiritual, dan pemikirannya.
Tidak ada pahlawan yang dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan besar dengan hanya mengandalkan satu sumber energi. Misalnya, dengan hanya mengandalkan energi jiwa tanpa bantuan energi lainnya. Jadi, seorang pahlawan bekerja dengan keterlibatan penuh seluruh instrumen kepribadiannya.
Yang terjadi pada diri para pahlawan adalah bahwa seluruh instrumen itu biasanya mempunyai kontribusi yang sama, atau hampir sama, dalam proses mensukseskan kerja-kerja kepahlawanannya. Seluruh instrumen kepribadian itu mempunyai peranan yang sama urgen dan signifikannya dalam kesuksesan pahlawan.
Apa yang terjadi pada keseluruhan instrumen kepribadian sang pahlawan itu adalah sebuah sinergi kecerdasan; maka para pahlawan mukmin sejati mempunyai kecerdasan akal yang sama kuatnya dengan kecerdasan emosi atau spiritualnya, dan bahwa sumber-sumber kecerdasan itu ―akal, jiwa, dan ruh― yang memberinya energi untuk bekerja mengalami suatu sinergi di antara mereka. Sinergi itulah yang kemudian menciptakan pelipatgandaan tenaga dalam dirinya, maka mereka sanggup menyelesaikan pekerjaan besar yang tak mampu diselesaikan orang-orang biasa.
Sinergi kecerdasan itu juga yang memberikan kekuatan lain kepada para pahlawan mukmin sejati; kekuatan keseimbangan. Survei yang telah dilakukan terhadap orang-orang jenius dan orang-orang besar menunjukkan bahwa ternyata ciri utama mereka adalah keseimbangan kepribadian.
Akan tetapi, keseimbangan kepribadian yang dimiliki para pahlawan mukmin sejati berbeda dengan keseimbangan kepribadian pada orang-orang biasa. Perbedaan itu terletak pada tingkat optimumnya; maka para pahlawan mukmin sejati mempunyai tingkat keseimbangan optimum, dimana kekuatan fisik, akal, emosi, dan ruh sama mencapai tingkat tertinggi, dan pada ketinggian itulah mereka mengalami sinergi.
Itulah yang membuat efeknya merupakan yang dahsyat; ledakan kecerdasan, ledakan karya. Namun, ledakan itu tidak terjadi di sepanjang umur. Ia hanya terjadi pada potongan-potongan masa tertentu dari usia kita. Itulah yang kita sebut momentum. Yaitu, momentum internal dimana kecerdasan kita mengalami saat-saat sinergi yang optimum, dan ledakannya mengeluarkan muntahan karya yang genuine. Ketika muntahan karya yang genuine itu terjadi, saat itulah kisah kepahlawanan ditorehkan dalam sejarah keabadian.
[Sebelumnya]
[Sebelumnya]