Baru beberapa kali menjadi supervisor grup tarbiyah aktifis dakwah kampus, saya sudah diminta untuk mengisi pertemuan dengan tema " Virus Merah Jambu". Tentu saja ini bukan yang pertama, tapi yang terlihat berbeda adalah ; pertemuan sebesar dan semegah itu ternyata 'sekedar' untuk mencegah penyebaran virus merah jambu ! Ini bukan berarti meremehkan, saya tahu persis virus merah jambu selalu eksis di ranah aktifis dakwah kampus, tapi menjustifikasi bahwa itu sebuah masalah besar, rasa-rasanya saya kurang setuju. Karena alasan itulah, kemudian dengan nada bercanda saya menolak permintaan itu. Saya katakan pada mereka, " wah bagusnya yang mengisi itu para alumni VMJ-nya saja, lebih pas dan menghayati .. ". Mereka pun tersenyum kemerah-merahan, saling tunjuk hidung satu sama lain.
Virus Merah Jambu, sering diidentifikasi sebagai gejala yang nampak dari penyakit hati yang muncul antara ikhwan dan akhwat. Biasanya bermula dari pandangan yang tak disengaja, atau bisa juga frekuensi dalam interaksi organisasi yang berkesinambungan. Awalnya adalah perasaan simpati, kagum, kemudian bisa menggulir menjadi sebuah kecenderungan. Ujung-ujungnya adalah memupuk harapan untuk bisa diperhatikan, menjalin komunikasi, bahkan mengincar gerbang pernikahan. Ibarat pepatah arab : " Laa ya'ti min farogh" , virus ini tidak mungkin muncul tiba-tiba. Ia akan tumbuh berkembang pada hati yang tak terjaga. Karenanya saya sering menyindir para aktifis dakwah kampus tentang proses pertumbuhan virus ini. Saya menyingkatnya dengan kata " KETUA " .
* K = Kordinasi, yaitu antara ikhwan dan akhwat dalam sebuah kegiatan atau kepanitiaan
* E = Evaluasi, yaitu saling mengevaluasi setelah usai kegiatan, baik memuji maupun mengkritik, atau sekedar mengucapkan jazakumullah dan jazakillah
* T = Tausiyah, yaitu saat tidak ada lagi koordinasi, hati masih ingin untuk terus berkomunikasi, karenanya mulailah ada SMS tausiyah berlabel penjaga ukhuwah dan motivasi dakwah. Bukan tidak mungkin terjadi di sepertiga malam yang terakhir, saling membangunkan sholat malam via sms tausiyah.
* U = Ukhuwah, atas nama ukhuwah terus melanjutkan komunikasi dengan lebih intensif, Semua atas nama ukhuwah, dakwah. Meski hati kecil tetap saja terus berdegup saat berkomunikasi.
* A = Ana uhibbukum fillah..... yang ini sudah jelas , efek lanjutan dari degup hati yang tak terjaga. Dari fase inilah akan bermula banyak permasalahan dan penurunan dalam aktifitas dakwah.
OK, ternyata kepancing juga saya membahas tentang VMJ. Sejujurnya memang ada faktanya, bahkan beberapa kali saya menerima sms yang 'curhat' tentang VMJ yang ia rasakan. Tapi sekali lagi, saya agak ragu-ragu untuk membahasnya dalam forum yang besar. Alasan sederhananya setidaknya ada tiga :
- Mungkin justru akan menginspirasi yang lainnya yang sebelumnya steril dan belum pernah terlintas untuk terjangkit virus ini. Atau sederhananya, jangan sampai isu VMJ ini begitu populer karena banyak yang membahas dan berpolemik tentangnya. Ingat iklan PKS tentang Soeharto ? Murah meriah bukan, semakin banyak dibahas, semakin efektiflah iklan PKS.
- Bisa jadi akan memperburuk citra dakwah kampus. Ini bagi pandangan pengamat luar atau mahasiswa diluar sistem dakwah kampus. Mereka akan mudah beropini: " oo ternyata sama aja ya anak masjid juga bisa jatuh cinta, bahkan lebih berbunga-bunga "
- Pembahasan VMJ akan menyembunyikan permasalahan lain yang juga sebenarnya dialami oleh aktifis kampus. Tanpa bermaksud mengumbar kesalahan para aktifis dakwah kampus, beberapa kali saya menemukan satu dua hal yang tampaknya bisa jadi masalah di aktifitas selanjutnya. Contohnya : nilai akademis aktifis yang tak kunjung naik atau bahkan molor skripsi, atau juga sisi profesionalisme dalam administrasi dan mengorganize sebuah acara, atau juga rapuhnya pemahaman tentang ideologi dakwah yang paling basic sekalipun.
Akhirnya, ada banyak permasalahan yang memang harus kita urai satu persatu dalam dunia aktifis dakwah kampus. Saya yakin VMJ bukan yang terbesar, karena bisa dipastikan mereka yang terkena biasanya -wallahu a'lam- adalah mereka yang bermasalah dalam tarbiyahnya, amal yauminya, dan bisa juga dalam pelaksanaan amanah-amanah yang dibebankan kepadanya. Dan mestinya 'sample error' selalu lebih sedikit dari jumlah keseleruhan. Saya yakin banyak aktifis dakwah kampus lainnya yang lebih fokus menggarap amanahnya, lebih ikhlas dalam kerja-kerja dakwahnya, tidak tergoda hanya dengan pandangan selintas, tidak terpengaruh dengan deretan-deretan kalimat dalam sms yang diterimanya. Kepada mereka sajalah layak kita titipkan masa depan dakwah kampus, bahkan masa depan Indonesia.Wallahu a'lam.
Sumber : Blog Ust. Hatta Syamsuddin
Sumber : Blog Ust. Hatta Syamsuddin
pada tanggal 4 November 2010 pukul 04.47
Mungkin ini permasalahan aktivis da'wah saat ini. :-/