Untuk sebuah cinta, ia rela menempuh perjalanan jauh. Berangkat dari Singkawang menuju Pontianak dengan menggunakan motor dan menempuh perjalanan selama 3,5 jam. Disambung dengan menggunakan pesawat Pontianak - Jakarta selama 1,5 jam. Lalu diteruskan dengan menggunakan bis dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandung selama 4 jam. Dan terakhir, menempuh perjalanan Bandung - Yogyakarta dengan menggunakan mobil selama 12 jam.
Untuk sebuah cinta, ia rela mengorbankan tenaga. Perjalanan Singkawang - Pontianak - Jakarta - Bandung - Yogyakarta, ia tempuh sekitar 30 jam. Satu hari penuh tanpa istirahat yang cukup, tentu menguras tenaga yang dapat membuat fisik drop. Belum lagi selama mengikuti kegiatan silaturrahim yang acaranya lumayan padat.
Untuk sebuah cinta, ia rela mengorbankan pekerjaan. Demi silaturrahim dengan rekan-rekannya sesama Klab Santri, ia berani mengajukan ijin meninggalkan pekerjaan selama beberapa hari, padahal status kepegawaiannya masih terbilang baru.
Untuk sebuah cinta, ia rela mengorbankan biaya. Tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi, akomodasi, dan lain sebagainya dalam perjalanan tersebut. Rejeki yang baru ia dapatkan, digunakannya untuk keperluan silaturrahim.
Untuk sebuah cinta, ia rela mengorbankan waktu yang selalu diisi dengan rutinitasnya. Ketika bersilaturrahim selama beberapa hari di Bandung, Yogyakarta, dan Solo, tentu ia meninggalkan beberapa rutinitasnya yang mungkin bisa dibilang penting.
Itulah salah seorang sohib saya. Dalam waktu yang singkat, ia memutuskan untuk mengikuti silaturrahim Klab Santri Road to Jogja. Secara logika, untuk melakukan perjalanan jauh, tentu membutuhkan persiapan yang matang, waktu yang cukup, dan biaya yang tidak sedikit. Namun, karena ia melakukan semua itu untuk sebuah cinta; cinta akan silaturrahim, cinta akan kebersamaan, cinta akan ukhuwah, dan tentunya cinta karenaNya, maka semuanya terasa begitu mudah.
Ya, dengan mudahnya ia mendapatkan rejeki dan mengeluarkan sejumlah biaya yang begitu besar. Dan dengan mudahnya pula ia mendapatkan ijin dari atasannya untuk meninggalkan pekerjaan selama beberapa hari. Serta berbagai kemudahan lainnya yang ia dapatkan ketika bersilaturrahim.
Ia yakin, dengan menjalin silaturrahim karenaNya, maka apa yang ia lakukan tidaklah sia-sia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan?" Sabda Rasulullah SAW, "Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturrahim, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan." (HR. Ibnu Majah).
Sumber : Era Muslim
Untuk sebuah cinta, ia rela mengorbankan pekerjaan. Demi silaturrahim dengan rekan-rekannya sesama Klab Santri, ia berani mengajukan ijin meninggalkan pekerjaan selama beberapa hari, padahal status kepegawaiannya masih terbilang baru.
Untuk sebuah cinta, ia rela mengorbankan biaya. Tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi, akomodasi, dan lain sebagainya dalam perjalanan tersebut. Rejeki yang baru ia dapatkan, digunakannya untuk keperluan silaturrahim.
Untuk sebuah cinta, ia rela mengorbankan waktu yang selalu diisi dengan rutinitasnya. Ketika bersilaturrahim selama beberapa hari di Bandung, Yogyakarta, dan Solo, tentu ia meninggalkan beberapa rutinitasnya yang mungkin bisa dibilang penting.
Itulah salah seorang sohib saya. Dalam waktu yang singkat, ia memutuskan untuk mengikuti silaturrahim Klab Santri Road to Jogja. Secara logika, untuk melakukan perjalanan jauh, tentu membutuhkan persiapan yang matang, waktu yang cukup, dan biaya yang tidak sedikit. Namun, karena ia melakukan semua itu untuk sebuah cinta; cinta akan silaturrahim, cinta akan kebersamaan, cinta akan ukhuwah, dan tentunya cinta karenaNya, maka semuanya terasa begitu mudah.
Ya, dengan mudahnya ia mendapatkan rejeki dan mengeluarkan sejumlah biaya yang begitu besar. Dan dengan mudahnya pula ia mendapatkan ijin dari atasannya untuk meninggalkan pekerjaan selama beberapa hari. Serta berbagai kemudahan lainnya yang ia dapatkan ketika bersilaturrahim.
Ia yakin, dengan menjalin silaturrahim karenaNya, maka apa yang ia lakukan tidaklah sia-sia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan?" Sabda Rasulullah SAW, "Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturrahim, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan." (HR. Ibnu Majah).
Sumber : Era Muslim
0 komentar