Penjara Raksasa itu Bernama Gaza


Pernahkah Anda membayangkan sebuah penjara yang berisikan 1,5 juta orang? Luasnya 360 km2. Beratap langit memang, namun dinding-dinding yang mengkotaknya dari dunia luar demikian kuat hingga bahan makanan dan obat-obatan tak bisa masuk. Akibatnya, dalam penjara raksasa itu banyak anak-anak yang sakit tidak tertolong. Ada para manula yang juga tak terobati.
Pernahkah Anda membayangkan sebuah penjara diserbu dengan ratusan ton bom dan ratusan ribu peluru? Itulah yang terjadi pada Desember 2008 hingga Januari 2009. Dengan kekuatan penuh –pesawat tempur, tank, panser- Israel hendak menjadikan penjara raksasa itu musnah dan tidak berbekas di peta.

Namun Allah berkehendak lain. Kecongkakan bangsa Yahudi berakhir dengan rasa malu dan putus asa. Tentara-tentara Allah telah mempecundangi mereka. Kekalahan yang kemudian menjadi bagian dari sejarah Israel dan masih hangat dalam ingatan dunia, hingga saat ini. Yang dizalimi yang kemudian menang. Tetapi kemenangan itu bukannya tanpa pengorbanan. 1.412 muslim mencapai syahidnya. Di bawah guyuran bom dan hujan peluru mereka menemui Rabb-Nya. Sebagiannya menghadap Ilahi dalam naungan langit terbuka, namun tidak sedikit yang terjepit dalam reruntuhan gedung-gedung yang luluh lantak oleh bom-bom zionis agresor.

Ada lagi pengorbanan yang hingga kini masih terlihat nyata. Barangkali pengorbanan ini lebih berat –di mata kemanusiaan- dibandingkan mereka yang kehilangan nyawa. Ini karena Israel menggunakan bom fosfor dan senjata yang dilarang PBB lainnya. Maka ada diantara saudara kita di sana yang kehilangan tangannya. Ada yang harus memakai kursi roda. Ada yang harus selamanya hidup dalam ranjangnya. Ada yang terpaksa harus diamputasi kakinya. Lalu tanah-tanah yang dijatuhkan bom-bom padanya sampai kini masih tercemar, hingga mengundang penyakit saat tanaman dari tanah itu dimakan, atau air yang diminum dari sumur-sumur di sana.

Kini penjara raksasa itu berumur empat tahun. Rentang masa yang teramat panjang untuk hidup dalam keterbatasan dan kurungan. Tanpa iman, barangkali mereka telah putus asa atau menggadaikan agamanya. Tapi tidak! Mereka bukan seperti itu. Toh, dalam penjara raksasa mereka tetap menunjukkan izzah kemuliaan dan prestasi yang membanggakan. Sebab penjara raksasa itu bernama Gaza. Dan penghuninya adalah muslim Palestina.

Pernahkah Anda membayangkan dalam sebuah penjara lahir ribuan penghafal Al-Qur'an? Di sinilah jawabannya. Di Gaza. Hafal Al-Qur'an dalam sebulan tidaklah aneh di sana. Ada 272 pusat hifdzul Qur'an yang mewisuda 12.000 penghafal Qur'an dalam dua bulan. Padahal penduduknya hanya 1,5 juta.

Di penjara raksasa bernama Gaza mereka juga terlatih mandiri untuk melindungi negeri. Kemenangan perang Furqan adalah salah satu buktinya. Semakin jauhnya jangkauan roket produksi Gaza adalah bukti lainnya.

Penjara tidak membuat mereka terhina. Tetapi semestinya 1,2 milyar kaum muslimin di dunia terhina karena tidak bisa membuka blokade yang memenjara mereka sejak 2007 lalu. Ke mana suara talbiyah yang setiap tahun menggema di sekitar kakbah? Apakah "labbaik Allaahumma labbaik" hanya berlaku saat mereka thawaf dan tidak berlaku untuk memerdekakan negeri muslim? Apakah gema takbir semua gerakan Islam hanya berlaku saat mereka menggelar seminar dan muktamar di gedung-gedung ber-AC serta hotel-hotel mewah dan tidak berlaku untuk membuka blokade yang menghinakan Islam?

Ya Allah...
Ampuni kami karena telah menelantarkan saudara-saudara kami dalam penjara terbesar di bumi. Ampuni kami yang masih berdiam diri. Bahkan ampuni kami ya Rabb jika kami belum juga menyebut Gaza dalam doa-doa kami... Kadang kami sendiri heran mengapa tiba-tiba kami menjadi begitu acuh dan tidak peduli. Sekedar untuk mendoakan mereka setiap malam dalam shalat-shalat kami. Atau mungkin karena kami telah lama kehilangan malam-malam bersama-Mu dan hanya tenggelam dalam mimpi...

Ya Allah...
Jika demikian bangkitkanlah kami. Nyalakanlah semangat kami. Jadikanlah kami kaum mukminin yang sesungguhnya. Kaum mukminin yang menjadi saudara bagi mukminin Gaza... Kaum mukminin yang terpanggil untuk membela mereka sebagaimana Umar bin Khattab yang telah membebaskannya dan Shalahuddin Al-Ayyubi yang memerdekakannya...

Ya Allah...
Ampunilah kami... ampunilah kami...

Sumber : Muchlisin

Rachmat Naimulloh

Ingin artikel seperti diatas langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.




0 komentar

Silahkan tinggalkan komentar Anda disini