Disiplin, Pahit tetapi Sehat


Syaikh Amin Syinqithy membuktikan betapa Allah memberikan keberkahan bagi umur kita. Ketika murid-muridnya terheran-heran, apa mungkin orang bisa mengkhatamkan Al-Qur’an dalam sekali shalat malam, ia membuktikannya. Betapa rapi bacaannya. Betapa merdu suaranya. Betapa nikmat shalat bersamanya. Selebihnya cukup waktu untuk bekerja.

Pada Ashar hari Kamis di akhir pekan, seorang kader dakwah seperti dituturkan Imam Hasan Al Banna keluar dari bengkel tempat ia bekerja. Malamnya ia sudah memberikan ceramah di sebuah pertemuan beberapa puluh kilometer dari tempatnya. Esok Jum’atnya ia berkhutbah dengan bagus di tempat lain yang cukup jauh. Asharnya ia memberikan pengarahan pada sebuah mukhayam (camping) yang diikuti ratusan pemuda dari berbagai penjuru. Lepas Isya ia menyampaikan arahan dalam sebuah daurah besar. Ratusan kilometer dalam 39 jam ditempuhnya, suatu perjalanan yang melelahkan. Namun esoknya dengan wajah cerah cemerlang dan hati yang tenang, ia telah tiba di tempat kerjanya lebih cepat, tanpa ribut-ribut mengisahkan kerja besar yang baru diselesaikannya.

Sembilan tahun agresi pasukan musyrikin Quraisy dan yang lainnya ke Madinah telah menyibukkan Rasulullah SAW dengan 27 kali ghazwah (pertempuran yang beliau pimpin langsung) dan 35 sariyah (yang dipimpin para sahabat). Serbuan yang bertubi-tubi ini potensial membuat lelah fisik dan mental dan masuk akal bila beliau dan para sahabat memanfaatkan waktu jeda yang rata-rata sebulan atau sebulan setengah untuk berleha-leha. Namun ternyata justru waktu itu diisi dengan banyak kegiatan, dari mendidik para politisi, panglima perang, hakim, diplomat sampai merangkak anak-anak dipunggungnya atau dalam beberapa riwayat dan momentum berbeda-berpacu jalan dengan keluarga atau beramahtamah dengan rakyat jelata. Ia pemimpin besar yang menggetarkan banyak bibir kekaguman. Ia panglima yang akurat dalam memimpin setiap pertempuran. Ia guru yang banyak melahirkan kader handal. Ia suami yang membuat istrinya kebingungan saat ditanya momen-momen apa yang paling mengesankannya selama hidup bersamanya. “Momen mana yang tidak mengagumkan.” (Ayyu amrihi lam yakun ajaba?!), jawab Aisyah ummul mu’minin radhiyallahu’anha.


Rachmat Naimulloh

Ingin artikel seperti diatas langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.




0 komentar

Silahkan tinggalkan komentar Anda disini