Di antara berbagai corak manusia, orang-orang yang beriman (mukmin) mendapatkan posisi mulia di hadapan Allah. Akan tetapi, sama-sama beriman, masih ada faktor pembeda dalam hal kedekatan dan kecintaan Allah kepada mereka. Ada sebagian mukmin yang dinilai lebih baik dan lebih dicintai di hadapan Allah, dibandingkan dengan mukmin lainnya. Faktor pembeda itu adalah kekuatan.
Nabi saw mengungkapkan, “Orang-orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai di sisi Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya terdepat kebaikan” (H.R Muslim).
Allah menghendaki kita menjadi kuat, bukan menjadi lemah. Bukan hanya kuat secara fisik, namun kuat dalam berbagai aspek, baik spiritual, moral, intelektual, amal, dan finansial. Bukan hanya kekuatan dalam kualitas pribadi, namun juga kuat secara kolektif, seperti kekuatan jaringan, kekuatan organisasi, kekuatan politik, dan berbagai kekuatan lainnya yang bisa dipersiapkan untuk mencapai kemenangan.
Kadang kita jumpai orang-orang yang memiliki fisik sehat dan kuat, namun rapuh kejiwaannya. Mereka mudah kecewa dan putus asa, mudah menyerah dalam berusaha, mudah lemah dalam mencapai cita. Tipe manusia seperti ini cenderung pasif dalam kehidupan, tidak berani menghadapi resiko dan tantangan, hidup mereka sebatas angan-angan. Mereka termasuk orang-orang yang lemah, dan akan mudah kalah.
Kadang kita jumpai pula orang-orang yang kuat secara fisik, namun lemah secara intelektual. Mereka tidak mengembangkan tradisi ilmiah yang sesungguhnya merupakan watak dasar Islam. Akal dan pemikiran mereka tidak dibiasakan berada dalam kondisi hidup dan dipenuhi khazanah ilmu. Belajar hanyalah kegiatan formal di bangku sekolah, setelah tamat mereka membiarkan pemikiran membeku tanpa penambahan wawasan dan pengetahuan.
Sebaliknya, ada pula sebagian manusia yang sangat mengagungkan intelektualitas dan rasionalitas, akan tetapi lemah dalam sisi spiritual. Pengembaraan intelektual mereka berjalan tanpa batas akhir, akan tetapi sangat mudah meninggalkan ibadah ritual. Dalam berdiskusi tentang ilmu keislaman, mereka betah berjam-jam, namun tidak betah menunaikan shalat yang hanya beberapa menit. Tentu saja kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan.
Tatkala kekuatan dijadikan sebagai faktor pembeda antara mukmin yang satu dengan mukmin lainnya di hadapan Allah, yang dimaksud tentu saja bukan hanya kekuatan fisik. Kekuatan adalah simbol kemuliaan dan kewibawaan. Tiada wibawa bagi mereka yang penuh kelemahan. Untuk itulah, berbagai jenis kekuatan harus dimiliki oleh kaum muslimin baik secara individual maupun secara kolektif, agar tercipta kemuliaan dan kewibawaan umat Islam di tengah percaturan dunia.
Modal bagi kuat dan kokohnya umat dan bangsa adalah pada kekuatan individu. Apabila sebuah bangsa terdiri dari pribadi-pribadi yang kuat secara spiritual, moral, intelektual, finansial, maupun fisik, maka akan menjadi kuat pula bangsa tersebut. Sebaliknya jika sebuah bangsa berisi pribadi yang lemah, yang terlahir hanyalah bangsa yang tak mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri.
Maka, jadilah kuat, karena Islam tidak menghendaki kita menjadi lemah!
pada tanggal 24 Agustus 2011 pukul 09.23
Quwwatul jasadiyah to quwwatul rupiyah...untuk menyongsong peradaban Islam!