Pekerjaannya tukang kayu dan jual beli hasil-hasil pertanian di Mesir, tabiatnya sangat pemberani, cerdas, sabar dan memiliki jiwa yang sangat tenang, memiliki kepedulian dan semangat untuk membela kaum muslimin, membela saudara-saudaranya di Palestina yang dizalimi penjajah Zionis Yahudi. Tukang kayu tersebut bernama Yusuf Thala’at, lengkapnya Yusuf Izzuddin Muhammad Thala’at, lahir pada bulan Agustus 1914 M di kota Ismailiyah, Mesir.
Setelah berkenalan dengan Imam Hasan Al Banna, Mursyid Am Al Ikhwan Al Muslimin pada tahun 1936, Yusuf Thala’at termotivasi untuk berjuang membela, menolong kaum muslimin, khususnya kaum muslimin di Palestina yang sedang berjuang melawan penjajah Inggris yang didukung Zionis Internasional saat itu.
Perjuangan menyokong dan membela Palestina dilakukan Yusuf Thala’at dengan berbagai macam cara, mulai dari meyebarkan brosur, mengadakan pelatihan/training tentang membela Palestina, khutbah, ceramah hingga demonstrasi.
Sepak terjang dan aksi Yusuf Thala’at bersama Jama’ah Al Ikhwan Al Muslimin dalam demonstrasi solidaritas untuk Palestina diliput media masa Mesir. Surat kabar Al Ahram, Mesir yang terbit 13 Juli 1938 menjelaskan, “ Jamaah Al Ikhwan Al Muslimin di kota Ismailiyah mengadakan demonstrasi dari masjid Jami’ Al Abasi menuju kantor Al Ikhwan Al Muslimin untuk memperlihatkan perasaan dan kecintaan mereka pada Palestina. Polisi menangkap sejumlah demonstran. Setelah selesai melakukan penyidikan terhadap mereka, komisaris Ismailiyah mengambil keputusan menahan Hasan Al Banna, Yusuf Thal’at, dan tokoh-tokoh Ikhwan lain. Mereka ditahan selama empat hari demi keperluan penyidikan”.
Pada tahun 1948, Imam Hasan Al Banna, mengerahkan 10.000 orang pasukan Al Ikhwan Al Muslimin dari Mesir, Suriah dan negara Arab lainnya untuk berjihad ke Palestina melawan penjajah Zionis Yahudi yang mendapat sokongan dari Inggris.
Yusuf Thala’at termasuk diantara pasukan Al Ikhwan Al Muslimin yang berjumlah 10.000 orang tersebut. Ia merupakan orang yang pertama kali bergegas berangkat jihad ke Palestina bersama sejumlah ikhwan dari Ismailiyah.
Dengan semangat juang yang tinggi dan tidak ada perasaan takut sedikitpun kecuali kepada Allah swt, Yusuf Thala’at memimpin perang di Dirul Balah melawan tentara Zionis Yahudi. Dalam peperangan itu, 12 orang mujahidin Al Ikhwan Al Muslimin gugur sebagai syuhada.
Ketika diadakan gencatan senjata untuk menyerahkan jenazah para korban. Panglima perang Inggris tercengang saat melihat mujahidin Al Ikhwan Al Muslimin yang gugur, semua dadanya terkena tembakan peluru. Sehingga peristiwa ini menjadi perbincangan diantara pasukan musuh, mereka mengetahui sikap pejuang yang sejati, pejuang yang tidak mau lari dari medan laga, pejuang yang tidak takut mati, pejuang yang siap menyongsong lawan untuk mendapatkan syahid di jalan Allah.
“dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan." (QS: An Nur/24: 52). “Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya”. (QS: Ali Imran/3 : 143)
Pada tanggal 8 Desember 1954, Koran Bari Matish terbitan Perancis mewartakan bahwa:
“Pada jam enam pagi tanggal 7/12/1954, bendera hitam dikerek di penjara Kairo dan orang-orang yang divonis hukuman mati digiring, dengan telanjang kaki dan memakai pakaian eksekusi mati berwarna merah.
Pada jam delapan, dimulailah eksekusi hukuman mati terhadap enam orang Al Ikhwan Al Muslimin: Mahmud Abdul Latif, Yusuf Thala’at, Handawi Dawir, Ibrahim Ath Thayyib, Muhammad Farghali dan Abdul Qadir Audah. Keenam orang ini berjalan ketiang gantungan, dengan keberanian luar biasa dan memuji Allah karena mendapat kemuliaan syahid”.
“dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS: Al Baqarah/2 : 154). “janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (QS: Ali Imran/3 169). “di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya),” (QS: Al Ahzab/33:23).
Sahabat Yusuf Thal’at, Syekh Abdul Qadir Audah, seorang hakim yang ahli fikih dan pakar undang-undang, sebelum dieksekusi mati berdoa kepada Allah, “Darahku akan menjadi laknat atas pemimpin-pemimpin Revolusi”.
Allah mengabulkan doa orang yang terzalimi, darahnya menjadi laknat bagi penguasa yang terlibat dalam eksekusi terhadap para ulama dan pejuang Palestina. Tidak ada seorangpun diantara mereka yang zalim itu selamat dari sanksi Allah di dunia. Mereka mengalami kehidupan yang sangat tragis.
Jamal Salim, ketua Mahkamah, menderita penyakit syaraf. Saudara Jamal Salim, Shalah Salim, ginjalnya tidak berfungsi, hinga air kencingnya tertahan dan mati keracunan. Syamsu Badran dijatuhi hukuman seumur hidup. Konselor Abdul Hakim Amir mati bunuh diri atau diracun. Hamzah Basyuni tertabrak truk, hingga tubuhnya terkoyak dan bertebaran di atas tanah. Al Askari Ghunaim ditemukan tewas di tengah kebun. Ash Shaul Yasin diserang untanya dan tulang lehernya retak hingga mati. Abdun Nashir seluruh hidupnya dipenuhi rasa ketakutan dan keresahan, baik dalam keadaan terjaga maupun tidur. Bahkan kuburnya digenangi aliran air.
Semoga Allah mengumpulkan pejuang-pejuang yang gugur di jalan-Nya bersama Rasulullah saw di dalam surga-Nya yang mulia. Amin.
0 komentar