Setiap insan selalu mendambakan indahnya bercakap berdua bersama orang yang sangat ia cintai di malam pertama pernikahannya. Tidak dapat dipungkiri, karena memang seperti itulah kenyataannya. Bahkan kita selalu membayangkan betapa indahnya keadaan itu walau diri kita masih dalam masa penantian yang cukup lama. Malam yang penuh rahasia. Malam penuh kejutan dengan terbukanya tabir-tabir yang selama ini tertutup. Hanya kita.... pasangan kita..... serta Allah yang menjadi saksi malam itu. Tidak akan ada kisah suram yang terlintas dalam benak kita ketika kita bersama orang yang kita cintai di malam itu. Semuanya indah nan menyenangkan…!!!
Namun, pernahkah kita membayangkan kita selaku ikhwan menjadi sosok seorang Hanzhalah atau yang akhwat menjadi istri dari seorang Hanzhalah ? Mereka yang menjadi sosok sahabat yang pantas di contoh oleh para pasangan pengantin baru. Sosok yang menjual jiwa dan raganya kepada Allah demi ditukarkan dengan surga-Nya. Karena kecintaannya kepada Rasulullah ia rela untuk meninggalkan kenikmatan bersama sang istri di malam pengantinnya. Bisakah kita menjadi sosok seperti itu abad ini ? atau kita menjadi pecudang, yaitu orang yang terlena dengan dunia dengan mengorbankan akhirat ?
Bagi seorang ikhwan, siapkah kita bergegas menuju medan pertempuran saat panggilan jihad bergema di seluruh pelosok disaat indahnya malam pertama itu datang? Dan bagi seorang akhwat, mampukah melepas dan memotivasi suami untuk segera pergi berjihad saat panggilan itu hadirnya di malam pertama ?
Masih adakah sosok Hanzhalah di abad modern ini? Malah fenomena yang terjadi saat ini, tidak sedikit yang terlena dengan manisnya sebuah pernikahan bagi ikhwan dan akhwat yang baru menikah. Yang biasanya ketika ia lajang rajin menghadiri ta’lim, karena sesudah menikah ia cuti dahulu untuk menghadirinya, yang biasanya ngisi kajian, kajiannya akan di liburkan terlebih dahulu beberapa saat. Dengan alasan baru menikah.
Banyak orang sibuk mengejar dunia, mereka berjuang mengumpulkan dunia dalam genggamannya serta menyimpannya dalam hati. Mereka telah rela menjadikan dunia sebagai tuhannya. Banyak orang cerdas dunia, tapi ia mengabaikan akhiratnya. Cintanya pada dunia melebihi cintanya pada akhirat. Dunia bukanlah tujuan akhir bagi kita. Karena dunia akan segera ditinggalkan.
Dunia ibarat sebuah tempat persinggahan kita sementara. Kita selaku musafir di dunia ini, hanya sedang beristirahat. Hanya sedang beristirahat, bukan untuk tinggal selamanya. Karena dunia bukan rumah kita sejatinya. Maka dari itu, cepat atau lambat kita akan segera bergegas berjalan menuju tempat tujuan kita yang kekal abadi di akhirat sana.
Kita memang diperintahkan menyempurnakan ikhtiar, tetapi bukan semata-mata untuk mencari dunia. Ikhtiar kita secara sempurna pada hakikatnya untuk bekal kepulangan kita ke akhirat kelak. Jadi, jaminan dari Allah untuk kehidupan dunia ini sebenarnya ditujukan kepada orang yang bersungguh-sungguh menyempurnakan ikhtiarnya. Yang meletakkan dunia hanya ditangannya dan bukan di hatinya yang terdalam.
Jikalau dunia disimpan di hati, saat dunia itu terbakar, maka hatinya akan ikut terbakar bersama dunia itu. Tapi beda halnya ketika dunia hanya di simpan di tangannya saja. Ketika dunia itu terbakar, maka dengan cepat ia bisa melemparkan dunia itu dari tangannya agar tangannya tidak ikut terbakar bersama dunia.
Siapa saja yang mencintai dunia lebih dari akhirat, maka ia tidak akan pernah menemukan ketenangan sejati di dalam hatinya. Dan apabila hal itu terjadi, bersiaplah karena cepat atau lambat hatinya akan segera terbakar bersamaan dengan dunia yang amat ia cintai.
Oh dunia…. Betapa cantik dan mempesonanya dirimu sehingga banyak orang yang lemah imannya terpesona dengan kecantikan semu yang engkau pancarkan. Hingga mereka melepas akhirat yang pasti demi mengejar janji tak pasti yang kau agungkan.
Ya Allah…. Jagalah diri kami dari godaan dunia yang menggoda, jadikanlah kecintaan kami kepada akhirat lebih dari kecintaan kami terhadap gemerlapnya dunia. Tetapkanlah hati dan gerak langkah kami tetap berada dalam rel da’wah yang telah Engkau tentukan arah dan tujuannya. Sehingga kami mampu melakukan transaksi jual beli jiwa dan raga kami demi mendapatkan surga-Mu yang kekal abadi. Amiin…
Sumber : FB-nya Akh Dani
Sumber : FB-nya Akh Dani
0 komentar