Imajinasi


”Seluruh lembah, gunung, dan gurun yang pernah kulewati, pasti akan selalu kuingat, sekaligus kubayangkan segenap strategi yang akan kugunakan, jika suatu saat aku berperang di tempat itu.”

Itulah ungkapan Khalid bin Walid tatkala ia mengenang strategi kardus yang digunakannya dalam Perang Yarmuk. Itulah kemenangan perang, sekaligus prestasi militer paling prestisius yang pernah dicapai Khalid. Itu pulalah pembuktian paling nyata dari gelar yang diberikan Rasulullah saw. kepadanya sebagai Pedang Allah yang Selalu Terhunus.

Jadi, segalanya bermula dari imajinasi. Ini bukan hanya ada dalam dunia kepahlawanan militer, melainkan merata dalam semua bidang kepahlawanan. Temuan-temuan ilmiah selalu didahului oleh imajinasi: jauh sebelum dilakukannya pengujian di laboratorium; jauh sebelum adanya perumusan teori. Maka, fiksi-fiksi ilmiah selalu menemukan konteksnya di sini: bahwa mercusuar imajinasi telah menyorot seluruh wilayah kemungkinan dan apa yang harus dilakukan kemudian adalah tinggal membuktikannya. Studi-studi futurologi juga menemukan konteksnya di sini. Memang, selalu harus ada bantuan data-data pendahuluan. Namun, data-data itulah hanyalah bagian dari sebuah dunia yang telah terbentuk dalam ruang imajinasi.

Para pemimpin bisnis dan politk serta tokoh-tokoh pergerakan dunia juga menemukan kekuatan mereka dari sini. Bahwasanya apa yang sekarang kita sebut visi dan kreatifitas adalah ujung dari pangkal yang kita sebut imajinasi. Bacalah biografi Bill Gates atau Ciputra, maka Anda akan menemukan seorang pengkhayal. Bacalah biografi John F. Kennedy atau Soekarno, maka Anda juga akan menemukan seorang pengkhayal. Bacalah pula biografi Sayyid Qutb, maka sekali lagi Anda akan menemukan seorang pengkhayal. Dalam dunia pemikiran, kebudayaan, dan kesenian, imajinasi bahkan menjadi tulang punggung yang menyangga kreativitas para pahlawan di bidang ini.

Kekuatan imajinasi sesungguhnya terletak pada beberapa titik. Pertama, pada wilayah kemungkinan yang tidak terbatas, yang terangkai dalam ruang imajinasi. Itu membantu kita berpikir holistik dan komprehensif, menyusun peta keinginan, dan menentukan pilihan-pilihan tindakan yang sangat luas. Kedua, optimisme yang selalu lahir dari luasnya ruang gerak dalam wilayah kemungkinan dan banyaknya pilihan tindakan dalam segala situasi. Ketiga, imajinasi membimbing kita bertindak secara terencana oleh karena ia menjelaskan ruang dan member arah bagi apa yang mungkin kita lakukan.

Akan tetapi, imajinasi tentu saja bukan mukjizat. Harus ada kekuatan lain yang menyertainya agar ia efektif. Yang jelas, jika Anda mau belajar menjadi ‘pengkhayal ulung’, barangkali Anda telah memiliki sebagian dari potensi ledakan kepahlawanan.


Rachmat Naimulloh

Ingin artikel seperti diatas langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.




2 komentar

  1. BeDa mengatakan.... [Jawab]
    pada tanggal 9 April 2010 pukul 18.30

    Perlu melatih imajinasi yang seperti ini.

  2. indra mengatakan.... [Jawab]
    pada tanggal 11 April 2010 pukul 09.59

    Aslkm, salam kenal, ijin link ya

Silahkan tinggalkan komentar Anda disini