Gaza – Infopalestina:
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”. (Al-Ahzab,33 : 23)
Pembunuhan terhadap Syeikh Ahmad Yasin lima tahun lalu bukan peristiwa sepintas lalu. Peristiwa itu menjadi pusat perenungan bagi seluruh pejuang kebebasan di dunia dan mengingatkan bangsa Arab dan umat Islam akan bahaya hakiki Israel di Palestina.
Gugurnya Syeikh Ahmad Yasin meningkatkan dukungan besar kepada gerakan HAMAS bukan hanya di Palestina. Bahkan dukungan bangsa Arab dan Islam semuanya. Sejak saat itu semua orang bertanya tentang HAMAS, gerakan yang mengguncang bangunan Israel, gerakan ini mulai menyebar secara drastis hingga mayoritas Palestina berafiliasi kepadanya. Jika tidak afiliasi maka mereka mendukungnya atau simpati kepada gerakan perlawanan dan ketegaran memperjuangkan prinsip-prinsip dasar Palestina dan menolak perundingan damai dengan Israel.
Gugurnya Syeikh Ahmad Yasin juga mengundang reaksi yang kebanyakan justru mengatakan bahwa darah beliau akan menjadi “bahan bakar baru” bagi perlawanan.
Syeikh Ahmad Yasin … Kelahiran dan pertumbuhan
Syeikh Ahmad Yasin lahir tahun 1936 di desa El-Gorah yang dibangun di reruntuhan kota Ashkelon yang bersejarah yang berada di Majdal Tengah ke arah utara dari Jalur Gaza sekitar dua puluh kilometer. Di tingkat SD beliau belajar di sekolah El Gorah sekolah dasar dan terus belajar sampai tingkat kelima. ”
Sejak “nakbah” (malapetaka dahsyat) menimpa rakyat Palestina di tahun 1948 (dengan diproklamirkan berdirinya negara Israel) Ahmed Yasin terpaksa berhijrah bersama keluarganya ke Jalur Gaza dan menetap di kamp pengungsi Shati’ di pantai Jalur Gaza. Selama tinggal di permukiman, ia diputus dari studinya sampai tahun 1950 karena ia sibuk memberikan kontribusi keberlangsungan hidup keluarganya yang terdiri dari tujuh orang dengan bekerja di sebuah restoran di Gaza City.
Kemudian Syeikh melanjutkan studinya di sekolah kamp pengungsi dan menyelesaikan studinya di tingkat dasar dan persiapan tahun 1955, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Palestina yang merupakan sekolah paling bergensi di Jalur Gaza. Suasana politik di Jalur Gaza secara umum sedang bergejolak, terutama di sekolah tempatnya belajar. Pada saat itu kami bersama-sama di sekolah itu. Ia di kelas satu dan saya (penulis) di tingkat terakhir. Pada saat itu dikenal dengan Sekolah Menengah Umum – yang disebut taujihy.
Dunia Arab sedang bergejolak dengan aliran-aliran pemikiran, baik yang berhaluan nasionalis, kiri, dan Islam. Dan Gerakan Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan paling aktif di Jalur Gaza. Ia banyak didukung oleh pelajar, bahkan mereka yang berprestasi di kelas dan dipilih menjadi ketua-ketua aktifitas adalah mereka yang berafiliasi kepada gerakan Islam.
Di gerakan Ikhwanul Muslimin, Ahmad Yasin menemunkan apa yang dia cari. Dakwahnya sesuai dengan keinginannya, baik dari sisi pemikiran agamanya (ideology), atau dalam hal pandangan politik, dan methodologi pendidikan untuk menyiapkan generasi pembebas Palestina, menyelematkan Al-Aqsha yang penuh berkah dari tangan para penjajah. Sang murid Ahmad Yasin melihat itu semua dan memberikan baiatnya kepada gerakan Islam ini tahun 1955.
Ia mengajar bahasa Arab dan tarbiyah islamiah. Ia juga seorang penceramah di masjid-masjid Gaza, bahkan paling popular di sana karena hujjah. Ia juga dipilih menjadi Majmah Islami di Gaza.
Beliau ditangkap oleh Zionis Israel tahun 1984 karena latar belakang mereka menemukan rumahnya sebagai gudang senjata yang dibeli oleh Syeikh dari seorang agen Israel.
Ia pernah divonis penjara 13 tahun, kemudian keluar dalam proses pertukaran tawanan Tahun 1985. 17 November 1987 gerakan Islam di bawah kepemimpinannya mengeluarkan keputusan untuk “memulai aksi militer melawan entitas penjajah Zionis. Dan pada tanggal 8 Desember 1987 meletus aksi Intifadha dengan arahan Syeikh Yasin, dan sepekan setelah itu dideklarasikan Gerakan Perlawanan Islam “HAMAS”, dan pernyataan resmi pertamanya dikeluarkan 14 Desember 1987 M. Sementara pernyataan resmi pertama gerakan Fatah dan Front Rakyat dan organisasi lainnya pada 8 Januari 1988 atau satu bulan setelah mulainya intifadha.
Intensitas aksi serangan dan mogok massal yang dilakukan dan digalang HAMAS terhadap Zionis Israel semakin keras. Mereka kemudian menangkap Syeikh dan sebagian besar pimpinan HAMAS dan Ikhwanul Muslimin malam tanggal 18 Mei 1989 M. Mendekam di penjara sampai 25 September 1997 M dalam sebuah negoisasi pertukaran tawanan oleh Raja Husein dengan Israel setelah percobaan pembunuhan terhadap saudara Khalid Misy’al Kepala Maktab Siyasi HAMAS.
0 komentar