Musibah Titik Tolak Kebangkitan


KHUTBAH IEDUL FITHRI 1430 HIJRIAH
Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar. La Ilaaha Illallaahu Wallaahu Akbar, Allaahu Akbar Walillahil Hamdu

Sungguh bahagia dapat hadir bersama di sebuah tempat ini dimana takbir, tahmid dan tahlil dikumandangkan. Kehangatan mentari pagi turut menambah cerah suasana hari raya ini. Hembusan angin pagi serasa membisikkan kesujukan pada hati-hati yang merindukan limpahan rahmat, berkah dan ampunan dari Allah SWT. Rasanya, tiada kalimat yang layak untuk mengawali khutbah hari ini, selain rasa syukur tak terkira kepada Sang Maha Pencipta dan Pengendali alam semesta, Allah SWT.

Teriring pula shalawat dan salam kita haturkan kepada manusia mulia, Rasulullah Muhammad SAW, yang telah bersusah payah dengan dakwahnya mengeluarkan ummat manusia dari kegelapan menuju peradaban yang terang benderang dipenuhi cahaya Ilahi. Shalawat dan salam untuk seorang utusan Allah SWT, yang telah mengkhidmatkan diri untuk menjadi pemimpin manusia-manusia yang senantiasa meniti jalan kebenaran di sepanjang zaman. Shalawat dan salam untuk seorang manusia yang hatinya dipenuhi oleh kecintaan kepada ummat dan seruan-seruannya telah meninggikan derajat kehidupan kemanusiaan.

Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar. Allaahu Akbar Walillahil Hamdu

Hadirin jemaah shalat iedul fithri yang berbahagia.
Tanpa terasa, baru saja kita ditinggalkan oleh Ramadhan, sebuah bulan dimana jiwa dan hati manusia ditempa oleh kaderisasi Ilahi. Begitulah kehidupan, semuanya akan berakhir dan berlalu. Mudah-mudahan berlalunya bulan Ramadhan diiringi dengan keberhasilan kita semua menjadi lulusan terbaik dari pendidikan madrasah Ramadhan. Semoga Ramadhan tahun ini berhasil menempa hati dan jiwa kita sehingga menjadi hati dan jiwa yang senantiasa menjaga keharmonian selaras dengan tuntunan Allah SWT.

Kita berharap kepada Allah SWT, agar menjadikan kita termasuk kedalam kafilah manusia yang mampu menangkap begitu banyak hikmah yang diturunkan melalui kemuliaan bulan Ramadhan. Kasih sayang Allah SWT, menjadikan Ramadhan tahun ini memiliki lebih banyak hikmah, khususnya di bumi Jawa Barat.

Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar. Allaahu Akbar Walillahil Hamdu

Hadirin jemaah shalat iedul fithri yang berbahagia.
Beberapa hari yang lalu bumi Jawa Barat dikejutkan dengan musibah gempa bumi, marilah kita memaknai musibah gempa bumi ini dengan sikap yang benar supaya menjadi kebaikan bagi kita semua warga Jawa Barat, sebab Rasulullah SAW bersabda :
"Sungguh mengagungkan perkara seorang mukmin. Seluruh perkara yang menimpanya adalah kebaikan baginya. Jika dia ditimpa kenikmatan, kemudian dia bersyukur maka syukur itu akan menjadi kebaikan baginya. Jika dia ditimpa musibah kemudian dia bersabar, maka sabar itu menjadi kebaikan baginya. Dan ini hanya berlaku untuk orang yang beriman kepada Allah SWT saja." (H.R. Bukhari-Muslim)

Musibah adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan di muka bumi. Kemudahan dan kesulitan selalu dipergilirkan. Musibah dan kesulitan juga merupakan cara Allah untuk membedakan siapa manusia yang benar dan siapa yang dusta dengan keimanannya. Allah telah menegaskan dalam firman-Nya:
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Q.S Al-Ankabut 2-3)

Musibah adalah ujian baik bagi yang menerimanya maupun yang tidak menerima musibah itu. Bagi yang tertimpa musibah jelas bahwa ujian sedang menghampirinya untuk tetap tabah menghadapinya sedangkan bagi yang tidak menerimanya ujian tersebut adalah sebuah ujian apakah dia dapat berempati dan membantu terhadap sesama atau tidak. Pada dimensi kehidupan dunia, musibah mungkin berarti sebagai sebuah cobaan dan kesulitan dalam kehidupan. Namun pada dimensi kehidupan akhirat, sesungguhnya musibah adalah pertanda bahwa kita masih termasuk bagian dari manusia-manusia yang dikasihi Allah dan tidak termasuk dalam golongan manusia yang dimurkai Allah. Sebab Rasulullah SAW bersabda :
"Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan bagi kaum itu." (H.R. Bukhari-Muslim)

Pada dimensi waktu jangka pendek, sebuah musibah dapat berarti sebuah kerugian. Namun pada dimensi waktu jangka panjang, musibah dapat berarti sebuah keuntungan. Merubah kerugian menjadi keuntungan adalah perihal sikap dan kemampuan dalam menangkap hikmah pelajaran di balik terjadinya sebuah musibah. Kerugian sesungguhnya dari sebuah musibah terjadi jika orang-orang yang menjadi korban langsung maupun yang tidak langsung tidak mampu menangkap hikmah dari Sang Maha Kuasa atas musibah tersebut. Oleh karena itu, hal terpenting dalam menghadapi musibah adalah tentang bagaimana sikap kita dalam berhadapan dan mengambil hikmah dari sebuah musibah yang Allah berikan kepada kita.

Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar. Allaahu Akbar Walillahil Hamdu

Hadirin jemaah shalat iedul fithri yang berbahagia.
Sebuah perenungan sederhana terhadap bencana gempa bumi di tanah Jawa Barat mengantarkan kita kepada beberapa hikmah, antara lain adalah:

Pertama, musibah gempa bumi bisa jadi merupakan salah satu pintu untuk hadirnya pertolongan Allah di bumi Jawa Barat. Bukankah kunci dari pertolongan Allah adalah ketika kita bersabar terhadap ujian yang diberikan, lalu diiringi dengan usaha dan ikhtiar yang kuat untuk segera bangkit menanggulangi dampak dari musibah itu.
"...dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang bersabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: “Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami pasti kembali kepada-Nya”. Mereka itulah (orang-orang yang) kepada mereka akan turun berbagai karunia dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. Al-Baqarah 155-157)

Bisa jadi, bencana gempa bumi merupakan cara Allah dalam memancangkan titik awal kebangkitan kehidupan masyarakat Jawa Barat. Kebangkitan sebuah peradaban hanya bisa dilakukan oleh manusia-manusia bermental kuat yang memiliki kesabaran luar biasa dan mempunyai kesungguhan dalam menyelesaikan berbagai beban tangung jawab. Amanah untuk membangkitkan peradaban membutuhkan manusia yang terbiasa mengatasi kesulitan dan rintangan dalam perjalanan kehidupannya. Amanah membangkitkan sebuah peradaban tidak dapat dipikul, kecuali oleh orang-orang yang terbiasa lebih mengutamakan tanggung jawab dari pada kehidupan santai dan mewah dan dari pada kesenangan dan godaan.

Musibah bencana, membuat orang tidak memiliki pilihan selain bekerja keras untuk dapat mempertahankan keberadaannya di muka bumi. Mudah-mudahan dari bencana ini, akan lahir sosok-sosok manusia yang kuat, ulet, tahan banting, punya visi yang jauh kedepan untuk menatap perubahan dan harapan baru.

Ustadz Sayyid Quthb dalam kitab tafsirnya Fi Zhilalil Qur’an mengatakan:
"Jiwa yang ditempa dengan kesulitan-kesulitan akan terbersihkan dari unsur-unsur yang buruk, dan terlejitkan kekuatannya yang tersimpan sehingga bangkit dan terhimpun. Kesulitan-kesulitan itu mengetuknya dengan keras dan kuat sehingga ia menjadi kuat dan cemerlang."

Kedua, berbagai musibah seolah menunjukkan bahwa alam sepertinya mulai tidak tahan terhadap perilaku manusia yang sering kali tidak ramah terhadap lingkungan. Maha Suci Allah yang telah menciptakan alam ini dalam keadaan setimbang. Oleh karena itu setiap upaya yang berdampak pada rusaknya kesetimbangan alam akan menerima konsekuensi dari sunatullah. Ketidakharmonisan hubungan yang ditunjukkan oleh manusia kepada lingkungannya, pada gilirannya akan menuai reaksi negatif dari alam.

Berbagai bencana alam yang menghampiri manusia beberapa tahun terakhir ini merupakan sebuah peringatan bahwa alam mulai tidak suka dengan kesewenang-wenangan manusia. Keserakahan manusia telah terbukti mendorong alam semesta bergerak menjauhi titik kesetimbangannya. Sudah sepantasnya ummat manusia mulai mengkoreksi diri dan menata kembali pola hubungannya dengan alam. Manusia harus berhasil mengekang keserakahannya sehingga tidak mengambil sesuatu dari alam secara berlebihan.

Ramadhan telah mengajarkan kita untuk menahan diri tidak hanya terhadap hal-hal yang dilarang, tetapi juga terhadap hal-hal yang diperbolehkan. Sangatlah wajar jika Ramadhan mengajarkan kita agar tidak menjadi orang-orang yang melampaui batas. Allah sangat membenci orang-orang yang melampaui batas, termasuk kepada alam. Bukankah kita juga tahu bahwa kesudahan orang-orang yang melampaui batas adalah neraka.
"Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai. Lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas. Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya. Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman. Selain air yang mendidih dan nanah." (Q.S. An-Naba’ 21-25)

Tidaklah berlebihan jika manusia saat ini harus segera memulai kebijakan pembangunan yang juga berpihak kepada lingkungan. Hal tersebut tidak hanya akan menguntungkan alam, akan tetapi juga menguntungkan manusia itu sendiri. Bahkan tidak hanya manusia yang ada hari ini, tetapi juga manusia yang akan hadir kemudian. Konsep pembangunan berkelanjutan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Keinginan pemerintah provinsi, untuk menjadikan Jawa Barat sebagai green province, perlu untuk mendapatkan dukungan semua pihak. Kegiatan-kegiatan pemerintah yang berupaya memperbaiki hubungan dengan alam perlu untuk mendapatkan perhatian seluruh komponen warga Jawa Barat.

Ketiga, bencana gempa bumi merupakan bentuk ujian Allah kepada para peserta pendidikan madrasah Ramadhan. Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk dapat berempati terhadap orang-orang yang hidup dalam kekurangan. Ramadhan juga mengajarkan kita untuk mau berbagi terhadap sesama. Ramadhan juga telah mengajarkan kepada kita tentang kesahajaan. Kesahajaan merupakan pilihan sadar bagi orang-orang yang dikaruniai dengan kelebihan rezeki. Kesahajaan akan membawa kita mampu menyisihkan rezeki yang kita miliki untuk dapat digunakan bagi kepentingan orang lain yang membutuhkan.

Kesahajaan mengajarkan kepada kita agar tidak berlebihan dalam menggunakan rezeki yang Allah titipkan melalui kita. Kesahajaan mencegah kita melampaui batas dengan tampil bermewah-mewahan. Sekali lagi, Allah sangat tidak menyukai manusia yang melampaui batas, termasuk dalam menggunakan rezekinya untuk kepentingan pribadi.

Bencana alam bukan sekedar menjadi ujian bagi orang-orang yang menjadi korban, akan tetapi juga menjadi ujian bagi orang-orang yang luput dari musibah tersebut, apakah mereka berempati dan bergegas memberikan bantuan untuk meringankan beban para korban. Dimanakah kita berada? Apakah kita termasuk orang-orang yang lulus dari ujian Allah tersebut, atau kita masih termasuk orang-orang yang belum lulus?

Pada ujian Allah tersebut, tidak ada kata terlambat. Masih ada kesempatan bagi kita untuk membuktikan diri kepada Allah bahwa kita termasuk orang-orang yang lulus. Jika kita belum ikut berkontribusi dalam meringankan beban saudara-saudara kita yang tertimpa musibah, maka sudah sepantasnya hal pertama yang kita lakukan setelah keluar dari lapangan ini adalah berinfak untuk para korban bencana.

Keempat, bencana gempa bumi juga mengisyaratkan kepada kita untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara profesional. Profesionalisme kita dalam menentukan lokasi perumahan, dalam menentukan kualitas bangunan rumah dan dalam melakukan program-program penghijauan, sebenarnya dapat menjadi salah satu faktor yang akan mengurangi dampak dari bencana gempa bumi. Banyak bangunan dan infrastruktur yang rusak, ketika gempa bumi terjadi, dikarenakan tidak dikerjakan secara profesional dan memenuhi standar yang seharusnya. Kecepatan dalam melaksanakan program tanggap darurat juga sangat ditentukan oleh profesionalisme dari orang-orang yang memiliki amanah dan tanggung jawab melaksanakan hal tersebut.

Profesionalisme jika dipadukan dengan ketakwaan seharusnya menjadi paduan yang tidak boleh dilepaskan dalam menjalankan berbagai aktifitas tanggung jawab. Pertemuan antara ketakwaan dan profesionalisme merupakan faktor pemicu yang dapat mempercepat kebangkitan masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik. Masa depan peradaban manusia sangat tergantung kepada seberapa cepat perpaduan antara ketakwaan dan profesionalisme tersebut hadir dalam kehidupan kita. Perpaduan antara ketakwaan dan profesionalisme juga merupakan titik awal bagi hadirnya sebuah pemerintahan yang berpihak kepada kepentingan masyarakat. Mudah-mudahan segala amal ibadah di bulan Ramadhan dapat mempercepat pertemuan antara ketakwaan dan profesionalisme dalam kehidupan individu maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar. Allaahu Akbar Walillahil Hamdu

Hadirin jemaah shalat iedul fithri yang berbahagia.
Demikianlah, setidaknya empat hikmah tersebut bisa menjadi bahan perenungan bagi kita semua. Sebuah perenungan yang berpotensi untuk mendorong hadirnya sebuah peradaban baru yang menjadi harapan banyak masyarakat.

Tak lupa pula pada kesempatan yang berbahagia ini, dari kedalam lubuk hati, saya menghaturkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas hak-hak masyarakat yang belum dapat dipenuhi oleh pemerintah provinsi. Saya mengharapkan pula bantuan doa dari seluruh masyarakat, supaya berhasil mewujudkan cita-cita membangun masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera seperti yang sama sama kita cita-citakan. Mudah-mudahan keinginan seluruh masyarakat Jawa Barat mendapat restu dan ridho dari Allah SWT.
Robbanaa aatina fiddunyaa hasanah wafil aakhiroti hasanahwaqinaa adzaabannar Taqobbalallohu minna waminkum taqobbal yaa karim
Minal ’aidin wal faidzin

Selamat Hari Raya ‘Idul Fitri 1 Syawal 1430 H
Billahittaufiq wal-hidayah

Wassalamulaikum Wr. Wb.

Rachmat Naimulloh

Ingin artikel seperti diatas langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.




1 komentar

  1. Salon Oyah mengatakan.... [Jawab]
    pada tanggal 2 Februari 2010 pukul 13.12

    Mampirr, slm knal yaaa... please follow me, I'll follow u + aq taro link u di Friends' Links q ... tq

Silahkan tinggalkan komentar Anda disini