Nasehat yang tulus akan berbekas dan berpengaruh sehingga dapat masuk kedalam relung hati yang terbuka untuk menerimanya. Dan sesungguhnya agama ini adalah nasehat sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Agama itu nasehat” Kami bertanya kepada beliau, “Nasehat kepada siapa?” Beliau menjawab: “Terhadap Allah, Quran, RasulNya, pemimpin-pemimpin dan seluruh kaum Muslimin”.
DR. Daud Rasyid MA, Pakar hadits, dosen UIN Syarif Hidayatullah dalam kajiannya membedah orientalis mengatakan: Aktivitas orientalisme dalam memurtadkan ummat dari aqidahnya adalah dengan memisahkan ummat dari al Quran dsn sunnah. Tahap pertama yang mereka lakukan adalah berusaha mementahkan sunnah dan hadits-hadits rasulullah SAW. Yang kemudian mengarahkan pada interpretasi Quran bukan berdasarkna sunnah, tapi logika saja. Proyek ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam tantangan ummat Islam. Sejarah mencatat kemunculan mu’tazilah, khawarij, syiah dll merupakan proses yang tidak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para orientalis sekarang ini. Hanya beda kemasan saja.
Mereka mengarahkan keraguan ummat terhadap hadits dengan alasan bahwa bisa saja para perowi hadits melakukan keboongan dalam melakukan periwayatan hadits-hadits. Dan bahkan mengarah pada bisa saja para shahabat dalam meneruskan apa yang diucapkan, dilakukan rasulullah juga merupakan kebohongan saja. Karena para orientalis menganggap kehidupan para shahabat sama dengan kondisi kehidupan saat ini yang penuh dengan kebohongan. Padahal dalam sejarah Islam, para rasul dan shohabat tidak pernah dikenal adanya kebohongan diantara mereka, karena mereka adalah generasi yang sangat berbeda dengan sekarang. Bahkan karakteristik para sahabat Rasul diabadikan dalam surat al Fath ayat 29.
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min).Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. 48:29)
Walladzii na ma’ah yang ditujukan pada para shahabat, menggambarkan Allah pun memberikan penghargaan pada mereka bahkan memberikan garansi radhiyalahu ‘anhum / diridhoi Allah. Hal inilah yang tidak pernah dipikirkan oleh para orientalis. Bahkan dikalangan sahabat memiliki prinsip yang sangat kuat yaitu: bisa saja seorang muslim mencuri, membunuh namun tidak mungkin seorang muslim itu melakukan kebohongan.
Mereka menyadari betul bahwa berbohong dalam hal ini adalah dosa yang paling buruk dan cacat yang paling busuk. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya berbohong akan menyeret orang untuk curang. Dan kecurangan akan menyeret orang ke neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang berbohong akan terus berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pembohong” Muttafaq alaih.
“Ada tiga golongan yang Allah tidak akan menegur dan memandangnya di hari kiamat, yaitu : orang yang membangkit-bangkit pemberian, orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu, dan orang yang memanjangkan kain sarungnya” (H.R Muslim)
“Celaka orang berbicara dusta untuk ditertawakan orang, celaka dia, celaka dia” (H.R Abu Daud dan At Tirmidzi)
Alam hal janji Allah menyebutkan: Menjadi musuh Allah di hari kiamat. Sabda Nabi : Allah berfirman ”Ada tiga orang yang menjadi musuhku di hari kiamat:1). Orang yang menjanjikan pemberian lalu mengingkari, 2). Orang yang menjual orang merdeka lalu ia makan hasilnya, 3). Orang yang mempekerjakan seseorang dan telah memenuhi permintaannya lalu tidak dibayrakan upahnya.” (H.R Bukhari)
Salah satu bentuk kezaliman. Sabda Nabi : “Orang kaya yang menunda-nunda pembayaran hutang adalah perbuatan zalim….”Muttafaq alaih.
Apalagi pernyataan Rasulullah yang menyatakan “Ada empat hal jika ada pada seseorang maka jadilah ia munafik tulen, dan jika ada sebagainnya maka ia memiliki ciri-ciri kemunafikan, hingga ia bisa meninggalkannya. 1). Jika dipercaya ia berkhianat, 2). Jika berbicara ia berdusta, 3). Jika berjanji mengingkari, 4). Jika berdebat ia curang.” Muttafaq alaih
Kisah Tepat Janji
Rasulullah berkisah: Ada seorang Bani Israil (A) yang meminjam 1000 dinar kepada salah seorang dari Bani Israil (B).
Si B meminta A untuk mendatangkan saksi. Si A berkata : Cukuplah Allah sebagai saksi. Si B meminta ditunjukkan kafil (penjamin). Si A menjawab cukuplah Allah sebagai penjamin.
Si B percaya dan ia berikan 1000 dinar itu, sesuai dengan batas waktu yang disepakati bersama.
Lalu si A pulang ke kampungnya di seberang sana. Ia kumpulkan uang hingga cukup jumlahnya sampai batas waktu pembayarannya.
Ketika jatuh tempo itulah si A mencari kapal penyebrangan untuk membayar hutangnya. Tetapi tidak ada kapal penyebrangan hari itu.
Akhirnya si A mengambil sebatang kayu, ia lubangai kayu itu dania masukkan 1000 dinar pinjamannya itu disertai pesan kepada saudaranya di seberang. Ia ceburkan kayu itu ke laut, disertai doa:
”Ya Allah Engkau Yang Maha Mengetahui, bahwa saya pernah berhutang 1000 dinar kepada seseorang, ketika ia meminta jaminan, saya katakan : “Cukuplah Allah sebagai penjamin” dan ia menerima. Ketika ia meminta saksi, saya katakan : “Cukuplah Allah sebagai saksi” dan iapun menerima. Dan sekarang saya sudah berusaha mencari penyebrangan untuk membayarkannya, tetapi saya tidak menemukannya, maka sekarang saya titipkan ini kepadamu Ya Allah.”
Setelah itu ia pergi sambil mencari kapal yang bisa menyeberangkannya.
Si B yang dijanjikan dibayar pada hari itupun keluar ke pantai menunggu kapal yang datang, menjemnput Si A yang meminjam uang kepadanya.
Kapal tidak ada yang merapat. Akhirnya ia memutuskan pulang.
Ketika hendak pulang itulah ia melihat kayu mengapung. Daripada pulang dengan tangan kosong ia ambil kayu itu, siapa tahu berguna untuk kayu bakar.
Sesampai di rumah kayu itu ia belah untuk dijadikan kayu bakar. Ketika dibelah, ditemukanlah 1000 dinar dan catatan dari si A diseberang.
Si A yang terus berusaha mencari kapal penyebrangan akhirnya menemukannya. Dan berhasil menyebrang ke rumah si B.
Sesampainya di rumah B, si A menyodorkan 1000 dinar, dengan mengatakan : “Demi Allah, saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan kapal penyebrangan guna membayar hutang, dan saya tidak menemukannya kecuali hari ini.
Kata si B. “Tidakkah kamu telah mengirimkannya kepadaku?"
Kata A: “ Bukankan telah saya katakan bahwa saya tidak mendapatkan kapal penyebrangan."
Kata si B:”Sesungguhnya Allah telah menyampaikan kepadaku apa yang engkau letakkan di dalam kayu bakar." (Ibn Katsir, 1: 447)
Prinsip yang sangat kuat ini dipegang betul oleh para shahabat, sehingga yang namanya Bohong merupakan hal yang sangat aneh dalam pandangan para shahabat. Sehingga sekali lagi prinsip para sahabat bahwa: bisa saja seorang muslim mencuri, membunuh namun tidak mungkin seorang muslim itu melakukan kebohongan, merupakan pagianyang sangat kuat menjadi bagian hidup aqidah dan akhlak Islam mereka.
Disini sangat terlihat betapa bodohnya para orientalis memandang kehidupan para sahabat yang memunculkan tuduhan kemungkinan berbohongnya para sahabat dalam menggambarkan kehidupan rasul. Sedangkan dalam talaah haditspun ilmu islam memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dalam memilih dan memilah-milah hadits.
Yang sangat ironis, tragis dan amat sangat janggal pada saat ini adalah, apa yang menjadi tuduhan para orientasil tentang kehidupan muslim yang bisa saja mereka melakukan kebohongan menjadi sebuah KENYATAAN yang sangat menyakitkan. Banyak contoh sederhana betapa budaya bohong ditanamkan oleh orang islam itu sendiri. Lihatlah disekeliling kita, sering kita mendapati seorang ibu ketik anaknya menangis dia mengatakan, jangan nangis nanti digigit anjing lho... atau ketika sang anak jatuh dan kemudian menangis, sang ibu mengatakan siapa yang nakal, batu ini ya? Sambil sang ibu memukul batu itu seolah batu itu yang menyebabkan sang anak jatuh dan harus dihukumi. Atau contoh lain ketika anak menangis meminta sesuatu pada ortu mereka. Para ortu sering mengatakan jangan suka nangis, tuh diketawain ayam, cicak tokek dsb. Penanaman budaya bohong telah dilakukan sejak dini. Dibangku sekolah banyak pengajar yang juga melakukan hal yang sama, bohong, pada muridnya. Dengan membiarkan mereka berbuat curang pada ujian misalnya.
Bohong sudah merajalela di tubuh ummat. Pejabat melakukan kebohongan, KKN-lah ujung-ujungnya. Kebohongan telah merusak sendi-sendi peradaban ummat ini. Berbagai kehancuran ummat pada ummumnya disebabkan karena budaya BOHONG. Sekarang para musuh Islam tidak perlu mengeluarkan kekuatannya untuk menghancurkan islam. Namun cukuplah membiarkan ummat ini hancur oleh dirinya sendiri, dengan terus mendukung budaya BOHONG dan BERBOHONG sekali lagi BERBOHONG. A’udzubillah min dzaalik.
Marilah kita berusaha untuk mentarbiyyah diri kita untuk menjadi hamba yang sholeh dan selalu taat padaNYA jauh dari maksiat dan dosa, dan Semoga Allah menjaga kita semua yang istiqomah menegakkan manhajNYA dari budaya BOHONG, dan menjauhkan ummat yang bersih ini dari anasir-anasir munafikin yang memang ditakdirkan suka melakukan kebohongan. Dan memberikan hidayah bagi mereka yang terjebak pada budaya BOHONG.
0 komentar