Manusia adalah makhluk yang terikat waktu. Sifat waktu itu dinamis, berjalan terus, menggerus apa dan siapa pun yang dilewatinya. Keadaan kita pun berubah sesuai dengan perjalanan waktu. Misalnya, boleh jadi, Ramadhan tahun lalu kita masih berstatus mahasiswa, sekarang sudah bergelar sarjana, atau bisa juga sudah drop out. Ramadhan tahun lalu, boleh jadi kita makan sahur ditemani ibunda tercinta, namun sekarang hanya ditemani ayahanda karena ibunda sudah berpulang kepada-Nya. Sadar atau tidak, perjalanan waktu juga akan mengubah keadaan kita.
Ketika waktu, umur, dan kesempatan masih berada pada genggaman kita, seringkali kita lalai betapa mahalnya waktu. Biasanya manusia baru tersadar betapa mahalnya waktu saat malakul maut sudah berada di hadapannya, ''Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu. Lalu ia berkata, 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh'.'' (QS Al Munaafiquun [63]: 10) Ayat ini menegaskan bahwa ada orang yang baru tersadar kalau dirinya belum punya perbekalan akhirat saat dijemput malakul maut. Ia lantas memohon, ''Ya Allah tangguhkan kematianku sesaat saja, agar aku punya kesempatan untuk beramal saleh.'' Penyesalan ini tak berarti, sebab kalau jatah umur sudah habis, sedetik pun tidak bisa diperpanjang.
Alhamdulillah, hingga detik ini Allah SWT masih memberikan kesempatan umur pada kita untuk menikmati keindahan dan keberkahan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan yang memiliki sejumlah kemuliaan; bulan pengampunan (HR Bukhari), bulan dilipatgandakan semua pahala amal kebaikan (HR Muslim), bulan dikabulkannya doa (HR Ahmad), bulan dijauhkan dari api neraka (HR Bukhari), bulan dibukakan pintu surga dan dibelenggu setan (HR Bukhari), bulan kebahagiaan (HR Bukhari), serta bulan pencerahan karena diturunkannya Alquran (QS Albaqarah [2]:185)
Rasulullah SAW menegaskan tiga macam kualitas manusia dalam mengarungi hidupnya, ''Siapa yang kualitas dan kuantitas amal saleh hari ini sama dengan kemarin, itulah orang yang tertipu waktu. Siapa yang kualitas dan kuantitas amal saleh hari ini lebih buruk dibandingkan hari kemarin, itulah orang yang merugi. Siapa yang kualitas dan kuantitas amal saleh hari ini lebih baik dari hari kemarin itulah orang yang mendapat rahmat." (HR Ahmad)
Semoga dengan optimalisasi amal di bulan Ramadhan ini, kita bisa masuk dalam kelompok orang yang dirahmati. Amien ya Raabal 'Alamin.
Sumber : Pengajian Online
0 komentar