"Orang yang cerdik dan berakal ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan mengharap-harapkan kemurahan atas Allah, yakni mengharap-harapkan kebahagiaan dan pengampunan di akhirat, tanpa beramal shaleh." (HR Tirmidzi)
Kecerdikan seseorang tidak bisa kita ukur begitu saja dengan menggunakan takaran nilai, begitupun kelemahan seseorang tidak bisa kita nilai oleh raga. Namun, kecerdikan dan kelemahan seseorang dinilai dari pemanfaatan terhadap waktu yang begitu singkat ini. Orang yang bisa memanfaatkan waktu yang amat singkat untuk bekal kehidupan, dia akan menjadi orang yang beruntung.
Alam memberi analogi pada kita dengan contoh perilaku dua ekor hewan yang mempunyai sifat hampir sama dengan apa yang dimaksud oleh hadis di atas. Pertama, semut (an-naml), yang selalu bekerja keras mengumpulkan makanan tanpa henti. Mereka mengumpulkan makanan sebanyak mungkin, padahal makanan tersebut takkan bisa mereka habiskan sampai mereka mati, tetapi mereka tetap bekerja.
Kedua adalah lebah (an-nahl), yang memiliki naluri yang dalam bahasa Alquran disebut, "Atas perintah Tuhan ia memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggal." (QS An-Nahl [16]: 68). Dan lebah selalu memperhitungkan keadaan dirinya, sehingga yang tidak bermanfaat bagi dirinya selalu ditinggalkan.
Lebah juga binatang yang bisa memberikan manfaat bagi makhluk lain, berupa madu yang dihasilkannya. Tak salah jika Rasulullah SAW pernah mengibaratkan seorang Muslim itu seperti seekor lebah, "Tidak makan kecuali yang baik-baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat, jika menimpa sesuatu tidak merusak, dan tidak pula memecahkannya." Itulah lebah.
Contoh perilaku kedua hewan di atas menjelaskan bahwa yang disebut orang yang cerdik adalah ibarat lebah yang selalu memberikan manfaat bagi yang lain. Sedangkan, contoh orang yang lemah diibaratkan seperti perilaku semut yang selalu menuruti hawa nafsunya. Apa yang dikumpulkannya tidak selalu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, sehingga mereka menjadi makhluk yang merugi.
Sejatinya, Masjid Al Aqsa yang terletak di kota lama Yerusalem merupakan simbol kemuliaan dan kehormatan umat Islam. Sayangnya, masjid yang sempat menjadi kiblat pertama umat Islam itu kini terus dirongrong Zionis Israel. Imam Masjid Al Aqsa, Syekh Mohammad Mahmud Seyam, mengungkapkan, hampir sepertiga simbol kehormatan Islam itu dikuasai Israel.
”Hanya dengan bantuan dana dan doa dari umat Islam di seluruh dunia, masjid yang tercantum dalam Alquran itu bisa kembali dikuasai oleh umat Muslim,” ungkap Syekh Seyam saat berdiskusi dengan ribuan mahasiswa Bandung di Masjid Salman ITB, Rabu (10/8).
Ia juga mengajak seluruh umat Muslim di dunia untuk menjadikan Ramadhan 1430 H sebagai momentum menyelamatkan kiblat pertama umat Islam.
Pada era kepemimpinan Rasulullah SAW, umat Muslim berbondong-bondong membantu Masjid Al Aqsa, seperti menyumbangkan minyak zaitun untuk penerangan. Saat ini, lanjut dia, yang dibutuhkan untuk mempertahankan masjid tersebut adalah bantuan dana dan doa dari seluruh umat Muslim.
Bulan Ramadhan, papar dia, merupakan momentum untuk meningkatkan kualitas ibadah. Saat ini, kata dia, Masjid Al Aqsa membutuhkan bantuan dana untuk membiayai penerangan. Syekh Seyam menuturkan, jika umat Muslim menguasai seluruh pembiayaan Masjid Al Aqsa, rongrongan Yahudi di masjid tersebut akan tergeser.
Ia menjelaskan, Israel sulit diusir dari Palestina karena masih adanya kelompok-kelompok di wilayah itu yang menginginkan keberadaan Israel. Sementara itu, tegas Syekh Seyam, mayoritas warga Palestina menolak keberadaan Israel di negaranya.
”Keberadaan Israel itu sangat mengganggu umat Muslim di Palestina,” tuturnya. Syekh Seyam menegaskan, menyelamatkan Masjid Al Aqsa merupakan bagian dari jihad. Dia menyatakan, format jihad yang saat ini harus diberlakukan adalah tergantung dari karakter lawan.
”Israel tidak mengenal bahasa perdamaian. Jadi, jihadnya tidak bisa dengan cara menawarkan perdamaian,” imbuh Syekh Seyam. Berbeda dengan di Indonesia, tutur dia, masih bisa berjihad dengan cara menawarkan perdamaian.
Menurut dia, bantuan dana dari umat Muslim di Indonesia menjadi berkah bagi warga Palestina. Ia menilai, bantuan tersebut merupakan bagian dari jihad. Mengingat, tegas dia, umat muslim di Palestina saat ini sangat membutuhkan uluran tangan dari saudaranya di seluruh dunia.
Syekh Seyam kembali mengingatkan, umat Islam di seluruh dunia merupakan saudara dunia dan akhirat. Untuk itu, lanjut dia, hanya umat Muslim-lah yang bisa menyelamatkan Palestina. Dalam diskusi tersebut, Seyam pun memotivasi mahasiswa untuk menjadi benteng penjaga Islam di dunia.
Agar menjadi benteng penjaga agama Allah SWT, Syekh Seyam menyarankan mahasiswa untuk menjadi orang pintar. Dengan demikian, papar dia, kepintarannya bisa dijadikan senjata untuk menyelamatkan umat Muslim.
Di samping kepintarannya, lanjut Seyam, mahasiwa Indonesia pun harus menjadi umat yang memegang prinsip keikhlasan. ”Rasulullah bukan lulusan perguruan tinggi. Tapi, beliau bisa dipanggil Allah SWT,” tambahnya.
Artinya, lanjut dia, umat Muslim yang ikhlas dalam menjalankan perintah-Nya akan mendapatkan ridha pula dari Allah SWT. Dalam berjihad pun, lanjut dia, harus tetap mengedepankan nilai ikhlas, bukan kebencian. Pihaknya tak pernah bosan mengajak umat Muslim di dunia agar peduli terhadap kondisi Palestina.
Syekh Seyam menyatakan, Indonesia merupakan negara yang peduli terhadap Palestina. Ia berharap, kemelut di Palestina segara tuntas. ”Palestina harus menjadi negara yang dikuasai umat Muslim,” ujarnya menegaskan.
Sumber : Dakwatuna
Syaikh Amin Syinqithy membuktikan betapa Allah memberikan keberkahan bagi umur kita. Ketika murid-muridnya terheran-heran, apa mungkin orang bisa mengkhatamkan Al-Qur’an dalam sekali shalat malam, ia membuktikannya. Betapa rapi bacaannya. Betapa merdu suaranya. Betapa nikmat shalat bersamanya. Selebihnya cukup waktu untuk bekerja.
Pada Ashar hari Kamis di akhir pekan, seorang kader dakwah seperti dituturkan Imam Hasan Al Banna keluar dari bengkel tempat ia bekerja. Malamnya ia sudah memberikan ceramah di sebuah pertemuan beberapa puluh kilometer dari tempatnya. Esok Jum’atnya ia berkhutbah dengan bagus di tempat lain yang cukup jauh. Asharnya ia memberikan pengarahan pada sebuah mukhayam (camping) yang diikuti ratusan pemuda dari berbagai penjuru. Lepas Isya ia menyampaikan arahan dalam sebuah daurah besar. Ratusan kilometer dalam 39 jam ditempuhnya, suatu perjalanan yang melelahkan. Namun esoknya dengan wajah cerah cemerlang dan hati yang tenang, ia telah tiba di tempat kerjanya lebih cepat, tanpa ribut-ribut mengisahkan kerja besar yang baru diselesaikannya.
Sembilan tahun agresi pasukan musyrikin Quraisy dan yang lainnya ke Madinah telah menyibukkan Rasulullah SAW dengan 27 kali ghazwah (pertempuran yang beliau pimpin langsung) dan 35 sariyah (yang dipimpin para sahabat). Serbuan yang bertubi-tubi ini potensial membuat lelah fisik dan mental dan masuk akal bila beliau dan para sahabat memanfaatkan waktu jeda yang rata-rata sebulan atau sebulan setengah untuk berleha-leha. Namun ternyata justru waktu itu diisi dengan banyak kegiatan, dari mendidik para politisi, panglima perang, hakim, diplomat sampai merangkak anak-anak dipunggungnya atau dalam beberapa riwayat dan momentum berbeda-berpacu jalan dengan keluarga atau beramahtamah dengan rakyat jelata. Ia pemimpin besar yang menggetarkan banyak bibir kekaguman. Ia panglima yang akurat dalam memimpin setiap pertempuran. Ia guru yang banyak melahirkan kader handal. Ia suami yang membuat istrinya kebingungan saat ditanya momen-momen apa yang paling mengesankannya selama hidup bersamanya. “Momen mana yang tidak mengagumkan.” (Ayyu amrihi lam yakun ajaba?!), jawab Aisyah ummul mu’minin radhiyallahu’anha.
Seperti juga kegagalan, ada bentuk lain dari rintangan yang menghadang seorang pahlawan. Musibah. Yang dimaksud musibah di sini adalah semua bencana yang menimpa seseorang yang mempengaruhi seluruh kepribadiannya dan juga jalan hidupnya. Misalnya, kematian orang terdekat seperti yang dialami Rasulullah saw saat meninggalnya Khadijah ra dan Abu Thalib. Yang sangat berat dari musibah-musibah itu adalab yang menimpa fisik dan mempengaruhi ruang gerak seorang pahlawan. Misalnya, kebutaan, ketulian, atau kelumpuhan. Kenyataan seperti ini tentu saja membatasi ruang gerak dan menciptakan keterbatasan-keterbatasan lainnya.
Namun, masalahnya sesungguhnya bukan di situ. Inti persoalannya ada pada goncangan jiwa yang mungkin ditimbulkan oleh musibah tersebut. Goncangan jiwa itulah yang biasanya mengubah arah kehidupan seseorang. Sebab, musibah itu mungkin menghilangkan kepercayaan dirinya, mengubah image dirinya di tengah lingkungannya, membabat habis harapan-harapan dan ambisi-ambisinya serta menyemaikan keputusasaan dalam dirinya. Jalan di hadapannya seperti menjadi buntu dan langit kehidupan menjadi gelap, maka mimpi kepahlawanannya seperti gugur satu demi satu.
Akan tetapi, para pahlawan selalu menemukan celah di balik kebuntuan, dan memiliki secercah cahaya harapan di balik gelap kehidupan. Yang pertama mereka lakukan saat musibah itu datang adalah mempertahankan ketenangan. Sebab, inilah akar keseimbangan jiwa yang membantu seseorang melihat panorama hidup secara proporsional. Keseimbangan jiwa inilah yang membuat seseorang tegar di depan goncangan-goncangan hidup.
Yang kedua adalah mempertahankan harapan. Sebab, harapan, kata Rasulullah saw, adalah rahmat Allah bagi umatku. Jika bukan karena harapan, takkan ada orang yang mau menanam pohon dan takkan ada ibu yang mau menyusui anaknya. Harapan adalah buah dari kepercayaan kepada rahmat Allah SWT dan juga kepada kemampuan Allah SWT melakukan semua yang la kehendaki.
Yang ketiga adalah mempertahankan keberanian. Dan keberanian adalah buah dari kepercayaan diri yang kuat dan juga anak yang lahir dari tekad baja. Keberanian dibutuhkan untuk menembus keterbatasan-keterbatasan pada ruang gerak dan hambatan yang tercipta akibat perubahan pada image.
Yang keempat adalah mempertahankan semangat kerja di tengah keterbatasan-keterbatasan itu. Dalam banyak kasus, keterbatasan-keterbatasan justru membantu memberikan fokus pada arah dan target serta konsentrasi yang kuat. Yang kita lakukan di sini adalah memenuhi ruang yang tersedia dengan amal dan karya.
Begitulah para pahlawan mensiasati musibah. Maka, kebutaan tidak dapat menghambat Syeikh Abdul Aziz bin Baz merebut takdirnya sebagai ulama hesar abad ini. Ketulian juga gagal mencegal per-jalanan Musthafa Shadiq Al-Rafi’i menuju puncak, scbagai salah satu sastrawan muslim terbesar abad ini. Dan kelumpuhan menyerah di depan tekad baja Syeikh Ahmad Yasin yang menjadi mujahid besar abad ini, bukan saja dalam melawan kebiadaban Israel, tetapi bahkan menantang dunia.
Hari itu kami berkumpul di Masjid Al Hikmah New York. Di antara rangkaian acara, selain pengajian ada acara khusus syukuran salah seorang anak muda Indonesia yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Oswego University New York. Anak muda itu sangat sederhana. Orang-orang memanggilnya Adit. Nama lengkapnya Aditiya Perdana Kurniadi.
Dalam sambutannya yang sangat mengesankan, anak muda itu menyatakan bahwa keberhasilan yang ia capai bukan karena kehebatan yang ia memiliki. Ia berkata: “Aku bukan seorang yang cerdas, juga bukan seorang manusia luar biasa. Banyak kelemahan yang aku miliki. Aku sering kali lupa hafalan. Otakku tidak sanggup merekam data-data ilmu yang begitu banyak. Tapi aku tahu bahwa aku sangat lemah. Karenanya aku berkerja keras. Siang dan malam aku belajar. Aku kurangi jatah tidurku.”
“Bukan hanya itu” katanya lebih lanjut, dan ini yang sangat membuat banyak orang kagum padanya saat itu. “Aku yakin bahwa segala kehebatan hanyalah milik Allah. Karenanya aku tidak hanya bekerja keras. Tengah malam aku bangun. Aku basahi wajahku dengan air wudhu. Sebelum aku belajar aku tegakkan shalat tahajjud. Aku mohon kepada Allah agar segala kelemahanku dilengkapi. Aku yakin bahwa Allah pasti mendengar rintihanku. Aku yakin bahwa Allah menyaksikan tetesan air mataku”. Pernyataan ini adalah ungkapan jujur yang harus kita renungkan. Bayangkan seorang anak muda yang hidup di tengah masyarakat non muslim, masih saja bisa bertahan dengan ketaatannya kepada Allah.
Adit memang contoh anak muda muslim yang istiqamah. Ia tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan yang selalu menggoda untuk berbuat maksiat. Pergaulan bebas apapun, yang dikenal dengan boyfriend atau girlfriend bagi adit tetap merupakan perbuatan dosa. Adit sangat menjauhi sikap-sikap semacam itu. Bagi Adit mentaati Allah tetap di atas segalanya. “ Aku benar-benar sendirian sebagai seorang muslim di tempat aku belajar” kata Adit selanjutnya. “Tidak ada seorang muslim pun yang aku kenal di situ. Pun juga aku benar-benar sendirian di college tersebut sebagai orang Indonesia. Tadinya akut takut tidak mampu. Aku takut terpengaruh. Aku takut imanku hilang. Aku takut akhlakku rusak. Tetapi, alhamdulillah aku bisa tamat dengan selamat.”
Pernah Adit menegakkan sholat di sebuah tempat kuliahnya. Kawan-kawannya memandang anih. Mereka berkerumun mengitarinya. “Tetapi aku tetap sholat dengan tenang” kata Adit, sambil mengusap air matanya. “Aku tidak mau terpengaruh dengan ejekan mereka. Aku lebih takut kepada Allah dari pada ejekan mereka. Biar pun mereka merendahkanku, yang penting Allah memulyakanku. Bagiku iman tetap prinsip yang harus aku pertahankan. Tidak perduli aku dibenci atau di pandang aneh. Yang penting aku tetap bertahan dalam keimanan.”
Adit adalah contoh bagi siapapun yang mengaku beriman kepada Allah. Contoh keteguhan jiwa dalam mempertahankan prinsip. Contoh kesungguhan mentaati Allah, menegakkan sholat pada waktunya sekalipun dalam kondisi yang sangat berat penuh dengan tantangan.
Perhatikan, berapa banyak anak-anak muda muslim yang tidak bisa bertahan seperti Adit. Mereka jatuh satu persatu ke dalam pergaulan bebas. Mabuk-mabukan menjadi kebiasaan yang selalu mereka lakukan. Padahal mereka hidup di tengah masyarakat muslim. Adzan setiap hari mereka dengar. Masjid tegak di mana-mana. Tetapi mengapa pemandangan yang indah itu tidak bisa menyentuh hati mereka. Mengapa mereka justru belajar berbuat dosa, sementara orang-orang Islam yang dikepung dosa-dosa berusaha keluar dari kepungan itu. Apakah mereka tidak tahu bahwa dosa itu jalan kecelakaan? Di manakah iman yang selama ini selalu diucapkan dalam lisan? Apakah cukup seseorang hanya dengan berkata “aku muslim” lalu meminta garansi ahli surga? Apakah para orang tua muslim cukup hanya dengan melahirkan lalu setelah itu anak-anak mereka dibiarkan bergelimang dosa? Berapa banyak orang tua muslim yang cuek terhadap kebejatan moral anak-anaknya?
Di Amerika aku menyaksikan para orang tua sangat rindu agar anaknya belajar agama. Sesibuk apapun mereka masih menyempatkan diri untuk mengajarkan anak-anak mereka membaca Al Qur’an. Tidak sedikit dari mereka yang selalu datang berlomba menghadiri pengajian. Dan di saat yang sama anak-anak muda mereka diikutkan dalam acara khusus “youth program”. Acara untuk pembinaan iman dan akhlak bagi ana-anak muda muslim. Mereka sangat khawatir kalau kelak anak-anak mereka rusak akidah dan akhlaknya. Mereka merasa jijik melihat orang-orang di sekitar mereka yang membuka aurat dan bergaul tanpa batas. Mereka sangat takut, jangan sampai anak-anak mereka berbuat hal yang sama. Ini sungguh pelajaran yang sangat mahal, bahwa setiap kemaksiatan pasti mencekik fitrah manusia. Bahwa siapapun yang kembali kepada panggilan fitrahnya pasti akan menjauhi dosa-dosa, sekalipun ia hidup dalam lingkungan yang penuh kemaksiatan.
Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber : Pengajian Online
Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber : Pengajian Online
Besarnya peran dan tanggung jawab pandu qur’ani menuntutnya menjadi pribadi yang cekatan berlandaskan empat karakter yaitu; cerdas , kuat, terampil, dan berani.Pandu qur’ani mesti cekatan dalam merespon seruan Allah dan RasulNya, memenuhi panggilan dakwah, dan dalam memberikan berbagai pelayanan kepada masyarakat luas berlandaskan semangat kompetisi dalam kebajikan demi meraih ampunan dan ganjaran Allah. Allah berfirman;
“Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan menuju sorga yang luas seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS Ali Imron,3:133)
“Maka berlomba di dalam kebaikan….” (QS Al-Baqarah,2:148)
Jika tidak maka segala afiliasi yang disandangnya tidak akan memberinya arti apa-apa.
”Barang siapa yang tidak dipercepat oleh amal perbuatannya, ia tidak akan dipercepat oleh afiliasinya.” Sebuah kata hikmah dijalan dakwah.
Kecerdasan
Seorang Pandu Qur’ani memiliki kecerdasan spiritual sebagai hasil interaksi ta’abbudi dengan Allah ‘azza wa jalla, dan melalui penghayatan terhadap nilai-nilai aqidah dan akhlak islami.Nilai-nilai spiritual Islam terhimpun dalam satu gudang bernama taqwa, didalamnya terdapat perbendaharaan spiritual bernilai tinggi.
Firman Allah:
“Alif, laam, miim.Kitab (Al-Qur’an) itu tidak ada keraguan, didalamnya terdapat petunjuk bagi orang-orang bertaqwa.Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan mereka yang menginfakkan sebagian harta yang Kami karuniakan kepada mereka.Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan yang diturunkan sebelummu, dan mereka meyakini hari akhirat.Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Al-Baqarah,2:1-4)
“Bukanlah kebaktian itu dengan menghadapkan wajahmu ke timur dan ke barat, akan tetapi kebaktian ialah siapa yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, Al-Kitab, dan para Nabi, menyerahkan harta dengan rasa senang kepada kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, ibnu sabil, orang-orang yang meminta bantuan, dan untuk pembebasan budak, menegakkan shalat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janji.Dan orang-orang yang sabar dalam bencana dan kesulitan serta dalam pertempuran.Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al-Baqarah,2:177)
“Dan bersegeralah menuju ampunan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.Yaitu orang-orang yang berinfaq di waktu lapang maupun sempit,mampu mengendalikan amarah, dan pemaaf kepada manusia.Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.Dan orang-orang yang yang mengingat Allah ketika melakukan perbuatan keji atau berbuat aniaya terhadap diri, maka mereka memohon ampunan Allah, dan siapakah yang mengampuni dosa-dosa selain Allah.Dan mereka tidak terus menerus melakukan dosa sedang mereka mengetahui.” (QS Ali Imron,3:133-135)
Taqwa sebagai kecerdasan spiritual sangat berperan dalam membangun kecerdasan emosional, dan membuka jalan yang luas untuk menghasilkan kecerdasan intelektual. Allah berfirman:
“…Dan bertaqwalah kepada Allah niscaya Allah mengajari kalian,dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Baqarah,2:282)
Kecerdasan yang integral membangun kepahaman yang jelas, utuh, dan benar terhadap manhaj Islam, persoalan dakwah, dan sangat membantu menemukan solusi dan format penyelesaian segala persoalan sesuai manhaj islami sejalan situasi dan kondisi yang ada, serta strategi-strategi guna memenangkan dakwah Islam sesuai amanat risalah ilahiyah.
Dan yang pasti soliditas adalah anak yang lahir dari rahim kecerdasan.Tanpa soliditas maka segala format dan strategi dakwah tidak akan memberi hasil yang optimal, atau tidak sama sekali, bahkan mungkin menimbulkan kerugian.Soliditas individu dapat meredam fitnah dunia yang sangat berpotensi menimbulkan insoliditas kolektif sebagaimana yang pernah menimpa para sahabat sehabis perang Badar seperti dikisahkan didalam surat Al-Anfaal ayat satu sampai empat.
Sumber : Pandu Keadilan
Debu jingga yang menggelora di padang hampa
hanyalah makna dari gugurnya sebuah cinta
yang menyeruak bagai ribuan ringkikan kuda
dengan panah-panah tertancap di dada
Mereka berteriak .... teriakan yang membisu
Memancing darah tertuang pada ember-ember padang pasir
Satu.... Dua.... Tiga.... atau berapapun yang kalian mau,
hanyalah tanda dari sekumpulan sumpah serapah palsu
membuat mata yang terbelalak hanya mampu terpaku
Ya... terpaku melihat kedzoliman yang berkobar di depan bukit-bukit batu
hanyalah makna dari gugurnya sebuah cinta
yang menyeruak bagai ribuan ringkikan kuda
dengan panah-panah tertancap di dada
Mereka berteriak .... teriakan yang membisu
Memancing darah tertuang pada ember-ember padang pasir
Satu.... Dua.... Tiga.... atau berapapun yang kalian mau,
hanyalah tanda dari sekumpulan sumpah serapah palsu
membuat mata yang terbelalak hanya mampu terpaku
Ya... terpaku melihat kedzoliman yang berkobar di depan bukit-bukit batu
Kalian harus lihat mereka
Kalian harus rasakan mereka
Kalian harus pikirkan mereka
Kalian harus do’akan mereka
Mereka... yang tertindas dan teraniaya demi Islam yang tercinta
Demi Allah...!!! Kalian semuapun tahu
Masjidil Aqso adalah masjid suci yang dimuliakan-Nya
pada perjalanan Agung Seorang Rasulullah
Ya.... perjalanan Isra’ dan Mi’rajnya yang suci
Namun kini... Masjidil Aqso tengah terkoyak.... tertindas....
dan teraniaya oleh sang laknatullah.
Kalian harus rasakan mereka
Kalian harus pikirkan mereka
Kalian harus do’akan mereka
Mereka... yang tertindas dan teraniaya demi Islam yang tercinta
Demi Allah...!!! Kalian semuapun tahu
Masjidil Aqso adalah masjid suci yang dimuliakan-Nya
pada perjalanan Agung Seorang Rasulullah
Ya.... perjalanan Isra’ dan Mi’rajnya yang suci
Namun kini... Masjidil Aqso tengah terkoyak.... tertindas....
dan teraniaya oleh sang laknatullah.
Begitupun pasir-pasir di negeri lain
yang mencucurkan darah-darah para syuhada
mewangikan sungai-sungai cinta
yang mencucurkan darah-darah para syuhada
mewangikan sungai-sungai cinta
Lihatlah mata saudara kita dengan penuh do’a
Rasakan penderitaan mereka yang disaksikan debu-debu
dan darah suci
Rasakan penderitaan mereka yang disaksikan debu-debu
dan darah suci
Selamat berjuang Palestina
Selamat berkorban Libanon
Selamat berteriak Afganistan
Selamat berjihad Iraq
Selamat berdo’a Chechnya
Dan selamat terpaku untuk kita semua
Selamat berkorban Libanon
Selamat berteriak Afganistan
Selamat berjihad Iraq
Selamat berdo’a Chechnya
Dan selamat terpaku untuk kita semua
Oh... tapi tidak untuk Indonesia
Aku berkata atas dzat yang Maha Kuat
yang menggenggam semesta alam raya
bahwa aku dan kalian....
adalah pemuda Indonesia.... ya.... Indonesia....
yang akan mengubah dan menyelamatkan peradaban Islam
Aku berkata atas dzat yang Maha Kuat
yang menggenggam semesta alam raya
bahwa aku dan kalian....
adalah pemuda Indonesia.... ya.... Indonesia....
yang akan mengubah dan menyelamatkan peradaban Islam
Selamat tinggal saudaraku
Selamat jalan sahabatku
ku kan pergi berjuang
menegakkan cahaya Islam
Jauh....
dimana manusia hanyalah ruh-ruh penggerak bangunan Islam
dengan satu kata
Selamat jalan sahabatku
ku kan pergi berjuang
menegakkan cahaya Islam
Jauh....
dimana manusia hanyalah ruh-ruh penggerak bangunan Islam
dengan satu kata
ﺍﷲﺍﻛﺒﺮ
ﺍﷲﺍﻛﺒﺮ
ﺍﷲﺍﻛﺒﺮ